Renungan Harian Virtue Notes, 7 September 2011
Tidak Otomatis Dilahirkan Kembali
Bacaan: 1 Petrus 1: 3-4
1:3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus,
1:4 untuk menerima suatu bagian
Betapa menakutkan kalimat ini: “Sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kej. 2:17). Kalimat ini diucapkan Allah sebagai usaha pencegahan, agar manusia tidak melanggar larangan-Nya. Tetapi manusia mengabaikan peringatan itu, sehingga manusia mengalami kematian. Sebagai akibatnya, tidak ada hal yang lebih dahsyat daripada kematian. Di dalamnya manusia terkubur di dalam kegelapan abadi dan terpisah dari Allah selama-lamanya.
Syukur kepada Allah, oleh pengorbanan Tuhan Yesus Kristus dan kebangkitan-Nya, Ia menyediakan solusinya. Kesempatan untuk bebas dari maut disediakan, manusia bisa dipindahkan dari keadaan tanpa pengharapan menuju kehidupan yang penuh pengharapan. Inilah Injil itu. Tetapi hal ini tidak bisa terjadi dalam hidup kita secara otomatis ketika kita menjadi orang Kristen. Kita harus mengalami apa yang disebut Alkitab sebagai kelahiran kembali (ay. 3). Tanpa kelahiran tersebut tidak mungkin kita mendapatkan hidup yang penuh pengharapan.
Dalam teks ini, “dilahirkan kembali” aslinya ditulis άυαγεννάώ (anagenáo) yang sama artinya dengan dilahirkan dari atas. Kalau dalam kelahiran manusia pada umumnya, sang janin harus mengonsumsi nutrisi yang diterimanya dari ibunya; tidak perlu berbuat apa-apa lagi, ia hanya menerima proses pertumbuhan dalam rahim itu, dan pada saatnya akan lahir. Sebagai warga Kerajaan Surga yang dibebaskan dari maut, kita juga harus mengonsumsi nutrisi yang cukup, yaitu Firman Allah yang murni; oleh Firman itulah kita dilahirkan kembali (1Ptr. 1:23). Tetapi nutrisi itu—Firman itu—harus dengan sengaja kita cari; tidak bisa kita pasif dan menerima apa saja yang dicekoki, karena belum tentu itu nutrisi; bisa jadi itu racun. Bukannya lahir baru, malah mati sebelum lahir.
Berarti kelahiran baru tidak terjadi secara mistis atau ajaib, seakan-akan cukup dengan mengalimatkan syahadat “Aku percaya bahwa Yesus adalah Tuhan,” seseorang sudah mengalami kelahiran baru. Percaya itu bukan sekadar aktivitas mental atau pengakuan akali, melainkan tindakan konkret yang mengantar seseorang kepada kebangkitan. Percaya ditunjukkan dengan terus-menerus mendengar Firman dan mengenakannya dalam kehidupan secara konkret. Proses ini akan membuat seseorang mengalami kelahiran baru. Kelahiran baru itu adalah dibangkitkan bersama dengan Kristus, memiliki paradigma berpikir yang berbeda sekali dengan dunia. Itu menyangkut tujuan hidup dan sikap terhadap segala hal dalam hidup ini. Dalam hal ini seseorang barulah menjadi manusia lain, sebab ia sudah dilahirkan kembali.
Kelahiran baru tidak otomatis terjadi saat seseorang mengaku percaya, tetapi terjadi setelah paradigma diubahkan melalui Firman yang murni.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar