Renungan Harian Virtue Notes, 20 September 2011
Sikap Hati Dalam Berdoa
Bacaan: Mazmur 127: 1-2
127:1 Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun
127:2 Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti
Banyak orang berdoa dengan sikap hati yang salah pada waktu mohon pimpinan Tuhan, mohon berkat Tuhan dan perlindungan-Nya. Permohonan doa tersebut dipanjatkan dengan anggapan dan sikap—sering tidak sadar—bahwa Tuhan seolah-olah tidak memimpin atau kurang memimpin secara benar. Seakan-akan Tuhan kurang memberkati secara proporsional dan tidak melindungi umat-Nya dengan sempurna jika kita tidak meminta kepada-Nya. Kalau kita berdoa, barulah Tuhan memimpin atau meningkatkan kualitas pimpinan-Nya, memberkati atau menambah berkat-Nya secara memadai dan melindungi secara pantas. Sebenarnya sikap seperti ini tidak hormat atau kurang ajar terhadap Tuhan. Ini adalah sikap kurang atau tidak percaya.
Mungkin kita tidak sadar atas sikap yang kurang pantas ini, tetapi mari kita uji diri kita. Pernahkah kita menyalahkan diri kita atau orang lain saat jatuh ke dalam dosa, dengan mengatakan itu akibat kurang berdoa? Kalau pernah, berarti secara tidak langsung kita telah mempersalahkan Tuhan. Kita telah menuduh Tuhan ikut bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan oleh umat-Nya, sebab akibat pengabaian-Nya terhadap umat yang tidak berdoa, kesalahan itu terjadi.
Sejajar pula dengan ini, jika kita memanjatkan doa agar Tuhan memberkati umat dengan berkat jasmani. Secara tidak sadar, sikap hati yang timbul adalah bahwa Tuhan masih menahan berkat-Nya, sehingga anak-anak-Nya tidak tercukupi apabila tidak meminta. Tuhan menunggu, dan kalau tidak diminta, Ia cuek. Ini salah, sebab Alkitab menyatakan bahwa Bapa menyediakan apa yang diperlukan anak-anak-Nya di luar pengertian mereka. Dalam mazmurnya, Salomo mengatakan bahwa Allah memberikan berkat kepada yang dicintai-Nya pada saat mereka tidur.
Kesalahan yang sering terjadi pula adalah pada doa yang dipanjatkan untuk mohon perlindungan kepada Bapa. Apakah Bapa tidak melindungi anak-anak-Nya jika tidak diminta? Saat kita mengalami kesulitan, apakah doa kita berkesan menuduh Tuhan secara tidak langsung kurang atau lalai menjagai kita? Ini tampak tatkala kita berkata, “Tuhan, mengapa ini harus terjadi?”
Sejatinya Tuhan sudah memberi porsi yang cukup bagi kita, bahkan berlimpah. Ia pasti memberkati dengan berlimpah dan melindungi kita dengan sempurna. Ia yang setia sudah mengarahkan kita kepada keselamatan yang sejati; barang tentu pula Ia memenuhi bagian-Nya. Tinggal tanggung jawab kitalah untuk hidup menjadi anak-anak yang dicintai-Nya.
Bapa yang sudah mengarahkan kita pada keselamatan yang sejati pasti memberkati dan melindungi kita dengan sempurna.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar