Renungan Harian Virtue Notes, 15 September 2011
Tempat Pemisahan
Bacaan: Matius 12: 36-37
12:36 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman
12:37 Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan
Bumi ini adalah tempat pemisahan antara domba dan kambing atau antara gandum dan lalang. Gandum dan lalang tumbuh bersama di bumi ini. Jadi seseorang menjadi gandum atau lalang bukan saat ia sudah meninggal. Itu bukan berdasarkan kedaulatan dan keputusan Tuhan, melainkan pilihan dari kesadaran setiap individu. Oleh kepribadian agung-nya, Tuhan memberi manusia pilihan, apakah mau mengabdi kepada-Nya atau tidak.
Itulah sebabnya Firman Tuhan berulang-ulang mengatakan bahwa manusia harus bertanggung jawab atas setiap keputusan dan pilihannya; bahkan setiap perkataan yang keluar dari mulutnya harus dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu dalam ajaran Kekristenan yang benar, tidak ada doa agar orang yang meninggal bisa diterima oleh Allah, ditempatkan di sisi-Nya. Jangankan di tempatkan di sisi-Nya, diterima saja belum tentu, sebab apa yang ditabur seseorang, itu juga yang akan dituainya. Dalam hal ini, doa tidak mengubah status nasib kekal seseorang, sebab penentuan di mana ia harus berada tergantung langkah hidupnya di bumi ini: mengabdi kepada Tuhan atau mengabdi kepada setan.
Yang menjadi ukuran pemisahan gandum dan lalang bukanlah agama. Agama sendiri tidak membawa orang ke surga. Buktinya, di dalam agama Kristen sendiri terdapat dua kelompok manusia, yaitu mereka yang berkategori bijaksana dan yang tidak bijaksana (Mat. 25: 1–13). Oleh sebab itu jangan merasa bahwa kalau sudah menjadi orang Kristen maka otomatis pasti masuk surga.
Tuhan tidak memandang muka (1Ptr. 1:17). Ia melihat kualitas batin manusia: Apakah batin kita benar-benar menunjukkan sebagai orang percaya yang sejati. Kualitas batin inilah yang menentukan kelayakan seseorang dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus. Tidak ada hal yang lebih bernilai dalam kehidupan orang percaya selain manusia batiniahnya.
Jika demikian, selagi kita masih hidup dalam dunia ini, inilah saatnya untuk mempersiapkan diri dengan serius. Setelah menutup mata selama-lamanya, tidak ada kesempatan sama sekali untuk menentukan keadaan atau nasib kekal kita. Menyadari hal ini, kita harus sungguh-sungguh sadar betapa berharganya waktu ini. Oleh sebab itu haruslah setiap kita memeriksa diri dengan jujur dengan pertolongan Roh Kudus, sebenarnya kepada siapa atau apa hidup kita sekarang sedang kita arahkan?
Hidup kekal atau binasa kekal? Pilihannya ditentukan oleh cara kita menjalankan kehidupan di dunia ini.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar