RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Harus Berjuang Serius

Renungan Harian Virtue Notes, 21 Agustus 2011

Harus Berjuang Serius



Bacaan: Lukas 13: 24


13:24 Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.



Penyangkalan diri adalah perjuangan berat, pergumulan yang menyita seluruh kehidupan kita. Ini lebih dahsyat dari peperangan manapun. Peperangan fisik menghasilkan kekuasaan dan wilayah musuh atau memperoleh pampasan perang, tetapi penyangkalan diri menghasilkan hidup yang kekal yang nilainya tiada terhingga.


Selama ini banyak orang menganggap penyangkalan diri suatu proses yang mudah dan otomatis terjadi setelah orang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus. Itu konsep yang salah. Pandangan ini terlampau menyederhanakan penyangkalan diri sebagai sikap menolak perbuatan yang melanggar hukum dan tidak sesuai dengan etika dan norma; padahal menyangkal diri adalah usaha terus-menerus untuk memenuhi dan melakukan apapun yang Tuhan inginkan. Untuk mengerti apa yang dapat memuaskan hati Tuhan itu tidak cukup diwakili oleh huruf-huruf hukum dan peraturan. Orang harus memiliki kecerdasan roh dan kepekaan untuk dapat mengerti kehendak Tuhan, apa yang baik, yang menyenangkan-Nya dan yang sempurna. Untuk hal ini harus ada usaha yang sangat serius dan penuh perjuangan.


Kalau hanya mau mengerti hukum dan peraturan, memang tidak perlu pergumulan berat. Membaca dan mempelajari hukum dan peraturan bisa dalam waktu singkat. Kalau hanya demikian, tidak perlu kita menggali kebenaran Alkitab yang memuat kebenaran Allah, sebab dari informasi di luar Alkitab pun kita bisa menemukan apa yang baik menurut umum. Tetapi ini saja sebetulnya tidak cukup. Kita harus memahami kekayaan Injil untuk mengerti kebenaran-kebenaran. Pengertian akan kebenaran-kebenaran itu yang akan mencerdaskan kita dan mempertajam kepekaan kita untuk mengerti kehendak Tuhan.


Mengerti kebenaran Tuhan dan mempertajam kepekaan tidak bisa diraih dalam sekejap, membutuhkan sebuah proses bertahap yang sangat ketat. Kita harus menganggap bahwa memahami kebenaran Tuhan sebagai kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan ini.


Selain belajar kebenaran terus-menerus, kita harus menyediakan waktu untuk menyendiri dengan Tuhan, agar kita dapat menyerap kehadiran Tuhan yang memberi hikmat. Dalam perjumpaan tersebut pasti Tuhan berbicara, dan kita mendapat nasihat yang sangat kuat. Momentum ini tidak bisa digantikan dengan apa pun. Melalui perjumpaan pribadi tersebut kita akan mengalami pengalaman-pengalaman luar biasa, yang tidak bisa diungkapkan kepada orang lain.



Berjuanglah menyangkal diri dengan cara menggali kebenaran Alkitab dan memiliki perjumpaan terus-menerus dengan-Nya.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Jalan Kesembuhan

Renungan Harian Virtue Notes, 20 Agustus 2011

Jalan Kesembuhan



Bacaan: Matius 9: 12


9:12 Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.



Sering Tuhan Yesus dipromosikan sebagai Tabib Agung yang mampu menyembuhkan segala penyakit jasmani. Tetapi jarang terdengar kebenaran yang lebih penting, yaitu bahwa Tuhan Yesus adalah Tabib Agung yang ingin menyembuhkan kita, manusia berdosa yang sedang sakit jiwanya. Penyakit jiwa yang dialami seluruh manusia itu sudah ada pada Lucifer, dan jika kita tidak serius mengikuti jalan kesembuhan yang disediakan Tuhan, dipastikan ujung nasib kita akan sama dengan Lucifer. Karena itu kita membutuhkan jalan kesembuhan yang berdampak abadi.


Proses waktu untuk menyembuhkan penyakit jiwa ini sangatlah terbatas dan hanya satu kali kesempatan hidup saja. Dengan rendah hati setiap kita harus menyadari diri kita sakit, sebab hanya orang sakit yang membutuhkan tabib. Beruntunglah kalau orang sakit mengenali dirinya sakit dan segera berupaya untuk kesembuhannya, jika tidak maka penyakit tersebut akan membinasakannya.


Tidak ada cara lain untuk menyembuhkan manusia yang sakit kecuali dengan menyangkal diri. Manusia yang sakit adalah manusia yang melayani diri sendiri, egois, oportunis, maunya dilayani saja, dan berbagai kerusakan lainnya. Intinya, tidak mau menjadi makhluk ciptaan seperti yang dikehendaki oleh Allah Bapa. Tuhan Yesus mau menyembuhkan penyakit ini dengan memberikan jalan penyangkal-an diri, agar orang percaya menemukan dirinya sebagai makhluk ciptaan yang dibebaskan dari kerusakannya.


Ternyata Tuhan tidak menggunakan cara cepat dan mukjizat untuk menyembuhkan kita yang sakit. Ia mengorbankan diri-Nya agar manusia bisa kembali kepada rancangan-Nya, tetapi Ia tidak memaksa manusia. Manusia yang menjadi objek keselamatan itu harus mau dan bersedia dikembalikan kepada rancangan-Nya. Jangan kita berpikir bahwa pemulihan atau kesembuhan jiwa bisa terjadi secara otomatis, seakan-akan cukup mengaku percaya saja kita sudah bebas. Manusia yang hendak disembuhkan harus memberikan respon yang memadai.


Ingat sabda Tuhan Yesus, “Tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk. 14:33). “Segala miliknya” juga mencakup seluruh kehidupan kita. “Dilepaskan” disini sama dengan disangkal. Semua keinginan dan cita-cita pribadi kita harus kita tanggalkan. Tanpa penanggalan semua ikatan dalam jiwa, kita tidak akan mengalami kesembuhan. Dengan demikian kesembuhan jiwa menuju pertumbuhan iman sangat bersyarat, dan kita harus membayar harganya.



Penyangkalan diri adalah satu-satunya jalan kesembuhan agar kita dapat kembali menemukan rancangan-Nya dalam diri kita.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Memindahkan Fokus

Renungan Harian Virtue Notes, 19 Agustus 2011

Memindahkan Fokus



Bacaan: Matius 19: 23-26


19:23 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

19:24 Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."

19:25 Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?"

19:26 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."



Kesediaan kita untuk menyangkal diri adalah keharusan yang tidak boleh dihindari dan ditunda, karena waktu kita dalam hidup ini sangat singkat, dan apabila waktu ini tidak kita manfaatkan untuk menyangkal diri, kesempatan tersebut akan semakin habis dan kita bisa-bisa memasuki kekekalan dengan tangan hampa, tanpa membawa kemuliaan apa pun.


Banyak orang menunda penyangkalan diri karena memang mereka tidak mengerti keharusan itu, dan juga tidak sedikit orang merasanya tidak penting. Toh Tuhan Yesus sudah mati dan bangkit, saya selamat, selesai; kalau mati saya masuk surga. Itulah pandangan yang menyebabkan orang tidak mau menyangkal diri.


Penyangkalan diri adalah proses untuk menundukkan diri dibawah kedaulatan Allah sepenuhnya. Ini tidak bisa kita lakukan dengan cepat, karena selain memiliki dosa warisan yaitu karakter yang diwarisi dari orang tua, kita sudah sangat lama berirama hidup yang salah, yaitu hidup untuk kesenangan bagi diri sendiri.


Penyangkalan diri juga berarti proses dan usaha kita untuk mengalihkan fokus hidup, dari diri sendiri beralih menjadi berpusat kepada Tuhan. Jelas ini butuh waktu yang tidak singkat. Kalau anugerah waktu yang kita miliki kita siasiakan, tidak ada kesempatan lagi sebab hidup kita di dunia hanya sekali.


Penyangkalan diri juga merupakan proses dan usaha untuk memindahkan fokus hidup, dari kerajaan dunia kepada Kerajaan Surga. Bagi manusia yang berdosa, ini mustahil sebab hati manusia sudah terpasung atau tertawan oleh percintaan dunia ini. Tetapi puji Tuhan, bagi Bapa tidak ada yang mustahil! Oleh pertolongan Tuhan, kita bisa mengalihkan fokus itu. Hanya saja kita juga harus meresponinya dengan serius, dengan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melakukannya.


Dengan memindahkan fokus kepada Tuhan dan kerajaan-Nya, kita adalah orang-orang yang kaya di hadapan Tuhan. Ini berbeda dengan orang-orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri di bumi ini; mereka tidak kaya di hadapan Tuhan (Luk. 12:21). Orang yang kaya di bumi—maksudnya merasa kepentingan diri sendiri adalah terpenting, dirinya tidak harus menaati Tuhan—sulit masuk ke dalam kerajaan Surga, sebab di hadapan Tuhan sesungguhnya mereka miskin dan akan menghadap Bapa dengan tangan hampa.


Jadi untuk sementara waktu di bumi ini kita memasuki sekolah kehidupan untuk bisa melakukan kehendak Allah dengan sempurna agar dilayakkan menempati Kerajaan-Nya.



Fokus dan tujuan hidup kita akan menentukan cara kita mengerjakan keselamatan yang sudah disediakan Kristus.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Mengesampingkan Kepentingan Diri Sendiri

Renungan Harian Virtue Notes, 18 Agustus 2011

Mengesampingkan Kepentingan Diri Sendiri



Bacaan: 2 Timotius 2: 3-4


2:3 Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.

2:4 Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.



Sebagai orang-orang yang sudah ditebus oleh Tuhan Yesus, kita harus berkomitmen untuk hidup dalam ketaatan penuh kepada kehendak Bapa dengan kesediaan dan kerelaan kita. Apa pun yang Bapa inginkan, kita akan melakukannya. Inilah hidup dengan penyangkalan diri, yaitu bersedia untuk tidak memiliki keinginan pribadi; keinginan kita hanyalah melakukan kehendak-Nya.


Manakala kita bersedia dan rela untuk melepaskan keinginan kita, dan mulai bergumul untuk melakukan kehendak Bapa, maka kita sedang menemukan keagungan diri kita sebagai ciptaan yang segambar dengan Bapa. Kita sedang hidup dalam nilai keagungan tertinggi dari tujuan keberadaan kita di dunia. Sebaliknya, manakala kita hidup untuk diri sendiri dan melakukan pencapaian-pencapaian keagungan diri sendiri, maka kita sejatinya sudah mereduksi nilai diri kita sebagai makhluk ciptaan yang segambar dengan Bapa.


Penyangkalan diri yang benar merupakan proses persiapan untuk mendiami langit baru dan bumi yang baru. Kalau di bumi ini seseorang sudah memiliki citacita sendiri dan sibuk dengan urusan perasaan dan pikirannya sendiri yang tidak sesuai dengan kehendak Bapa, bagaimana ia dapat melaksanakan kehendak-Nya di kekekalan? Ia tidak dapat hidup bagi Bapa, sebab hanya bisa hidup untuk dirinya sendiri. Orang yang hidup untuk dirinya sendiri adalah makhluk yang tidak tahu dan tidak memahami mengapa dan untuk apa ia diciptakan. Inilah naluri yang menjatuhkan malaikat, sehingga menjadi Iblis. Bukannya ia memperoleh kemuliaan, malah kehinaanlah jatahnya.


Makhluk yang hidup bagi dirinya sendiri adalah makhluk yang mau menjadi majikan bagi dirinya sendiri dan menjadi majikan bagi yang lain. Padahal justru keselamatan adalah usaha Tuhan untuk mengembalikan manusia agar dapat hidup untuk kepentingan Tuhan, sebab memang untuk itulah manusia tercipta. Jika kita menyangkali kenyataan ini, berarti kita tidak bersedia dan menolak masuk ke dalam proses keselamatan.


Kalau hari ini kita masih sekadar Kristen di wilayah keberagamaan, yaitu menjadi anggota gereja hanya karena mau berlindung kepada Tuhan dari masalah-masalah hidup di bumi ini dan kebutuhan jasmani, kita harus bertobat. Kalau kita mau mengikut Tuhan, kita harus mengesampingkan kepentingan diri kita sendiri. Ingat, Tuhan adalah Pencipta yang berhak menetapkan tujuan dan nilai ciptaan-Nya sendiri. Ia mestinya mendominasi manusia, bukan kita yang mendominasi Tuhan.



Nilai kemanusiaan sejati adalah manakala kita hidup menggenapi tujuan penciptaan kita, yaitu mengabdi bagi kepentingan-Nya.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Pelayanan Yang Sejati

Renungan Harian Virtue Notes, 17 Agustus 2011

Pelayanan Yang Sejati



Bacaan: Matius 20: 28


20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."



Adam sebenarnya belum mengerti kehendak Tuhan dengan sempurna. Sebelum tuntas melakukan apa yang diinginkan Bapa dalam mengelola alam semesta ini, ia telah terlebih dahulu jatuh ke dalam dosa. Adam ternyata memilih memberontak meniru langkah Lucifer.


Pemberontakan manusia ini berarti manusia gagal menempatkan diri sebagai ciptaan yang menghormati Penciptanya. Dengan keadaan memang manusia tidak bisa lagi melayani Penciptanya, sebab ia bukan hanya tidak mampu, tetapi juga tidak layak. Dengan demikian manusia tidak bisa menjadi hamba yang melayani ciptaan-Nya secara ideal.


Dalam hal ini, pelayanan tidak boleh dipahami sekadar melakukan kegiatan keagamaan atau kegiatan gereja, tetapi tindakan terus-menerus belajar mengerti kehendak Bapa dan melakukannya, guna memuaskan hati-Nya. Untuk memuaskan hati Bapa, langkah pertama adalah menyangkal diri, sesudah itu kita harus rela memikul salib seperti Tuhan Yesus. Dengan demikian seseorang yang belum menyangkal diri tidak akan sanggup memikul salib. Memikul salib artinya rela menderita dan berkorban demi keselamatan atau keuntungan orang lain. Ini telah diteladankan oleh Tuhan Yesus. Jadi pelayanan yang sesungguhnya berarti memikul salib.


Seperti Tuhan Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan diri-Nya sebagai tebusan dengan memikul salib, demikian pula kita harus rela mengorbankan apa pun demi keselamatan orang lain. Pelayanan yang sesungguhnya ditemukan manakala seseorang berusaha memuaskan hati Tuhan dengan apa pun yang dapat dilakukannya. Ini tidak bisa digantikan dengan kegiatan gereja, menjadi aktivis bahkan menjadi seorang rohaniwan, seperti pendeta.


Pelayanan yang sesungguhnya tidak ditemukan setelah seseorang mengikuti kursus Alkitab atau menjadi mahasiswa sekolah teologia, juga bukan karena disahkan sinode menjadi pejabat gereja. Pelayanan yang sesungguhnya dapat dilakukan bilamana kita mengerti kehendak Tuhan dalam segala perkara setiap hari dan melakukannya dengan sukacita dan sukarela.


Tanpa dengan serius belajar mengerti kehendak Tuhan, kalau kita ditempatkan di tempat-tempat strategis dalam pekerjaan Tuhan di lingkungan gereja, bisa-bisa kita hanya menjadi penggembira, pengganggu, atau penghambat. Karena itu mari belajar meneladani Tuhan Yesus untuk memikul salib, sehingga kita dapat menjadi pelayan Tuhan yang efektif dan menyukakan hati-Nya.



Pelayanan yang sesungguhnya ditemukan manakala kita memuaskan hati Tuhan dengan apa pun yang dapat kita lakukan.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Dipenuhi Tuhan

Renungan Harian Virtue Notes, 16 Agustus 2011

Dipenuhi Tuhan



Bacaan: Yohanes 6: 38


6:38 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.



Orang yang menyangkal diri harus larut dalam ketaatan kepada apa pun yang dikehendaki dan direncanakan oleh Allah Bapa. Dengan demikian kita semestinya tidak lagi memiliki visi, cita-cita dan kehendak sendiri. Semua yang ada pada minat dan niat kita harus kita salin dari Tuhan. Visi yang Tuhan berikan menjadi visi kita; cita-cita yang Tuhan berikan menjadi cita-cita kita. Jiwa kita menjadi bejana di mana Tuhan menuangkan kehendak dan rencana-Nya.


Sekalipun Ia mengingini kita menyalin kehendak-Nya, Ia tidak mau memaksa kita. Kitalah yang harus dengan rela membuka diri dan berkata, “Tuhan, penuhi aku dengan diri-Mu.” Dipenuhi Tuhan artinya kehendak-Nya dicurahkan dalam jiwa kita, sehingga pikiran dan perasaan kita dikuasai oleh Tuhan.


Mungkin kita lantas bertanya, apakah kehidupan seperti itu wajar, sebab bukankah manusia diciptakan Tuhan dengan kehendak bebas? Benar, Tuhan menciptakan manusia dengan kehendak bebas, tetapi kehendak bebas kita haruslah digunakan ntuk memilih melakukan kehendak Penciptanya. Dalam hal ini Allah Sang Pencipta berhak menuntut ciptaan-Nya untuk melayani diri-Nya. Bila kehendak bebas manusia dipakai untuk melayani diri sendiri berarti manusia menempatkan dirinya sebagai pemberontak, tidak menempatkan diri sebagai hamba.


Kalau kita menyangkal diri dengan benar, yaitu memadamkan segala cita-cita, visi dan kehendak pribadi, terbukalah kesempatan untuk mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya dengan sukarela. Sebab keinginan diri sendiri tak akan pernah bisa dipuaskan, dan sebagai akibatnya orang akan bergerak tiada henti dan akhirnya terbelenggu oleh keinginannya sendiri. Ia tidak mempunyai waktu untuk Tuhan; semua untuk dirinya sendiri. Tuhan pun disembah hanya supaya memuaskan keinginannya sendiri. Seolah-olah Tuhan ada untuk dirinya bukan dirinya ada untuk Tuhan. Orang-orang seperti ini akan sesat oleh keinginan dan ambisinya sendiri sampai ia menutup mata, pulang ke keabadian dengan tangan kosong.


Dengan dipenuhi Tuhan, kita memadamkan keinginan dalam bentuk apa pun dan bagaimanapun yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Hidup seperti ini memang pada mulanya sulit bahkan rasanya mustahil, tetapi yang mustahil bagi manusia tidak mustahil bagi Tuhan. Kalau dibiasakan, kita akan mudah melakukannya, dan itu menjadi kesenangan, sebab sungguh suatu kehormatan kalau kita hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah. Adalah anugerah bila kita diperkenankan-Nya melayani perasaan dan kehendak-Nya dalam segala hal.



Kehendak bebas kita harus digunakan untuk memilih melakukan kehendak Allah.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Froneo

Renungan Harian Virtue Notes, 15 Agustus 2011

Froneo



Bacaan: Filipi 2: 5


2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,



Menyangkal diri adalah melepaskan pola berpikir, filosofi dan cara hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Sebagai gantinya, kita bersedia dan berusaha mengenakan pikiran dan perasaan Kristus. Dalam teks aslinya, kata “menaruh pikiran dan perasaan” sebetulnya hanya satu kata yaitu φρονέω (fronéō), yang artinya “menggunakan pikiran”, “sangat tertarik kepada sesuatu”. Jadi kalau Firman Tuhan menghendaki kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus, artinya kita berpola pikir seperti Tuhan Yesus dan memiliki ketertarikan yang serius terhadap objek tertentu sama seperti Tuhan Yesus.


Apakah sesuatu yang menarik bagi-Nya itu? Jawabannya adalah “melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34). Jadi kalau Allah menghendaki kita untuk memiliki pikiran dan perasaan Kristus, maksudnya adalah agar orang percaya memahami dan melakukan apa pun yang dikehendaki Allah Bapa. Tanpa memiliki pikiran dan perasaan Kristus, kita hanya bisa mengerti dan melakukan apa yang baik menurut diri kita sendiri. Padahal kita harus mengerti apa yang baik, yang dikenan dan yang sempurna menurut Bapa, sehingga pada akhirnya tujuan menyangkal diri adalah mengerti apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan dan secara konsisten hidup di dalamnya.


Pada umumnya orang sudah terbiasa dengan pola hidup yang diwarisinya dari nenek moyangnya, yaitu mengejar apa yang menyenangkan dan memuaskan hatinya. Anak-anak akan tertarik terhadap apa yang diminati orang tua dan lingkungannya. Kalau orang tuanya buta kebenaran dan lingkungannya fasik, maka gairah hidup fasik akan menyeretnya ke dalam kebinasaan abadi. Setelah mengenal Tuhan Yesus, cara hidup yang salah itu harus ditanggalkan. Itulah maksud penebusan oleh darah Tuhan Yesus (1Ptr. 1:18–19). Hal-hal yang dahulu merupakan kesenangan dan kepuasan kita dan memberi nilai dalam kehidupan kita harus kita anggap sampah (Flp. 3:7–9).


Menganggap hal yang dahulu berharga sebagai sampah harus kita lalui dalam proses penyangkalan diri. Setelah mengenal kekayaan dalam Kristus Yesus, maka semua yang dahulu merupakan keuntungan bagi kita sekarang kita anggap rugi dan tidak bernilai lagi. Dengan demikian barulah kita bisa mengikut Sang Majikan Agung kita. Bila tidak, dengan segala kebanggaan dan kesenangan yang masih melekat di dalam diri kita, kita tidak bisa sejalan dengan Majikan Agung. Untuk bisa berjalan seirama dengan-Nya, mau tidak mau kita harus menyangkal diri.



Memiliki pikiran dan perasaan Kristus artinya berpola pikir seperti Tuhan Yesus, memahami dan melakukan kehendak Bapa sama seperti Tuhan Yesus.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger