Renungan Harian Virtue Notes, 6 Nopember 2011
Pohon Kehidupan
Bacaan: Kejadian 3: 22-24
3:22 Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita,
3:23 Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden
3:24 Ia menghalau manusia itu
Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Kita harus memilih salah satunya, tidak mungkin memilih dua-duanya. Ini sebetulnya sejajar dengan pilihan yang harus dipilih oleh manusia pertama, yaitu memilih makan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat atau buah pohon kehidupan.
Mengapa disebut sebagai pohon kehidupan? Pohon kehidupan adalah pohon yang buahnya membuat seseorang tidak mati (ay. 22). Mati di sini maksudnya adalah terpisah dari hadirat Tuhan selamanya. Jadi pohon kehidupan adalah satu dari dua pohon yang merupakan makanan jiwa yang disediakan oleh Allah di Taman Eden.
Itukah sebabnya Tuhan Yesus menyatakan bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah (Mat. 4:4). Tentu pernyataan Tuhan Yesus ini tidak hanya berlaku bagi manusia yang sudah jatuh dalam dosa; yang disebut manusia adalah semua manusia yang pernah hidup, sejak zaman Adam hingga manusia terakhir kelak.
Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Allah menempatkan beberapa kerub untuk mencegah manusia mengambil buah pohon kehidupan, sebab mereka sudah memilih untuk mengisi jiwanya dengan hal-hal yang tidak dikehendaki oleh Allah. Pohon kehidupan ini baru akan tersedia kembali bagi orang-orang yang diperkenankan masuk ke dunia yang akan datang (Why. 22:2).
Karena tidak makan buah pohon kehidupan, maka manusia mengalami kematian. Jiwanya tidak dapat diperbaiki, kecuali dengan menghidupkan kembali roh manusia yang mati akibat dosa. Syukur kepada Allah, sebab Ia menganugerahkan Anak-Nya yang tunggal untuk tujuan itu. Tetapi Ia tidak hidup hanya untuk mati di kayu salib; Ia juga mengajar. Ia ingin mendidik kita. Mengapa? Sebab manusia memiliki jiwa, yang kualitasnya tergantung dari apa yang ditanamkan di dalamnya.
Jadi bagi orang yang diselamatkan pun tidak mungkin jiwanya bisa menjadi sempurna dalam sekejap; sebab pada dasarnya pikiran, perasaan dan kehendak manusia baru bisa eksis lengkap melalui pertumbuhan. Sangatlah logis kalau manusia pertama juga diasuh oleh Allah dengan mengisi jiwanya dengan hal-hal yang benar sesuai dengan standar kebenaran-Nya. Kalau seorang anak manusia dibesarkan oleh orangutan, maka ia berperilaku seperti orangutan. Kita yang selama ini sudah dibesarkan oleh dunia ingin menjadi seperti Bapa, tentu tidak instan; kita harus merelakan diri melalui proses pembelajaran yang panjang.
Kita harus menyediakan diri mengalami pembelajaran supaya bisa mencapai kesempurnaan yang diinginkan Bapa.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar