Renungan Harian Virtue Notes, 5 September 2011
(Merasa) Tidak Merugikan Orang Lain
Bacaan: Matius 20: 28
20:28 sama seperti Anak Manusia
Ciri-ciri lainnya dari kehidupan orang Kristen yang merasa dirinya benar, padahal kenyataannya belum, adalah merasa tidak merugikan orang lain. Misalnya, mengejar kepentingan dan kesenangan diri sendiri dipandang wajar. Memang perbuatan-perbuatan tersebut tidak merugikan siapa-siapa; tetapi orang yang pusat hidupnya adalah dirinya sendiri, segala perbuatannya hanya ditujukan untuk kepentingan dan kesenangan dirinya sendiri, bahkan beribadah supaya Tuhan memberikan apa yang diinginkannya tak ubahnya menempatkan dirinya sebagai Tuhan.
Banyak orang Kristen tampaknya sudah mencapai standar normal sebagai anak Tuhan yang baik, padahal mereka terkunci di tingkatan ini. Mereka dipandang baik, sebab melakukan pelayanan di gereja, bahkan ada yang memberikan banyak dana untuk mendukung pekerjaan gereja atau kegiatan sosial. Sebagai orang Kristen, memang kita harus mendukung itu semua, tetapi kalau penggeraknya adalah keinginan untuk beroleh prestise istimewa di kalangan umat demi kepentingannya dan kesenangannya sendiri, itu cara berpikir yang sesat, tidak sesuai dengan cara berpikir Tuhan.
Sebaliknya, cara berpikir yang sesuai dengan cara berpikir Tuhan adalah “menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah”. Inilah kehidupan orang yang meninggalkan kenyamanan hidup duniawi. Sejatinya inilah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dengan meninggalkan tahta kemuliaan-Nya, datang ke dunia bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Kalau kita meneladani Yesus dan mengenakan cara berpikir-Nya tersebut, berarti kita menderita bersama-sama dengan-Nya (Luk. 22:28).
Jadi jangan puas menjadi Kristen yang tidak merugikan orang lain. Jangan mau menjadi Kristen untuk menyelamatkan nyawa kita: hidup kaya raya, mati masuk surga. Itu salah besar, sebab sebagaimana Kristus memberikan nyawa-Nya, pada dasarnya Kekristenan justru membuat kita kehilangan nyawa kita untuk atau karena Kristus, sepenanggungan dengan-Nya (Yoh. 12:25).
Kehilangan nyawa artinya kehilangan hak kita untuk menikmati hidup seperti anak-anak dunia menikmati hidup mereka; kehilangan nyawa artinya membagi hidup kita untuk keselamatan orang lain. Memang kehidupan seperti ini adalah kehidupan yang aneh dan tidak normal di mata manusia lain. Tetapi inilah kehidupan yang normal di hadapan Allah. Ingat, di mata-Nya, standar kehidupan yang normal adalah Anak-Nya, yaitu Yesus Kristus, Tuhan kita
Kekristenan justru membuat kita kehilangan nyawa kita untuk atau karena Kristus.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar