RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Keselamatan Ditinjau Dari Masa Lalu

Renungan Harian Virtue Notes, 7 Juni 2010

Keselamatan Ditinjau Dari Masa Lalu


Bacaan : Ibrani 2 : 1–4; Yohanes 6 : 24–27

Ibrani 2 : 1-4

2:1. Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus.

2:2 Sebab kalau firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap berlaku, dan setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal,

2:3 bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan

2:4 Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.

Yohanes 6 : 24–27

6:24 Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.

6:25 Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?"

6:26 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.

6:27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."


Ketika seseorang merumuskan keselamatan secara salah, maka Kekristennya pun juga salah. Kekristenannya menjadi tidak berkualitas. Bagaimanapun keselamatan harus dipahamai secara tepat dan cerdas, karena ini adalah pokok pengajaran yang sangat penting. Keselamatan dapat ditinjau dari tiga dimensi. Pertama, keselamatan ditinjau dari sudut pandang masa lalu. Keselamatan yang ditinjau dari masa lalu adalah memandang karya atau pekerjaan keselamatan yang telah dikerjakan oleh TUHAN Yesus dua ribu tahun yang lalu telah selesai dan sangat sempurna. Sudah final. TUHAN Yesus telah menyelesaikan tugas penyelamatan itu, sehingga tidak perlu lagi usaha-usaha untuk melengkapi karya TUHAN Yesus yang sudah sempurna.

Memandang keselamatan yang ditinjau dari masa lalu juga memperkarakan visi utama kedatangan TUHAN. Visi utama kedatangan TUHAN Yesus adalah keselamatan manusia, dan hakekat keselamatan adalah mengembalikan manusia pada rancangan-NYA. Masalah dosa bukanlah sekadar masalah kesehatan, kemiskinan, rumah tangga dan hal-hal sementara di bumi ini. Dosa menyangkut masalah terputusnya hubungan antara ALLAH dan manusia, karakter yang rusak dan hidup dibawah ancaman maut kekal di api neraka. Visi utama kedatangan TUHAN Yesus adalah untuk hal ini. Adapun masalah-masalah lain, harus dianggap sebagai masalah minor. Jangan mencari TUHAN karena roti, tetapi harus melihat tanda atau petunjuk arah, hendak dibawa kemana kita oleh TUHAN dengan keselamatan-Nya (Yoh. 6:24-27).

Kenyataan yang kita jumpai hari ini, ada banyak Injil palsu yang diberitakan, sebagai akibatnya kebenaran Injil tidak sepenuhnya didapat oleh pendengarnya. Tanpa pemberitaan Firman TUHAN yang orisinal, jemaat TUHAN tidak mengerti apa keselamatan itu dan proses hidup didalam keselamatan tersebut. Banyak orang Kristen tidak mengerti visi utama kedatangan TUHAN Yesus. Mereka mengubah Yesus sebagai Juruselamat duniawi. Keselamatan dalam Yesus hanyalah untuk menyelesaikan masalah pemenuhan kebutuhan jasmani. Pada dasarnya mereka seperti orang-orang Yahudi yang mencari TUHAN karena roti. Kebodohan orang-orang Yahudi itu berbuntut pada penyaliban kepada Sang Kristus. Sebagian mereka sampai pada taraf menghujat Roh Kudus. Tidak ada kesempatan lagi untuk diperbaiki.

Kita harus tahu apa Injil yang benar itu. Berdasarkan pengertian Injil yang benar, kita dapat membangun iman yang benar kepada TUHAN Yesus Kristus. Bila kita tidak mengerti visi utama kedatangan TUHAN Yesus, kita tidak akan membangun iman yang benar.

Read more
0

Bertanggung Jawab Terhadap Anugerah

Renungan Harian Virtue Notes, 6 Juni 2010

Bertanggung Jawab Terhadap Anugerah


Bacaan : Matius 18 : 21–35

18:21. Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"

18:22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

18:23 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.

18:24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.

18:25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.

18:26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.

18:27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.

18:28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!

18:29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.

18:30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.

18:31 Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.

18:32 Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.

18:33 Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?

18:34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.

18:35 Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."


Dalam perumpamaan TUHAN Yesus mengenai pengampunan, Ia menunjukkan bahwa orang yang akhirnya tidak diampuni adalah orang yang tidak mengerti ia telah menerima pengampunan begitu besar. Ia tidak mau mengampuni temannya yang berutang hanya 100 dinar, sedangkan ia telah menerima penghapusan utang 10.000 talenta. Satu talenta adalah 6000 dinar, kurang lebih upah kerja normal 16,5 tahun pada saat itu.

Gambarannya di masa kini, kita digaji Rp 3 juta sebulan, tetapi karena kita berbelanja sesuka hati kita dengan berbagai kartu kredit—katakanlah itu mungkin— kita berutang Rp 6 trilyun. Sanggupkah kita membayarnya? Lalu TUHAN Yesus datang dan membayar lunas semua utang kita tersebut. Masakan kita masih mau menagih orang yang berutang Rp 10 juta kepada kita, padahal utang kita yang Rp 6 trilyun telah dihapus oleh TUHAN? Mengampuni memang bukan sesuatu yang mudah, tetapi kalau seseorang mengerti dan menghayati pengampunan dari TUHAN, maka pastilah ia dapat mengampuni sesama. Angka-angka di atas dapat memberikan gambaran bagi kita. Itulah sebabnya TUHAN berkata, “Kalau kamu tidak mengampuni, maka TUHAN juga tidak mengampuni” (Mat. 6:14–15).

Setelah utang kita dihapus oleh TUHAN, bolehkah kita belanja semau gue lagi? Tentunya tidak. Kita harus membelanjakan kartu kredit kita untuk kepentingan TUHAN yang telah menyelesaikan utang kita. Anugerah keselamatan itu diberikan TUHAN bersamaan dengan tanggung jawab yang harus dipikul juga. Masalah dosa memang telah diselesaikan-NYA, tetapi bukan berarti orang percaya berhenti bergumul. Justru setelah memperoleh keselamatan, orang percaya memulai suatu pergumulan yang baru, yaitu mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Flp. 2:12). Pergumulan itu adalah agar kita memiliki kesediaan dan kapasitas menerima anugerah. Mengerjakan keselamatan maksudnya adalah agar kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Apakah ini mungkin? Mengapa tidak? TUHAN yang memberi perintah, tentu IA juga yang akan memberi kesanggupan untuk dapat melakukannya.

Mari kita belajar bertanggung jawab terhadap anugerah dengan menghayati kasih TUHAN bagi kita, sehingga kita bisa melakukan kasih yang sama. Kita telah diampuni, maka kita mengampuni. TUHAN telah menyerahkan nyawa-NYA bagi kita, maka kita menyerahkan nyawa kita bagi saudara-saudara kita. IA menuntut kita mengasihi-NYA lebih daripada siapa pun dan apa pun. Status yang tinggi tuntutannya pun tinggi.

Read more
0

Mati Bagi Dosa

Renungan Harian Virtue Notes, 5 Juni 2010

Mati Bagi Dosa


Bacaan : Kolose 1 : 15–23


1:15 Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,

1:16 karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.

1:17 Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.

1:18 Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.

1:19 Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia,

1:20 dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.

1:21 Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat,

1:22 sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.

1:23 Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.


Mungkin kita pernah dihadapkan dengan pertanyaan yang mengatakan, “Sedemikian mudahnyakah keselamatan dalam Yesus Kristus itu? Bagaimana bisa, tanpa usaha manusia sama sekali, manusia bisa selamat?” Mengapa tidak? Sebab manusia dengan usahanya sendiri memang tidak akan pernah mampu mencapai TUHAN dan menyelesaikan masalah dosanya. Harus ALLAH sendiri yang menjadi manusia untuk menyelesaikannya bagi kita. Itulah sebabnya Paulus menulis dalam suratnya bahwa keselamatan itu bukan hasil usaha kita (Ef. 2:9).

Kemudian mulailah orang berkata, “Enak sekali jadi orang Kristen itu. Agama Kristen membuat pemeluknya malas berbuat baik. Kristen agama gampangan.” Ini juga dugaan yang salah. Justru Kekristenan adalah jalan yang sukar. Tidak banyak orang yang bisa melakukannya dengan baik. Karenanya Yesus berkata, “Banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih.” (Mat. 22:14). Memang paradoks. Di satu pihak terkesan Kekristenan adalah jalan yang mudah, tetapi sebenarnya justru jalan yang sangat sukar dan berat. Kalau gampang TUHAN Yesus tidak akan berkata kepada pengikut-Nya, “Mau ikut aku? Hitung dulu anggarannya.” (Luk. 14:28)

Jalan itu sukar sebab justru setelah dosa-dosa kita diselesaikan oleh TUHAN Yesus, kita harus mati terhadap dosa. Hidup kita adalah hidup bukan untuk melakukan dosa, tetapi untuk melakukan kehendak Allah. TUHAN menetapkan suatu tuntutan yang sangat tinggi yaitu kehidupan yang tidak bercacat dan tidak bercela (Kol. 1:22). Hal ini kedengarannya mustahil, tetapi TUHAN tidak mungkin memerintahkan kita melakukan apa yang tidak dapat kita lakukan.

Mati terhadap dosa juga berarti mati terhadap diri kita sendiri. Segenap hidup kita harus dipersembahkan bagi pelayanan pekerjaan TUHAN. Semua orang percaya harus menjadi hamba-hamba TUHAN sepenuh waktu. Sebab sebagai orang percaya kita tidak lagi hidup bagi diri kita sendiri, tetapi bagi DIA yang telah mati dan memberikan nyawanya untuk keselamatan semua. Dengan menjadi anak tebusan TUHAN berarti kita menyerahkan seluruh kehidupan untuk dimiliki TUHAN sepenuhnya.

Mari kita menyadari bahwa hidup kita di dunia ini hanya untuk persiapan menerima Kerajaan TUHAN Yesus Kristus yang akan datang. Karena itu marilah kita melatih dan memperbaiki diri supaya menjadi sempurna seperti yang TUHAN inginkan, dengan bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan tetap berpegang pada pengharapan Injil.



Read more
0

Isi Keselamatan

Renungan Harian Virtue Notes, 4 Juni 2010

Isi Keselamatan


Bacaan : Efesus 2 : 8-10

2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,

2:9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

2:10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.


Keselamatan dalam Yesus Kristus memang sangat unik dan tidak akan dijumpai dalam agama manapun. Sebagai orang percaya kita harus dapat memahami isi keselamatan tersebut. Ada tiga aspek penting dari keselamatan, yaitu:

Pertama, dipulihkannya hubungan antara manusia dengan Penciptanya. Manusia yang terpisah dari Tuhan dapat kembali berhubungan denganNya tanpa ragu-ragu lagi, sebab semua dosa dan pelanggarannya telah ditanggung oleh Tuhan Yesus di kayu salib. Ia bersedia menjadi manusia untuk menebus dosa-dosa kita, bukankah itu anugerah? Keselamatan dianugerahkanNya bukan karena jasa yang kita lakukan, tetapi murni kasih karunia. Tidak ada alasan sama sekali untuk sombong. Ini yang membedakan Kekristenan dengan agama-agama lain. Agama dapat digambarkan sebagai garis dari bawah ke atas, yaitu usaha manusia mencapai Tuhan; tetapi anugerah dalam Yesus Kristus dapat digambarkan sebagai garis dari atas ke bawah, yaitu usaha Tuhan menjangkau manusia. Maka orang yang benar-benar memiliki keselamatan akan memancarkan hubungan pribadinya yang intim denganNya.

Kedua, perubahan karakter yang berlangsung terus menerus sampai seseorang menutup mata. Dari karakter manusia yang berdosa menjadi seorang yang berkarakter Kristus; memperagakan pribadi Kristus, mengenakan pikiran dan perasaan Kristus, karena memang manusia diciptakan segambar dengan Dia. Kehidupan kita harus mencerminkan status kita sebagai anak ALLAH dalam segala aspek. Dalam hal ini, keselamatan bukan hanya terhindar dari neraka dan diperkenan masuk Surga, tetapi usaha Tuhan mengembalikan kita kepada rancanganNya. Oleh sebab itu seseorang yang benar-benar memiliki keselamatan dalam Yesus Kristus, karakternya akan semakin indah luar biasa. Ia semakin menampilkan pribadi agung sebagai anak-anak Allah.

Ketiga, pengharapan memerintah bersama dengan Tuhan Yesus dalam dunia yang akan datang, yaitu di langit baru dan bumi baru. Orang percaya yang mengikut Tuhan Yesus dengan benar akan dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus. Jadi kita bukan hanya diperkenankan masuk Surga tetapi juga memerintah dalam kerajaanNya bersama dengan Dia (Luk 22:28-30). Tentu kesungguhan kita mengiring Tuhan Yesus bukan karena kedudukan tersebut, tetapi kita dapat bersama-sama dengan Dia senantiasa. Maka orang percaya yang benar, tidak akan memandang kematian sebagai sesuatu yang menakutkan, tetapi sebagai jembatan emas menuju kemuliaan. Ia dapat berkata, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp 1:21).

Read more
0

Murid Yesus

Renungan Harian Virtue Notes, 3 Juni 2010

Murid Yesus

Bacaan : Yohanes 1 : 35-51

1:35 Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya.

1:36 Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!"

1:37. Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus.

1:38 Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?"

1:39 Ia berkata kepada mereka: "Marilah dan kamu akan melihatnya." Merekapun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat.

1:40 Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus.

1:41 Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)."

1:42 Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."

1:43. Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!"

1:44 Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus.

1:45 Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret."

1:46 Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?"

1:47 Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!"

1:48 Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara."

1:49 Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel !"

1:50 Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu."

1:51 Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."


Ada catatan penting yang mungkin terlewat saat kita membaca yang dikisahkan Alkitab mengenai murid-murid Yesus yang pertama. Pertama, mungkin kita mengira bahwa beberapa nelayan seperti Petrus dan Andreas bertemu Yesus secara kebetulan, lalu dengan rela mereka meninggalkan jalanya begitu saja, dan mengikut Yesus. Tetapi dalam ayat-ayat yang kita baca ini, jelas bahwa Andreas telah terlebih dahulu menjadi murid Yohanes Pembaptis, jadi ia telah belajar untuk taat belajar sebagai murid. Ketika Yohanes mengatakan di ay. 36, “Lihatlah Anak Domba Allah!” Andreas terdorong mengikut Yesus , sebab Andreas sudah terbiasa mempelajari Firman dan sudah belajar mengenai Mesias yang dinantikan itu dari kesaksian-kesaksian Yohanes. Jadi Andreas tidak mendadak menjadi murid Yesus, tetapi ia sudah melalui proses yang panjang ingin bertemu Mesias.

Hal kedua kita dapati dari Filipus dan Natanael yang juga dipilih Yesus menjadi murid-NYA. Dalam dialog Filipus dengan Natanael di ayat 45, ternyata Filipus selama ini juga mencari Mesias. Filipus mengerti kitab Taurat dan informasi dari para nabi. Lagi-lagi Alkitab mengajar kita bahwa keputusan mengikut Yesus bukan fenomena mandadak, namun ternyata dilandasi oleh sebuah pengertian bahwa Yesus ialah Sang Mesias, jalan kehidupan dan keselamatan. Pengertian ini dibangun dari pengenalan akan TUHAN melalui proses panjang mempelajari Kitab Suci.

Apabila kita berpikir bahwa mengikut Yesus itu mudah, itu benar, dalam arti bahwa kita tinggal memutuskan untuk taat dan mengikut DIA. Namun marilah secara dewasa kita melangkah untuk tidak hanya berkata di bibir, tetapi dengan tekad di hati untuk membayar harganya. Andreas memberi contoh bahwa ia sudah bertekad menjadi murid sebelumnya, sehingga ketika Sang Mesias tampil, ia langsung bersedia mengikutNYA.

Filipus dan Natanael sudah mencari Mesias sekian lama, sehingga secepatnya mereka berdua menyambar tawaran untuk mengikut Yesus. Jadi keputusan menjadi murid Yesus membutuhkan fondasi, komitmen dan proses yang kuat untuk mencari jalan kehidupan, tidak serta-merta oleh fenomena jiwa semata. Filipus dan Natanael tidak mencari jalan untuk menyelesaikan masalah kehidupan jasmani mereka.

Jika kita mengikut Yesus karena kita mencari penyelesaian masalah-masalah ekonomi, pekerjaan, keluarga, jodoh dan sebagainya, marilah bertobat sekali lagi. Sebab seperti para murid Yesus yang pertama, seharusnya motivasi kita ingin memperoleh Jalan Keselamatan, walaupun itu berarti mempertaruhkan segalanya.

Read more
0

Persyaratan Mendapatkan Pekerjaan

Renungan Harian Virtue Notes, 2 Juni 2010

Persyaratan Mendapatkan Pekerjaan


Bacaan : Matius 20 : 20-28

20:20. Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya.

20:21 Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu."

20:22 Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat."

20:23 Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya."

20:24 Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.

20:25 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.

20:26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,

20:27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;

20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."


Persyaratan yang ditampilkan oleh iklan lowongan kerja di surat kabar biasanya adalah berpendidikan tinggi, memiliki pengalaman kerja yang cukup, memiliki kemampuan di bidangnya, dan mampu berkomunikasi dalam berbagai bahasa. Bila kita memenuhi kriteria tersebut, besar kemungkinan kita akan dipanggil untuk proses seleksi, dan bila lolos, maka kita akan menjalankan proses selanjutnya sampai diterima bekerja. Bahkan jika kita menunjukkan prestasi kerja yang baik dan dapat menyenangkan hati pemimpin perusahaan, besar kemungkinan kita akan dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Bagaimana jadinya seandainya untuk masuk ke Surga, TUHAN menuliskan kriteria dan persyaratan seperti iklan lowongan kerja di koran? Apa syarat yang diajukan oleh TUHAN Yesus? Jelas syaratnya bukanlah tingkat pendidikan yang tinggi, gelar, pangkat, kemampuan, dan pengalaman kerja, melainkan kerendahan hati. “Siapa saja yang ingin menjadi besar, hendaklah menjadi pelayanmu” (ayat 26). TUHAN Yesus mengatakan hal ini lantaran ada seorang ibu yang meminta kepada TUHAN Yesus agar kedua anaknya yaitu Yakobus dan Yohanes mendapatkan posisi yang baik di kerajaan Surga kelak, yaitu duduk di sisi kanan dan kiri TUHAN Yesus. Lalu TUHAN Yesus menjawab bahwa untuk mencapai posisi itu, mereka harus menjadi pelayan.

Pelayan adalah lambang kerendahan hati sebab pelayan adalah pekerjaan yang dianggap rendahan saat itu. Tidak ada syarat lain untuk “berkarier” di Kerajaan Surga selain rela menjadi seorang pelayan bagi sesama selagi kita hidup di dunia ini. Ini berarti bukan seberapa tinggi kita harus naik, tetapi sebaliknya seberapa rendah kita harus turun. Hanya orang-orang yang rendah hati yang bisa memiliki ketaatan yang penuh, penyerahan diri total, dan keinginan yang sungguh untuk memuaskan TUHAN nya, bukan berfokus pada pemuasan dirinya sendiri.

Memuaskan TUHAN tidak hanya dengan rajin ke gereja, rajin berdoa, serta rajin membaca Firman TUHAN. Namun kita harus menjadikan Firman itu hidup dalam kehidupan kita sehari-hari. Menolong orang lain yang sedang dalam kesusahan adalah salah satu contoh konkret dari apa yang dimaksud dengan menjadi pelayan bagi sesama. Sudahkah kita menjadi pelayan yang baik bagi orang-orang di sekitar kita? Jika belum, maukah kita mengisi hari ini dengan melayani sesama yang kita jumpai? Mari kita lewati hari ini dengan berbuat sesuatu kepada sesama yang membutuhkan pertolongan kita dengan sikap hati yang benar, yaitu melakukannya untuk TUHAN semata, bukan untuk manusia dan bukan untuk mendapatkan upah.

Read more
0

Penyesalan Tak Sama Dengan Pertobatan

Renungan Harian Virtue Notes, 1 Juni 2010

Penyesalan Tak Sama Dengan Pertobatan


Bacaan : Roma 8 : 1–17

8:1. Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.

8:2 Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.

8:3 Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,

8:4 supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.

8:5 Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.

8:6 Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.

8:7 Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.

8:8 Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.

8:9 Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.

8:10. Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.

8:11 Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.

8:12 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.

8:13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.

8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.

8:15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"

8:16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.

8:17. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.


Rasul Paulus mengatakan bahwa kita harus memilih apakah hidup di dalam pimpinan daging atau Roh. Apa pun juga segi dan aspek di dalam hidup kita, jika itu bersumber kepada daging, berarti kita belum hidup menurut Roh ALLAH dan berarti belum layak menyebut diri anak ALLAH.

Pengertian ini merupakan kunci untuk menjelaskan mengapa TUHAN Yesus mempunyai dua orang murid yang sama-sama diajar oleh TUHAN, memiliki dasar-dasar teologi dari sumber yang sama, dalam periode waktu yang sama dan kualitas ajaran yang sama, namun hasilnya berbeda. Petrus, murid yang menyangkal Yesus tiga kali belakangan menjadi seorang rasul yang luar biasa (Kis. 2–3). Sungguh tidak dapat kita duga, seorang yang nampak kurang “nyambung” dengan TUHAN Yesus, menjadi pribadi yang unggul di kemudian hari. Akhirnya, menurut sejarah gereja, Petrus meninggal disalib dengan kepala dibawah. Itulah permohonan yang diajukannya karena ia tidak merasa layak untuk mati dan disalib seperti TUHAN Yesus.

Bandingkan dengan Yudas Iskariot. Ia menjual Yesus dengan 30 keping perak (Mat. 26:15) dan kemudian menggantung dirinya (Mat. 27:5). Ia tidak mengerti bahwa sekalipun bersalah, TUHAN mau mengampuninya dan ia masih bisa dipakai TUHAN seperti Petrus dan murid-murid yang lain. Mungkin kita luput untuk menyimak kisah kecil di Yoh. 12:4–6, bahwa Yudas sering mencuri uang kas. Jadi memang Yudas tidak berjuang untuk hidup dipimpin oleh Roh, sebab kesehariannya dipenuhi oleh keinginan daging. Ini berbeda dengan proses perubahan di dalam diri Petrus ketika diterangi oleh kebenaran.

Jadi masalahnya bukan terletak kepada kesalahan yang dilakukan Petrus maupun Yudas, namun pada kerelaan untuk berubah, bertobat dan belajar dipimpin oleh Roh. Petrus telah berhasil untuk bertobat. Hasilnya luar biasa: “Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus.” (Kis. 4:13) Yudas menyesal, Petrus juga. Namun Yudas tidak bertobat dan berbalik, sementara Petrus berbalik dan berubah. Banyak orang menyesal karena berdosa, namun seharusnya melakukan langkah berikutnya yaitu berbalik dan bertobat, itulah esensi hidup dipimpin oleh Roh. Yaitu tidak menyisakan sedikit pun porsi hidup untuk dipimpin oleh daging.

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger