RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Selalu Untuk-Mu

Renungan Harian Virtue Notes, 22 Maret 2011

Selalu Untuk-Mu


Bacaan: 1 Korintus 10: 31


10:31 Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.



Dalam suatu acara pendalaman Alkitab, seorang pemuda mengemukakan suatu pertanyaan, “Bagaimana hidup untuk kemuliaan Tuhan, hidup bagi Tuhan?” Ia mengaku, barangkali dari banyak kegiatan hidupnya setiap hari, hanya satu atau dua kegiatan hidupnya saja yang dilakukannya dengan memikirkan Tuhan, atau menunjukkan kegiatan itu untuk-Nya. Biasanya kegiatan-kegiatan itu yang disebut “kegiatan rohani”, seperti berdoa, membaca Alkitab, membaca renungan harian atau pergi ke gereja. Pertanyaan jujur pemuda ini menunjukkan pergumulannya untuk mewujudkan hidup bagi Tuhan atau hidup untuk kemuliaan-Nya.


Kalau mau jujur, sebenarnya pertanyaan ini juga ada dalam benak banyak orang; bukan hanya orang muda, melainkan termasuk orang tua. Banyak orang belum mengerti, bagaimana merealisasikan kehidupan yang dipersembahkan kepada Tuhan dengan baik itu. Sayangnya banyak dari mereka tidak pernah mempersoalkannya dengan serius, karena menganggapnya abstrak. Lebih parah lagi kalau ada orang yang menganggapnya mustahil untuk dilakukan.


Barangkali kita pernah berpikir, “Enak saja hidup bagi orang lain; bagi diri sendiri saja masih kurang.” Kalau ini masih tebersit dalam pikiran kita, kita harus segera bertobat dan berubah. Jika tidak, kita tidak akan mengalami bagaimana memiliki hidup yang benar, hidup yang berkualitas tinggi, hidup yang akan berkelanjutan di langit dan bumi baru.


Hanya orang-orang yang hidup bagi Tuhan dan untuk kemuliaan-Nya saja yang akan berlanjut di kekekalan. Orang yang hidup bagi dirinya sendiri, dengan rumus “Selalu untukku” tidak pernah puas dengan apa yang telah dimilikinya. Mereka selalu membuka mata, mengangakan mulut, ingin memuaskan hasratnya dan meraih sebanyak-banyaknya.


Kalau masih mengejar keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup, mustahil seseorang dapat mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, kekuatan dan akal budinya. Keinginan daging artinya mencari kepuasan diri dalam dagingnya, keinginan mata artinya hasrat memiliki pemenuhan kebutuhan jasmani, dan keangkuhan hidup adalah pengharapan untuk kehormatan dari orang lain.


Di manakah posisi kita hari ini? Jika belum pada posisi yang benar, segeralah berbalik dan bertobat. Besok kita akan mempelajari bagaimana ciri-ciri hidup yang hanya bagi Tuhan dan mempersembahkan segalanya bagi Tuhan, sehingga dalam kehidupan kita ada asas, “Selalu untuk-Mu”.



Hanya orang-orang yang hidup bagi Tuhan saja yang akan berlanjut di kekekalan.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Takut Karena Hormat

Renungan Harian Virtue Notes, 21 Maret 2011

Takut Karena Hormat



Bacaan: Matius 10: 28; 1 Petrus 1: 17


Matius 10: 28

10:28 Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.


1 Petrus 1: 17

1:17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.



Orang yang sudah mencapai tingkat pengenalan Tuhan dengan baik akan mengerti apa artinya menghormati Tuhan, sebab dalam jiwanya ia akan merasakan suatu kegentaran. Kegentaran ini semakin kuat tatkala seseorang menyadari bahwa Tuhan Semesta Alam yang disembahnya adalah Tuhan yang benar-benar ada dan hidup.


Untuk menghayati keberadaan Tuhan ini dibutuhkan perburuan yang serius terhadap hal-hal rohani, termasuk pendalaman pengenalan akan Tuhan. Pengenalan di sini bukan hanya pengenalan secara literal dengan membaca buku atau mendengarkan khotbah, tetapi juga jam-jam meditasi yang memadai. Selain itu juga dibutuhkan kepekaan untuk mengenali setiap kejadian dalam kehidupan ini, sebab melalui apa yang dilihat, didengar apalagi yang dialami, Tuhan mengajarkan kepada kita kebenaran-kebenaran dan kehadiran-Nya.


Hal ini perlu kita perkarakan, sebab tidak mungkin seseorang yang tidak menghormati Bapa bisa masuk ke dalam Kerajaan Bapa. Dan tidak mungkin seseorang bisa menghormati Bapa jika dirinya tidak mengenal Bapa dengan benar. Mengetahui hal ini seharusnya akan menggetarkan jiwa kita.


Tuhan Yesus berkata, “Takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan…” (Mat. 10:28) Kata yang digunakan dalam ayat ini tidak sama dengan “gemetar” (φρίσσω, frisō) melainkan φοβέω (fobéō) yang juga dapat diartikan “memuja, menganggap suci dan menghormati”. Jadi kita takut kepada Allah karena menghormati-Nya. Kita harus takut kalau tidak merasa memiliki ketakutan yang benar terhadap Tuhan.


Bentuk kata benda dari fobéō yaitu φόβος (fóbos) digunakan oleh Petrus dalam 1Ptr. 1:17. Setelah menjadi anak Bapa, kita harus mengenal-Nya sehingga memiliki rasa hormat yang pantas, fobéō terhadap Bapa. Tanpa takut kepada Allah, cara hidup kita tidak ada bedanya dengan cara hidup sia-sia orang-orang yang tidak takut akan Allah: berusaha memanfaatkan Allah untuk pemenuhan kebutuhan jasmaninya semata-mata.


Petrus juga menyinggung penghakiman Allah kepada semua orang tanpa memandang muka. Orang-orang yang sekarang tidak takut akan Allah—dari jemaat awam hingga pendeta besar—tidak akan tahan berdiri di hadapan penghakiman-Nya. Tuhan kita menuntut setiap anak-anak-Nya menghormati Dia sepantasnya. Selagi ada kesempatan, marilah kita mengembangkan sikap menghormati Tuhan dengan sungguh-sungguh mencari-Nya.



Setelah menjadi anak Bapa, kita harus memiliki rasa hormat yang pantas terhadap-Nya.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Menghormati Tuhan

Renungan Harian Virtue Notes, 20 Maret 2011

Menghormati Tuhan



Bacaan: Yakobus 2: 19


2:19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.



Saat upacara bendera, para peserta upacara menghormati Sang Saka Merah Putih. Tetapi penghormatan di upacara sesungguhnya baru simbolis, belum berarti seseorang telah mengabdi kepada bangsa dan negara serta menjunjung tinggi benderanya.


Misalnya, katakan seorang pegawai pemerintah menghormati bendera di upacara bendera, tetapi dalam pekerjaannya sehari-hari ia tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Bisakah ia disebut menghormati Sang Merah Putih? Bandingkan dengan para pahlawan kita, yang berjuang dengan mengorbankan harta, keluarga dan nyawa mereka demi berkibarnya Sang Merah Putih. Demikian pula dengan para atlet yang berlaga di berbagai kompetisi dunia dengan mengerahkan seluruh tenaga demi berkibarnya Sang Merah Putih. Dengan demikian jelaslah bahwa menghormati Sang Merah Putih tidak cukup dengan memberi hormat saat mengikuti upacara bendera. Harus ada tindakan nyata sebagai bukti sikap hormatnya kepada Sang Merah Putih. Lalu bagaimana sikap hormat kita terhadap Tuhan?


Salah satu ciri -ciri dari orang yang belum mengenal Tuhan dengan benar adalah sikapnya yang kurang menghormati Bapa di Surga. Kurang menghormati maksudnya tidak bersikap sebagaimana mestinya terhadap Tuhan. Banyak orang merasa telah menghormati Tuhan dengan beribadah di gereja, setalah itu dalam kehidupannya sehari-hari, ia tidak memiliki kesadaran untuk menghormati Tuhan.


Yakobus berkata, percaya kepada Allah Yang Maha Esa adalah baik, tetapi setan-setan juga percaya, bahkan mereka gemetar. Dalam teks aslinya, kata “gemetar” ditulis φρίσσω (frisō), artinya “berperasaan ngeri yang sangat”, “takut sampai bulu kuduknya berdiri”. Ini menunjukkan bahwa Iblis yang pernah mengalami kehadiran Tuhan di Surga mengerti kedahsyatan Tuhan Semesta Alam. Sesungguhnya betapa terhormatnya Tuhan itu.


Sikap hormat ini tidak bisa dibuat-buat; tidak bisa hanya ditunjukkan dengan kalimat doa atau sikap tubuh, tetapi harus dari sikap batin yang tersembunyi. Mudah untuk memberi kesan kepada orang bahwa kita menghormati Tuhan, tetapi tidak mudah untuk memiliki sikap hormat yang sesungguhnya.


Banyak orang merasa sudah menghormati Tuhan, tetapi kenyataannya tidak. Hanya Tuhan yang tahu isi hatinya; tetapi orang yang menghormati Tuhan pasti memiliki kekudusan yang sangat kuat, sehingga mampu memahami rahasia-rahasia Tuhan atau berhikmat tinggi.



Sikap hormat kepada Allah tidak bisa dibuat-buat, harus dari sikap batin yang tersembunyi.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Langkah Kecil Namun Menentukan

Renungan Harian Virtue Notes, 19 Maret 2011

Langkah Kecil Namun Menentukan



Bacaan: Ibrani 12: 16-17


12:16 Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.

12:17 Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.



Banyak orang mempunyai pikiran yang salah, bahwa tekad sesaat seseorang sanggup merubah total kehidupan seseorang secara permanen. Itulah sebabnya banyak orang berpikir, bahwa ia tidak akan mengkhianati Tuhan. Kenyataannya, akhirnya ia meninggalkan Tuhan. Orang lain berpikir, suatu hari nanti akan menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh, kalau sekarang belum. Kenyataannya, sampai akhir hidupnya ia gagal menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh.


Tekad saja tidak cukup, sebab tekad sangat situasional. Perubahan hidup kita tidak bisa terjadi secara drastis, tetapi melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang perlu kita lalui.


Ada cerita tentang seorang gadis kecil yang bertanya kepada ayahnya, “Bisakah seseorang melewati seumur hidupnya tanpa berbuat dosa?”


Ayahnya menjawab sambil tersenyum, “Tak mungkin, nak.”


Si gadis bertanya lagi, “Bisakah seseorang hidup setahun tanpa berbuat dosa?”


Ayahnya menjawab, “Tak mungkin, nak.”


Pertanyaan si gadis terus berlangsung dari ukuran waktu yang semakin kecil: dari bulan, minggu hari, sampai jam.


Saat si gadis bertanya, “Bisakah seseorang hidup satu jam tanpa dosa?” ayahnya tertawa dan berkata, “Nah, kalau itu pasti bisa, nak.”


Kalau kita mempunyai tekad, gunakan tekad kita untuk menjaga hati kita jam demi jam, menit demi menit supaya tetap hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan melakukannya, niscaya hidup ini lebih mudah dijalani. Ingat bahwa langkah-langkah kecil kita setiap menit dan jam menentukan nasib kekal kita.


Sekalipun ini bisa terdengar ironis, kenyataannya Alkitab juga menunjukkan bahwa nasib Esau, anak Ishak ditentukan oleh lima menit ketika ia menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan. Kesalahannya itu hanya lima menit, tetapi ia tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaikinya lagi. Bagaikan menabur angin, menuai puting beliung (Hos. 8:7).


Oleh sebab itu betapa berartinya menit demi menit hidup kita, sebab menentukan nasib kekal yang tiada batas. Jangan kita membiarkannya berlalu dengan sia-sia. Kita tidak boleh menunda untuk bertobat, mendengar Firman, berdoa dan mencari kebenaran Firman Tuhan terus setiap harinya; dan kita harus terus menjaga hati kita dari menit ke menit untuk selalu memperoleh perkenanan Tuhan.



Langkah-langkah kecil kita setiap menit dan jam menentukan nasib kekal kita.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Penggerak Hidup

Renungan Harian Virtue Notes, 18 Maret 2011

Penggerak Hidup



Bacaan: Matius 6: 21; Amsal 4: 23


Matius 6: 21

6:21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.


Amsal 4: 23

4:23 Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.



Tidak bisa disangkal bahwa yang menggerakkan hidup kita adalah gairah yang dimotori oleh hasrat atau keinginan. Tuhan Yesus berkata, “Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” Dalam ayat ini, keinginan diwakili oleh kata “hati”. Ke mana arah langkah kekal seseorang ditentukan oleh hasrat atau keinginannya. Apabila yang kita anggap paling berharga ada di bumi, kita akan ingin di bumi terus, betah tinggal di bumi. Namun apabila yang kita anggap paling berharga ada di Surga, maka keinginan kita adalah menuju Surga, bertemu Tuhan Yesus dan bersama Dia selamanya.


Salahkah betah tinggal di bumi? Alkitab mengatakan, siapa saja yang hendak menjadi sahabat dunia ini, menjadikan dirinya musuh Allah (Yak. 4:4). Berarti apabila hati atau keinginan seseorang ada di bumi, maka ia akan menjauhkan dirinya dari Allah, dan akhirnya akan masuk ke kerajaan kegelapan.


Maka yang menggerakkan hidup seseorang untuk membawa dirinya ke Kerajaan Terang atau Kerajaan Kegelapan sangat tergantung dari apa yang memenuhi hatinya/yang menjadi keinginannya. Apa yang memenuhi hatinya tergantung dari apa yang memenuhi pikirannya. Selama ini orang menganggap bahwa pikiran ada di kepala dan hati ada di dada. Sesungguhnya itu hanya pandangan figuratif, karena perasaan dianggap ada di hati—atau lebih tepatnya, jantung. Namun secara ilmiah dapat dibuktikan bahwa baik pikiran maupun hati (perasaan) adanya di kepala, di otak kita.


Hati mewakili bagian diri seseorang yang memuat perasaan dan juga keinginan atau tempat kehendak seseorang berasal. Oleh sebab itu hati harus dijaga (Ams. 4:23), sebab bisa menjadi gudang yang bisa menampung berbagai keinginan tanpa batas. Dari hatilah timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, kesaksian palsu dan hujat (Mat. 15:19).


Dengan demikian, menjaga hati maksudnya adalah menyeleksi setiap keinginan yang bisa muncul di dalam diri kita. Ini harus dilakukan dengan penuh kewaspadaan, lebih daripada hal-hal lain yang perlu kita jaga. Kita harus mewaspadai setiap keinginan: yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan tidak boleh diizinkan muncul, sebab itu pasti berasal dari Iblis.


Bagaimana bisa mengerti bahwa suatu keinginan bukan berasal dari Tuhan? Karena keinginan dan perasaan juga ada di otak, sama dengan pikiran, maka caranya adalah memperbarui pikiran kita dengan Firman, sehingga bisa membedakan mana kehendak Allah: yang baik, dikenan-Nya dan sempurna (Rm. 12:2).



Yang menggerakkan hidup seseorang untuk menyelamatkan atau membinasakan dirinya sangat tergantung dari apa yang memenuhi hatinya.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Sikap Hati Yang Benar

Renungan Harian Virtue Notes, 17 Maret 2011

Sikap Hati Yang Benar



Bacaan: Galatia 3: 6-7


3:6. Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.

3:7 Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham.



Abraham percaya kepada Allah, dan Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Percaya dalam bahasa asli Alkitab adalah πιστεύω (pistévō), yang bisa juga berarti “memercayakan diri kepada” atau “berserah kepada”. Mengapa Abraham bisa berserah kepada Allah? Karena ia mengerti kehendak Allah yang disabdakan-Nya langsung kepada Abraham. Bagaimana kita bisa berserah kepada Allah? Karena kita mengerti kehendak-Nya.


Tanpa mengerti kehendak Tuhan, tidak bisa kita mengatakan percaya kepada-Nya, karena itu berarti kepercayaan kita tanpa dasar. Maka untuk mengerti kehendak Tuhan, kita harus mengenal Tuhan dan mempelajari Firman-Nya. Roh Kudus ingin berbicara kepada kita untuk memberitahukan kehendak Allah, tetapi suara-Nya yang benar akan menggemakan Firman Tuhan. Jangan berharap kita bisa mendengar suara-Nya tanpa mengerti Firman-Nya.


Firman Tuhan yang murni harus dikejar dan dipelajari sebanyak-banyaknya, dimengerti serta dilakukan. Ini sangat penting, sebab Firman Tuhan itulah yang melahirkan baru seseorang (1Ptr. 1:23). Orang yang serius mau berurusan dengan Tuhan demi keselamatan jiwanya akan berusaha mempertaruhkan apa pun yang dimilikinya demi memahami kebenaran Firman Tuhan.


Mengerti kebenaran Firman Tuhan tidak cukup hanya dengan membaca Alkitab saja, tetapi membutuhkan sikap hati yang benar. Pertama, kita harus bersedia merendahkan diri di hadapan Tuhan, selalu merasa miskin di hadapan-Nya (Mat. 5:3). Artinya menyadari bahwa keadaan kita belum seperti yang Tuhan kehendaki.


Kedua, kita harus selalu merasa haus dan lapar akan kebenaran (Mat. 5:6). Kebenaran Allah selalu kita dambakan, dan kita selalu mengejar kesucian hidup. Dengan itu kebutuhan jasmani akan selalu terasa tercukupi.


Ketiga, kita harus meninggalkan dosa mamonisme (Luk. 16:11). Untuk mengerti Firman Tuhan yang dapat memberi kelahiran baru, kita harus meninggalkan percintaan dunia dan materialisme. Kebenaran yang murni tidak dapat dipahami oleh orang yang masih materialistis, sebab semua diarahkannya kepada pemenuhan kebutuhan jasmani sehingga buta terhadap makna sebenarnya yang lebih agung.


Perlu diakui, memiliki sikap hati ini tidak mudah, tetapi kita tahu, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Jika kita mau melepaskan semuanya seperti Paulus (Flp. 3:7–10), maka kita memperoleh Kristus. Inilah respons yang benar untuk menyambut anugerah Allah.



Sikap hati yang benar dibutuhkan untuk mengerti kebenaran Firman Tuhan.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Mengerjakan Keselamatan

Renungan Harian Virtue Notes, 16 Maret 2011

Mengerjakan Keselamatan



Bacaan: Filipi 2: 12-13


2:12. Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,

2:13 karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.



Dengan mengakui bahwa respons manusia juga berperan dalam karya keselamatan dalam Kristus, berarti kita harus mengerti bahwa anugerah Tuhan harus disambut oleh manusia. Jadi sekalipun manusia rusak oleh karena dosa, tetapi dengan kehendak bebasnya masih bisa meresponi anugerah Tuhan.


Pemahaman seperti ini akan membuat beberapa orang Kristen akan terganggu, sebab menurut mereka manusia yang sudah rusak tidak sanggup sama sekali untuk memilih yang benar; perlu intervensi Tuhan secara mutlak untuk menggerakkan batinnya, menerima panggilan. Jadi manusia adalah robot yang dikendalikan sepenuhnya oleh Allah dengan remote control, tak ubahnya benda mati.


Mereka mendasarkan pandangan yang keliru ini pada Ef. 2:1, “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.” Padahal ayat ini berbicara bahwa tanpa Kristus, roh manusia terpisah dari Allah, dan itu berarti sama dengan mati. Tetapi itu bukan berarti manusia tidak dapat memilih untuk kembali kepada Allah. Saat mendengar panggilan Allah, manusia bisa memilih untuk menerima anugerah-Nya, dan rohnya dihidupkan karena Kristus (Ef. 2:5)


Kalau kita ini hanya robot, maka tidak perlu Alkitab memberikan perintah, “Tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” (ay. 12). Ini bukan berarti manusia dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Sampai kapan pun, dengan kemampuannya sendiri, manusia tidak akan dapat menyelamatkan dirinya. Anugerah Allah sudah cukup (sola gratia), tidak perlu ditambah dengan apa pun seperti perbuatan baik. Hanya oleh anugerah penebusan Tuhan Yesus di kayu saliblah kita dapat diselamatkan, tetapi kita harus meresponinya dengan benar. Tanpa mengerjakan bagian kita ini, berarti tidak ada keselamatan dalam diri kita.


Dalam ay. 13, dikatakan bahwa Allahlah yang mengerjakan di dalam kita baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Kemampuan kita untuk berkeinginan dan berbuat juga diberikan oleh Allah, dan Ia konsisten dengan keputusanNya menjadikan kita makhluk berkehendak bebas. Roh Kudus-Nya akan bekerja di dalam kita untuk menunjukkan kehendak-Nya menurut apa yang dipandang-Nya baik, melalui Firman Tuhan dan suara-Nya di dalam hati kita. Sekali lagi kita perlu meresponinya: apakah kita mau taat kepada kehendak Allah ini, atau menentang-Nya. Memberikan diri kita dituntun oleh Roh Kudus dan menaati kehendak-Nya inilah yang memungkinkan kita mengerjakan keselamatan kita.



Anugerah Allah sudah cukup dan tidak perlu ditambah apa pun untuk menyelamatkan kita.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger