Renungan Harian Virtue Notes, 25 Desember 2011
Menangisi Diri Sendiri
Bacaan: Lukas 19:41-44
19:41 Dan ketika Yesus telah dekat dan
melihat kota itu, Ia menangisinya,
19:42 kata-Nya: "Wahai,
betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk
damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.
19:43 Sebab akan datang
harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu
mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan,
19:44 dan mereka akan
membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu
mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang
lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat
engkau."
Ingatkah kita dengan peristiwa Tuhan Yesus
menangisi Yerusalem? Tuhan Yesus menangisi Yerusalem, karena Yerusalem akan
dihancurkan(Luk.19:41–44). Ini sejajar dengan kenyataan bahwa bumi ini dan
segala isinya akan dihancurkan oleh sebab dosa manusia (2Ptr. 3:9-10).
Apabila kita merayakan
Natal yang benar, seharusnya kita akan semakin peduli terhadap kenyataan dosa.
Kepedulian ini akan tampak dari kesediaan bertobat atas dosa-dosa pribadi dan
selanjutnya kesediaan melayani sesama demi pertobatan mereka, sebab Natal juga
bagi mereka. Menatap dunia hari ini kita harus memiliki keprihatinan yang
dalam, yang pertama terhadap diri sendiri, kemudian untuk orang lain.
Mari kita perhatikan ucapan
Tuhan Yesus ketika memikul salib di sepanjang Via Dolorosa, “Tangisilah dirimu sendiri.”
(Luk. 23:28) Wanita-wanita Yerusalem menangisi Tuhan Yesus, tetapi mereka tidak
menyadari kesalahan atau dosa mereka sendiri. Inilah gambaran dari orang yang
tidak mengerti dosa mereka sendiri. Hal ini paralel dengan merayakan Natal
tanpa mempersoalkan keadaan dirinya sebagai manusia berdosa yang harus selalu
bertobat dan mengalami pembaharuan. Orang
yang tidak memahami dirinya harus selalu bertobat sebetulnya tidak sepikiran
dengan Tuhan, tidak mengerti maksud kedatangan dan penderitaan-Nya.
Tatkala memandang kandang
hina tempat Yesus dilahirkan, seyogyanya kita melihat pula keadaan diri kita
yang hina dan kotor, yang membutuhkan pertolongan dari tempat tinggi. Natal
harus selalu mengingatkan betapa miskinnya kita. Betapa perlunya kita
merendahkan diri untuk memperoleh lawatan-Nya.
Kita harus menangisi
jiwa-jiwa yang mati dalam dosa, sebagaimana Yesus menangis tatkala datang ke
Betania dan menemukan sahabatnya, Lazarus mati (Yoh. 11:1-44). Kita harus
sangat peduli dengan jiwa-jiwa yang perlu dipertobatkan. Jangan seperti si
sulung dalam perumpamaan tentang anak yang hilang, yang tidak menyukai
pertobatan adiknya (Luk.15:31–32).
Penduduk Yerusalem yang
menangisi Tuhan Yesus dan si sulung yang tidak mengerti perasaan ayahnya dapat
menjadi gambaran kehidupan orang-orang Kristen yang tidak mempunyai perasaan
dan pikiran Tuhan sebab tidak mengerti misi-Nya. Dengan segala caranya, hari
ini perayaan Natal di banyak tempat ternyata banyak yang dilakukan tanpa
mengerti misi Tuhan. Ini jangan sampai terjadi dalam hidup kita.
Apabila kita merayakan Natal yang benar,seharusnya
kita akan semakin peduli terhadap kenyataan dosa.
0 komentar:
Posting Komentar