Renungan Harian Virtue Notes, 9 September 2011
Mewarisi Watak Dan Karater Bapa
Bacaan: 1 Petrus 1: 16-19
1:16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu
1:17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa,
1:18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus
1:19 melainkan dengan darah
BAGAIMANAKAH seorang anak manusia bisa dinyatakan telah dilahirkan? Tentu jika dia sudah keluar dari kandungan ibu dalam keadaan sehat sebagai anak manusia seutuhnya. Demikianlah pula bila seseorang mengaku sebagai anak tebusan yang mengalami kelahiran baru, ia harus memiliki alasan untuk mengatakannya. Pengakuan itu harus dibuktikan dengan buah-buah kehidupan sebagai orang yang telah mengalami kelahiran baru.
Alkitab juga menggambarkan kelahiran baru sebagai “Ditebus dari cara hidup yang sia-sia” (ay. 18) Berarti kalau seseorang sungguh-sungguh telah mengalami kelahiran baru, buktinya adalah sikap hati dan seluruh !loso! hidup yang telah berubah total. Orang yang telah dilahirkan kembali tidak lagi memiliki cara hidup yang diwariskan orang tua kepadanya. Inilah ciri-ciri yang tidak bisa digantikan.
Paulus juga mengungkapkan ciri-ciri ini sebagai tidak serupa dengan dunia ini (Rm. 12:2). Kita baru dapat dikatakan tidak seperti anak-anak dunia apabila sikap hati dan !loso! hidup kita tidak sama dengan anak-anak dunia. Dengan itu kita dapat mengerti kehendak Allah: yang baik, dikenan-Nya dan sempurna. Kalau tidak seperti anak-anak dunia diartikan sekadar rajin beribadah di gereja, itu terlalu dangkal; itu standar yang terlalu rendah, sebab standar kesucian Allah adalah kekudusan seperti Diri-Nya. Itulah watak dan karakter-Nya (ay. 16).
Memang sebelum mengenal Injil yang benar, kita mewarisi watak dan karakter dari orang tua dan leluhur kita. Tetapi setelah menjadi anak Tuhan, kita diperkenankan mewarisi watak dan karakter Bapa melalui proses kelahiran baru. Namun harus diingat bahwa warisan orang tua tidak otomatis bisa dinikmati oleh anaknya. Orang tua biasanya mensyaratkan anaknya harus memiliki kapasitas mental seperti dirinya; jika tidak, maka kekayaan sebanyak apapun yang diwariskan orang tua kepadanya akan habis, bahkan warisan tersebut bisa merusak mental dan watak anak.
Oleh sebab itu kita harus mau belajar dan dididik Allah untuk mengembangkan diri kita dalam segala potensinya. Kesempatan untuk mewarisi cara hidup yang baru telah kita miliki, yaitu cara hidup anak-anak Allah yang diteladankan oleh Tuhan Yesus. Mari kita kembangkan diri kita dengan sungguh-sungguh, agar waktu yang tersedia tidak terbuang dengan sia-sia. Dengan memberikan keselamatan kepada kita, Tuhan Yesus hendak mengembalikan manusia kepada gambar-Nya, yaitu mewarisi watak dan karakter Bapa.
Jangan sia-siakan kesempatan yang masih ada untuk mewarisi watak dan karakter Bapa.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar