Renungan Harian Virtue Notes, 16 September 2011
Serba Segenap
Bacaan: Matius 22: 37
22:37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu
TUHAN Yesus tegas berkata bahwa seseorang tidak dapat mengabdi kepada dua tuan (Mat. 6:24). Manusia harus memilih salah satu dari dua pilihan yaitu mengabdi kepada Tuhan atau kepada setan. Tidak mungkin bisa dua-duanya, harus memilih mengabdi kepada salah satu secara ekstrem. Secara ekstrem artinya harus mengabdi kepada salah satunya seratus persen, atau sepenuhnya. Kalau sudah mengabdi kepada yang satu, berarti yang lain sesungguhnya sudah dibuang atau dikhianati atau dimusuhi.
Itulah sebabnya untuk mengasihi Tuhan seseorang harus memberikan hidupnya serba “segenap”. Kata “segenap” dalam teks aslinya adalah hólos yang artinya “semua”, “seluruhnya”, “lengkap”, “menyeluruh”. Kita bisa mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi kita, kalau kita menghayati keagungan Tuhan sebagai Pencipta alam semesta dan semua makhluk. Tidak ada yang pantas bagi Sang Pencipta kecuali “segenap”. Kurang dari itu berarti bukan persembahan yang pantas, bahkan berarti manusia tersebut melakukan pencurian atau pemberontakan.
Untuk itu, kita harus mengakui bahwa Tuhanlah satu-satunya Pribadi yang layak menerima segala hormat dan pujian. Kita harus mengakui bahwa segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia dan bagi Dia. Tidak ada makhluk yang berhak mengambil sesuatu bagi dirinya sendiri, bahkan tidak ada makhluk yang berhak memiliki dirinya sendiri. Semuanya adalah milik Tuhan dan harus dikembalikan kepada Tuhan.
Jangan seperti Lucifer, malaikat yang memberontak itu. Pada dasarnya ia mengambil apa yang bukan bagiannya atau bukan miliknya. Ia tidak tahu diri bahwa dirinya diciptakan untuk Sang Pencipta. Ia tidak berhak atas dirinya sendiri. Ia tercipta semata-mata hanya untuk Allah saja.
Harus dicamkan ini: Seseorang yang tidak mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan sesungguhnya belum mengabdi kepada Tuhan. Kalau kita merasa tidak melakukan pelanggaran atas hukum-hukum karena tidak merugikan siapa pun, itu belum tentu berarti kita telah mengabdi kepada Tuhan dengan segenap diri kita. Sebab kalau kita masih membangun kehidupan ini, studi, karir, bisnis, berumah tangga dan beragama dalam kewajaran manusia hidup supaya kita memperoleh kemudahan di dunia ini, sebetulnya hidup kita adalah perjalanan hanya untuk kesenangan dan kepentingan sendiri. Mengabdi kepada Tuhan haruslah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi kita; tidak ada yang kita sisakan untuk diri kita sendiri.
Mengabdi kepada Tuhan dengan setengah hati sama dengan tidak mengabdi kepada-Nya.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar