Renungan Harian Virtue Notes, 28 Desember 2011
Meminta Ampun Yang Dewasa
Bacaan: 1 Petrus 1:15-16
1:15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus
di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah
memanggil kamu,
1:16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu,
sebab Aku kudus.
Pernahkah kita meminta pengampunan dari
Tuhan? Tentu itu hal yang lazim dilakukan. Kebanyakan orang meminta pengampunan
atas dosa kesalahan yang telah dilakukannya, dengan berharap Tuhan mengampuni
dan melupakannya. Supaya bisa lebih sah, dosa yang dilakukan diakui terus
terang, bila mungkin dijelaskan secara rinci dan ditambah lagi harapan agar
kesalahan yang dilakukan itu tidak berdampak atau akibat yang buruk.
Cara meminta ampun seperti
ini sejatinya tidak dewasa. Orang yang meminta ampun dengan cara demikian tidak
sungguh-sungguh menyesal atas kesalahannya, sebab setelah meminta ampun,
sangatlah mudah dosa yang sama dapat dilakukannya lagi. Ada pepatah, “Keledai
saja tidak jatuh ke lubang yang sama.” Namun kenyataannya banyak manusia lebih
bodoh daripada keledai, karena manusia suka mengulangi kesalahan yang sama. Dan
ia tidak merasa salah, sebab berpikir seakan-akan Tuhan bisa dibujuk untuk
berkompromi terhadap dosa atau kesalahan yang dilakukannya. Seakan-akan Tuhan
diharapkan untuk memaafkan kesalahan yang sudah lalu, tanpa mempersoalkan
perubahan diri kita. Tuhan dibayangkan seperti berkata, “Tidak apa-apa, lakukan
saja kesalahan. Aku bersedia mengampunimu; dosa bukanlah masalah”.
Tidak demikian dengan orang
Kristen yang dewasa. Orang Kristen yang dewasa memohon ampun kepada Tuhan,
disertai dengan komitmen untuk tidak melakukan kesalahan yang sama lagi. Untuk
ini kita harus mengerti bahwa permintaan ampun akan berkelanjutan dengan hidup
dalam persekutuan bersama Tuhan. Ini sangat bersyarat, yaitu harus kudus
seperti Dia kudus (1 Pet 1:16). Dengan demikian konsekuensi orang yang meminta ampun atau bertobat
kepada Tuhan adalah kesediaan untuk mengenakan kesucian hidup seperti Dia.
Jadi mulai sekarang kalau
kita meminta ampunan Tuhan, harus disertai dengan pengertian, apa yang
seharusnya kita lakukan. Artinya pertobatan harus disertai dengan proyeksi
baru, bagaimana kita mengarahkan diri untuk memiliki perilaku yang sesuai
dengan kehendak Tuhan. Ini semua bertujuan agar kita tidak lagi melukai
hati-Nya. Pertobatan yang sejati adalah pertobatan yang disertati dengan
perubahan konkret, dari melukai hati Tuhan menjadi menyukakan hati-Nya. Ingat,
Tuhan adalah Pribadi yang mengasihi orang berdosa, tetapi membenci dosa. Ia
menghendaki agar bejana hati kita tetap bersih sehingga Ia bisa bertahkta di
dalam hati kita.
Jika orang Kristen yang dewasa memohon ampun kepada
Tuhan, pasti disertai komitmen untuk
tidak melakukan kesalahan yang sama lagi.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar