RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Pilihan Hidup

Renungan Harian Virtue Notes, 14 Juni 2010
Pilihan Hidup

Bacaan : Yeremia 1 : 4-12


1:4. Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya:
1:5 "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."
1:6 Maka aku menjawab: "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda."
1:7 Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan.
1:8 Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN."
1:9 Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.
1:10 Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam."
1:11. Sesudah itu firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: "Apakah yang kaulihat, hai Yeremia?" Jawabku: "Aku melihat sebatang dahan pohon badam."
1:12 Lalu firman TUHAN kepadaku: "Baik penglihatanmu, sebab Aku siap sedia untuk melaksanakan firman-Ku."

Dalam sejarah pergumulan teologia gereja, hal kehendak bebas (liberum arbitrium) merupakan masalah yang penting. Ini juga diperbincangkan dan menjadi bahan perdebatan seru di dalam filsafat dan agama. Salah sati presuposisi bagi penelitian etika adalah keyakinan bahwa manusia ialah makhluk yang bebas dan bertanggung jawab. Dua hal ini memiliki ikatan dan unsur pengertian yang sama, sekaligus ada hubungan timbal balik. Manusia disebut sebagai makhluk yang bertanggung jawab apabila manusia hadir sebagai makhluk yang bebas. Manusia sebagai makhluk yang bebas, oleh karena itu ia harus bertanggung jawab. Seandainya tidak demikian, maka tidak mungkin dapat menilai manusia secara etis.

Dari sudut pandangan etika, kebebasan mutlak perlu ada. Kebebasan mutlak di sini maksudnya adalah, bagaimanapun manusia yang menentukan langkah kehidupannya sendiri. Namun di sisi lain, setiap individu telah memiliki keberadaan dasar yang tidak dapat ditolak. Maksudnya, seseorang tidak dapat memilih dilahirkan di mana. Itulah takdir. Seorang Jawa yang lahir di Solo merupakan penentuan TUHAN, tetapi apakah menjadi orang Jawa yang baik atau orang Jawa yang jahat, itu pilihan.

Seperti dalam kisah Nabi Yeremia, TUHAN mengatakan kepadanya bahwa ia telah ditentukan TUHAN sejak dalam kandungan menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. Jadi TUHAN sudah mengetahui dan menetapkan Yeremia sebagai nabi bagi bangsa-bangsa. Sementara bagi Yeremia, ia tidak mengetahui hal ini, namun yang ia pahami adalah ia harus menjalani kehidupannya sesuai dengan kehendak TUHAN secara total. Hal ini yang membuat ia dapat mendengar suara TUHAN dan berdialog dengan TUHAN.

Serupa dengan kita; kita tidak mengetahui masa depan kita. Bahkan satu detik setelah ini pun tidak. Namun menjadi bagian kita adalah menjalani kehidupan ini sesuai dengan kehendak TUHAN detik demi detik, sampai pada akhirnya. Pertanyaannya adalah : Apakah kita mau?
Read more
0

Mengenal Hakikat-NYA

Renungan Harian Virtue Notes, 13 Juni 2010
Mengenal Hakikat-NYA

Bacaan : Amsal 19 : 21; Lukas 1 : 51–53


Amsal 19 : 21
19:21. Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.

Lukas 1 : 51–53
1:51 Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya;
1:52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;
1:53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;


TUHAN mengetahui keseluruhan hidup kita. Dari awal sampai akhirnya. Sebagai manusia kita diberi tanggung jawab untuk memilih langkah kehidupan kita selama di dunia ini. Dan sebagai anak TUHAN kita harus mengarahkan kehendak bebas kita untuk melakukan kehendak TUHAN. Sehingga dalam konteks perjalanan hidup seorang anak TUHAN, kita diberi tanggung jawab untuk menentukan setiap langkah kehidupan guna melakukan kehendak TUHAN. Mengapa demikian? Karena kita adalah milik TUHAN (1 Korintus 6 : 20). Dan kehendak TUHAN itu seperti apa? Apa yang baik, yang berkenan kepada ALLAH, dan yang sempurna (Roma 12 : 2).

Memang ada ayat yang menunjukkan bahwa Tuhan menentukan segala sesuatu. Contohnya dalam Ams. 19:21, “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHAN lah yang terlaksana.” Ayat ini sebaiknya tidak dipahami salah, seolah-olah TUHAN dengan kedaulatan-NYA yang absolut dan tanpa aturan, sekali lagi tanpa aturan, memutuskan segala sesuatu tanpa mempertimbangkan isi hati manusia. Tentu kalau isi hati seseorang sesuai dengan kehendak dan rencana TUHAN, TUHAN akan melaksanakan keputusan-NYA sesuai dengan rancangan manusia itu. Sebaliknya, ada juga rancangan orang jahat yang terpenuhi, sebab memang ia berhasrat melakukannya. TUHAN memutuskan untuk tidak mencegahnya, sebab orang itu memilih jalan menuju kebinasaannya sendiri. Betapa penuh misterinya kehidupan ini.

Demikian pula dalam Luk. 1:52 tertulis bahwa TUHAN menurunkan seseorang dari tahtanya dan mengangkat orang yang rendah. Jangan menganggap hal ini dilakukan TUHAN secara serampangan tanpa alasan. TUHAN pasti bertindak dalam kebijaksanaan yang sempurna, yang seringkali tidak dimengerti manusia. Karena TUHAN memiliki hakikat, maka wajib agar manusia belajar untuk mengenal hakikat-NYA. Walaupun manusia tidak akan dapat mengenal TUHAN secara sempurna, tetapi pengenalan dapat diperoleh manusia dari Alkitab dan ini sudah cukup menjadi bekal untuk menjalani hidup ini dalam berurusan dengan TUHAN. Maka sesuai dengan hakikat-NYA, TUHAN menentukan seseorang naik atau turun, kaya atau miskin tidak mungkin terlepas dari kehendak bebas dan tanggung jawab orang itu sendiri.

Dengan mengakui hal ini, bukan berarti kita merendahkan TUHAN, tetapi justru kita menghargai TUHAN atas apa yang telah ditentukan-NYA. Bahwa kehendak bebas untuk memilih keadaan manusia itulah yang ditentukan oleh-NYA. Seolah-olah Tuhan berkata, ”Tentukan langkah kehidupanmu dari kehendak bebas yang KU-berikan”. Kenyataan ini seharusnya menggetarkan kita. Kebenaran ini hendaknya menggerakkan diri kita untuk mengelola kehendak bebas kita dengan bijaksana dan sungguh-sungguh berdasarkan kehendak ALLAH.
Read more
0

Hidup Di Bawah Kedaulatan Siapa?

Renungan Harian Virtue Notes, 12 Juni 2010
Hidup Di Bawah Kedaulatan Siapa?

Bacaan : Ayub 4 : 18; Yehezkiel 28 : 13–19

Ayub 4 : 18
4:18 Sesungguhnya, hamba-hamba-Nya tidak dipercayai-Nya, malaikat-malaikat-Nyap didapati-Nya tersesat,

Yehezkiel 28 : 13–19
28:13 Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga: yaspis merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus, krisopras dan nefrit, lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya diperbuat dari emas dan disediakan pada hari penciptaanmu.
28:14 Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya.
28:15 Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu.
28:16 Dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa. Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya.
28:17 Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya.
28:18 Dengan banyaknya kesalahanmu dan kecurangan dalam dagangmu engkau melanggar kekudusan tempat kudusmu. Maka Aku menyalakan api dari tengahmu yang akan memakan habis engkau. Dan Kubiarkan engkau menjadi abu di atas bumi di hadapan semua yang melihatmu.
28:19 Semua di antara bangsa-bangsa yang mengenal engkau kaget melihat keadaanmu. Akhir hidupmu mendahsyatkan dan lenyap selamanya engkau."

Orang-orang yang berpikiran negatif sering mencurigai ALLAH, bahkan menuduh ALLAH bermaksud jahat kepada manusia dengan sengaja menaruh pohon pengetahuan yang baik dan jahat di Taman Eden dan tidak menghindarkan manusia dari memakannya. Mereka bahkan menyimpulkan bahwa ALLAH lah yang merancang kejatuhan itu; ALLAH lah penyebab dosa.

Sebaliknya, bila dilihat dengan kacamata positif, kita menemukan manusia sebagai makhluk yang terhormat, yang diberi kebebasan untuk dapat menentukan nasibnya sendiri. Memang kehendak bebas ini membuat manusia memikul risiko dan tanggung-jawab yang berat, sebab manusia diperhadapkan berkat atau kutuk, rahmat atau laknat. Tetapi di sisi lain, ini menjadikan manusia sebagai makhluk yang sangat luar biasa, sebab ia ditantang untuk menentukan hidupnya di bawah kedaulatan siapa: apakah ia mau menundukkan diri kepada TUHAN dan hidup di bawah kedaulatan TUHAN, atau hidup dalam kedaulatannya sendiri sehingga menjadi budak dosa.

Kehendak bebas ini menyejajarkan manusia dengan malaikat, yang juga memiliki kehendak bebas dan bisa jatuh dalam pemberontakan kepada TUHAN. Dalam Ayub. 4:18 ditemukan kenyataan bahwa malaikat ada yang sesat.

Seperti malaikat, manusia bukan robot yang diatur dengan remote control, manusia adalah makhluk yang berkehendak bebas. Dalam sejarah hidup malaikat, ternyata ada malaikat-malaikat yang memberontak kepada TUHAN Semesta Alam dan memposisikan diri sebagai seteru-NYA. Kehendak bebas yang diberikan kepada malaikat berbuntut pemberontakan sebagian malaikat, tidak berbeda dengan yang dialami manusia. Hanya bedanya, manusia diberi kesempatan bertobat tetapi malaikat yang jatuh tidak memiliki kesempatan lagi. Dalam Yeh. 28:18, dikatakan bahwa malaikat yang jatuh sudah ditentukan untuk masuk neraka.

Oleh sebab itu kesempatan yang diberikan TUHAN untuk rekonsiliasi ini hendaknya tidak kita sia-siakan. Bersyukurlah bahwa kita masih diberikan kesempatan untuk bertobat, sehingga dengan kehendak bebas kita, kita dapat memilih untuk berdamai dengan ALLAH, hidup di bawah kedaulatan-NYA, hidup melakukan kehendak-NYA.
Read more
0

Free Will For GOD's Will

Renungan Harian Virtue Notes, 11 Juni 2010
Free Will For GOD's Will

Bacaan : Kejadian 3 : 1–7; Galatia 6 : 7–9


Kejadian 3 : 1–7
3:1. Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"
3:2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,
3:3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."
3:4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati,
3:5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."
3:6. Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
3:7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.

Galatia 6 : 7–9
6:7 Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.
6:8 Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.
6:9 Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.


Adam dan Hawa diciptakan ALLAH sebagai makhluk-makhluk yang berkehendak bebas. Kebebasan ini ditunjukkan TUHAN melalui keberadaan pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat yang ada di dalam Eden.

Peristiwa di Taman Eden mengisahkan dosa datang dari godaan “ular” yang kemudian diresponi oleh Hawa. Ini menunjukkan bahwa ALLAH memberi kebebasan kepada manusia untuk mengambil keputusan dan menentukan langkah kehidupannya. Dari awal sejarah manusia sudah tampak jelas bahwa ALLAH memberi tanggung jawab kepada manusia menyertai keistimewaan berupa kehendak bebas. Dalam tanggung jawab terkandung pengertian penyebab dari apa yang dialaminya. Orang bertanggung jawab atas sesuatu yang disebabkan oleh keputusan dari tindakannya. Orang yang tidak menjadi penyebab dari suatu hal tidak perlu bertanggung jawab atas hal tersebut. Keadaan manusia hari ini adalah hasil atau akibat dari keputusannya. TUHAN sama sekali tidak bisa dipersalahkan.

Sebelum jatuh dalam dosa, sebenarnya manusia sudah memiliki pengertian tentang apa yang baik dan jahat, tetapi manusia belum memiliki kesadaran tentang apa yang jahat. Maksudnya, sejak diciptakan, manusia tentu sudah paham bahwa melanggar larangan TUHAN itu jahat. Tetapi kejatuhan manusialah yang membuatnya sadar tentang kejahatan. Sejak itulah manusia harus bergumul memilih apa yang baik dan jahat dalam ukuran manusia, bukan dalam ukuran Allah, sebab manusia sudah rusak. Manusia masih bisa memilih apa yang baik, tetapi bukan kebaikan yang sempurna. Kebaikan yang sempurna baru disediakan bagi umat Perjanjian Baru.

Dalam Kekristenan, kehendak bebas dan tanggung jawab manusia mempunyai tempat yang penting untuk dipahami. Inilah yang memberi nilai atas manusia. Itulah sebabnya upah dan hukuman merupakan realitas Ilahi. Itulah sebabnya ada surga dan neraka.

Dengan memahami kebenaran ini kita akan menjadi hati-hati dan bijaksana dalam hidup, tidak ceroboh dan tanpa perhitungan. Hukum tabur tuai merupakan realitas Ilahi yang tidak dapat dihindari oleh siapa pun. Keistimewaan berupa kehendak bebas sudah diberikan TUHAN pada kita. Segala akibat dari penggunaan kehendak bebas itu pun menjadi tanggung jawab kita. Karena itu mari kita mengarahkan kehendak bebas kita untuk melakukan kehendak TUHAN. Itulah bagian kita.
Read more
0

Kehendak Bebas

Renungan Harian Virtue Notes, 10 Juni 2010
Kehendak Bebas

Bacaan : Kejadian 2 : 9, 15–17


2:9 Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

2:15 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
2:16. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,
2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."

Salah satu keistimewaan yang diberikan TUHAN kepada manusia adalah kehendak bebas. Ini adalah harta yang sangat berharga dan sangat istimewa yang tidak bisa diintervensi oleh siapapun, bahkan oleh TUHAN sendiri. Apabila dinyatakan bahwa TUHAN sendiri tidak bisa mengintervensi kebebasan yang telah diterima manusia dari-NYA, ini sama sekali tidak bermaksud mengurangi hormat terhadap supremasi atau keunggulan TUHAN dalam kedaulatan-NYA. TUHAN sendiri dalam kedaulatan-NYA dengan rela memberikan kedaulatan kepada manusia untuk menentukan pilihannya sendiri. Sekecil apa pun, manusia telah diberi kedaulatan dalam wilayah hidupnya yang juga dihargai oleh TUHAN. Dengan menghargai kedaulatan manusia itu, berarti TUHAN menghargai kedaulatan-NYA sendiri. Dalam hal ini TUHAN menunjukkan konsekuensi-NYA dalam menciptakan manusia dengan kodrat kehendak bebasnya.

Ini tampak dari kisah manusia pertama. TUHAN menciptakan pohon pengetahuan baik dan jahat di Taman Eden, dan IA tidak memagarinya untuk mencegah manusia memakan buah terlarang tersebut. IA hanya memberi perintah agar manusia tidak memakan buah pohon tersebut (ay. 15). Mungkin kita bertanya, untuk apa Ia menciptakan pohon pengetahuan itu, jika buntutnya—seperti yang kita ketahui—manusia tetap memakannya, yang berarti manusia jatuh secara tragis?

Itulah bentuk pengakuan ALLAH terhadap kehendak bebas manusia. IA menginginkan manusia mencintai-NYA secara tulus dan sadar dengan kehendak bebasnya, tetapi itu hanya mungkin jika ada pilihan atau kemungkinan untuk tidak mencintai-NYA. IA memerintahkan manusia untuk patuh secara tulus dan sadar, tetapi itu hanya mungkin jika ada pilihan atau kemungkinan untuk tidak patuh. Pohon pengetahuan ditempatkan-NYA sebagai sarana jika manusia memutuskan untuk tidak patuh kepada-NYA, dan berbalik dari-NYA.

Hal ini merupakan gambaran yang jelas mengenai bentuk dan mekanisme kehidupan manusia. Fragmen yang terjadi di taman Eden adalah gambaran kehidupan manusia; bukan hanya bagi manusia pertama, tetapi juga bagi manusia di segala tempat dan sepanjang zaman. Kita harus mengakui bahwa manusia dikendalikan oleh kehendak bebasnya—yang dalam istilah Latin disebut liberum arbitrium— dalam menentukan nasib atau keadaan dirinya. TUHAN sebagai Hakim menegakkan hukum kehendak bebas itu dengan segala resiko dan konsekuensinya, baik bagi manusia maupun bagi TUHAN sendiri. Walaupun itu berarti ketika manusia jatuh dalam dosa, ALLAH sendiri yang harus turun menyelamatkannya.
Read more
0

Keselamatan Ditinjau Dari Masa Depan

Renungan Harian Virtue Notes, 9 Juni 2010
Keselamatan Ditinjau Dari Masa Depan

Bacaan : Roma 8 : 24–25

8:24 Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?
8:25 Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.

Keselamatan dari sudut pandang ketiga ialah yang ditinjau dari masa yang akan
datang. Inilah pengharapan yang menjadi tujuan hidup orang percaya, yaitu realisasi kedatangan Kerajaan TUHAN secara fisik, atau penggenapan dari kepenuhan keselamatan yang diterima orang percaya. Kehidupan orang percaya harus diarahkan kepada rencana BAPA untuk menjadikan kita duduk bersama dengan TUHAN dalam memerintah di Kerajaan-NYA (Luk. 22:29–30). Inilah yang dimaksud dengan mengharapkan apa yang tidak kita lihat.

Ketika orang percaya memasuki negeri yang tak berzaman yaitu Kerajaan TUHAN Yesus Kristus, barulah genap seluruh proyek penyelamatan yang dikerjakan oleh TUHAN, baik oleh TUHAN Yesus maupun oleh Roh Kudus. Langit baru dan bumi baru adalah pelabuhan akhir yang menyudahi proyek penyelamatan. Jadi sebelum kita sampai di negeri tersebut, maka proyek penyelamatan belum lengkap.

Kerajaan Surga inilah yang merupakan fokus dan orientasi utama pelayanan pekerjaan TUHAN. Bukankah ketika TUHAN Yesus memulai pengajaran-NYA, IA sudah berkata, “Kumpulkanlah harta di Surga. Pindahkan hatimu ke sana. Ingat, di mana ada hartamu, di situ hatimu berada” (Mat. 6:20–21). Ia juga berkata, “Kamu bukan dari dunia ini” (Yoh. 15:19). Proyek besar TUHAN adalah mempersiapkan langit baru dan bumi baru di mana orang percaya akan mewarisinya. Tidak ada proyek yang lebih besar dari proyek TUHAN tersebut. Oleh sebab itu dalam seluruh kegiatan hidup kita jangan ada yang menganggu pekerjaan TUHAN tersebut.

Orang percaya yang bertumbuh dalam TUHAN tidak akan mengalami penghakiman, tetapi anugerah memerintah bersama Kristus di langit baru dan bumi yang baru. Jadi orang percaya yang mengikuti TUHAN -dalam keimanan penuh- hanya menanti penempatan kedudukan dalam Kerajaan BAPA, dipermuliakan bersama-sama dengan TUHAN Yesus. Maka orang yang benar-benar percaya tidak akan terpengaruhi oleh keindahan apa pun di bumi ini, sebab ia mengenal keindahan Kerajaan-NYA.

Dalam bacaan kita, Rasul Paulus menyatakan dengan tegas bahwa pengharapannya ialah yang tidak kelihatan (di surga), sebab mengharapkan yang kelihatan (di dunia ini) bukanlah pengharapan. Ia melakukan segala sesuatu agar ia dapat memperoleh kebangkitan dari antara orang mati dan menerima mahkota abadi dalam Kerajaan-NYA. Dengan demikian, mengenai keselamatan jangan hanya berbicara mengenai “diperkenankan masuk Surga”, tetapi juga menerima kemuliaan bersama dengan TUHAN Yesus, atau dipermuliakan bersama-sama dengan-NYA.
Read more
0

Keselamatan Ditinjau Dari Masa Sekarang

Renungan Harian Virtue Notes, 8 Juni 2010
Keselamatan Ditinjau Dari Masa Sekarang

Bacaan : Filipi 2 : 5–12



2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,

2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,

2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

2:8
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.


2:9
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,


2:10
supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,


2:11
dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!


2:12.
Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,



Sudut
pandang kedua mengenai keselamatan ialah keselamatan ditinjau dari masa sekarang. Keselamatan yang ditinjau dari masa sekarang adalah pergumulan meresponi keselamatan yang TUHAN tawarkan. Inilah pergumulan untuk menjalankan hidup baru yang TUHAN berikan kepada seseorang: mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar (ay. 12). Mengerjakan keselamatan adalah berlajar bertumbuh mengenakan pikiran dan perasaan Kristus (ay. 5-7). Di sini jelaslah bahwa keselamatan adalah usaha ALLAH mengembalikan manusia kepada rancangan-NYA.


Keselamatan harus dikerjakan, supaya menjadi milik yang pasti (Ibr. 6:9–11). Menjadi milik yang pasti, atau memiliki hak penuh masuk Kerajaan Surga, artinya kalau seseorang menyambut keselamatan dengan sikap yang benar maka ia sampai pada taraf tidak mungkin binasa. Di sini barulah kita dapat mengatakan “Sekali selamat, tetap selamat”. Jadi, mengaku percaya kepada Yesus sebagai TUHAN dan Juruselamat barulah awal dari perjalanan panjang bergumul mengerjakan keselamatan. Maka sekadar mengatakan percaya kepada TUHAN Yesus belum dapat dikatakan beriman. Iman bukan hanya sebuah perkataan, bukan sekadar persetujuan pikiran atau pengaminan akali, melainkan tindakan.

Dalam Ef. 2:8, Alkitab berkata, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman.” Iman dan pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib adalah kasih karunia atau anugerah yang diberikan ALLAH. Kita tidak perlu melakukan apa-apa kecuali percaya dan menerima. Ini adalah bagian ALLAH. Menjadi bagian kita adalah mengekspresikan iman kita kepada ALLAH melalui kehidupan kita setiap hari sampai pada akhirnya nanti. Iman adalah cara menyambut keselamatan itu. Iman dinyatakan melalui penurutan terhadap kehendak ALLAH.

Alkitab mengatakan, orang-orang yang menerima TUHAN disahkan menjadi anak-anak ALLAH (Yoh. 1:12). Menerima di sini bukan sekadar perkataan, melainkan tindakan iman yang nyata dalam kehidupan, yaitu menuruti kehendak ALLAH.

Kita disebut beriman bukan karena perkataan di mulut, tetapi karena tindakan kita dan keseriusan kita bergumul mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar.
Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger