Renungan Harian Virtue Notes, 24 Desember 2011
Mengevaluasi Natal Kita
Bacaan: Matius 1:18-25
1:18 Kelahiran Yesus Kristus adalah
seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata
ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami
isteri.
1:19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang
tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud
menceraikannya dengan diam-diam.
1:20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan
maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan
berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai
isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.
1:21 Ia akan melahirkan anak laki-laki
dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang
akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
1:22 Hal itu terjadi supaya genaplah
yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
1:23 "Sesungguhnya, anak dara itu
akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka
akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: Allah menyertai
kita.
1:24 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf
berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia
mengambil Maria sebagai isterinya,
1:25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia
sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.
Banyak orang beranggapan bahwa Natal sudah
menjadi bagian dan kehidupan orang-orang Kristen, oleh karenanya banyak yang
merayakannya dengan pakaian baru dan pesta. Semua itu sebetulnya merupakan
sikap duniawi dan tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Bila telah menjadi
kebiasaan, segala sesuatu yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan biasanya akan
menjurus kepada hal yang merusak iman Kristen dan standar moral yang Tuhan
gariskan. Untuk semuanya itu, kita harus mengorbankan biaya besar dan berbagai
kesibukan yang menyita waktu dan perhatian kita. Kita harus berani mengevaluasi
dan meninjau dengan jujur, apakah kebiasaan yang dilakukan selama ini bisa
dipertahankan? Apakah kebiasaan semacam ini dapat dipertahankan sementara dunia
di ambang kehancuran dan manusia berbondong-bondong menuju neraka kekal dan
kejahatan semakin bertambah di penghujung akhir zaman ini?
Pertanyaan penting
yang harus dikemukakan di tengah maraknya perayaan Natal dengan cara yang salah
ini adalah, “Untuk siapakah Natal itu?” Pertanyaan ini perlu dikemukakan, sebab hanya dengan
menemukan jawabannyalah kita baru bisa merayakan Natal dengan sikap yang benar.
Dalam ay. 21, dinyatakan
oleh malaikat bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa
mereka. Dosa yang merupakan sumber segala bencana manusia sekarang dapat
diselesaikan oleh Tuhan Yesus. Orang yang menyadari misi ini pasti sangat
memperhatikan persoalan dosa manusia yang memang merupakan tujuan kedatangan
Tuhan. Merayakan Natal tanpa memahami misi Tuhan ini sama dengan membelokkan
maksud Tuhan mengadakan Natal atau kelahiran Yesus.
Dalam kecerdikannya, Iblis
telah membuat sebagian orang Kristen menjadikan Natal sebagai perayaan agamawi
yang tidak memuat pesan ilahi yang kuat untuk merubah kehidupan orang, sesuai
dengan misi Natal itu sendiri. Pesan yang seharusnya disampaikan telah tertelan
oleh berbagai acara perayaan yang hanya menyenangkan hati manusia dan memuaskan
hasrat kedagingan atau keduniawian.
Bisa dimengerti mengapa ada
orang-orang Kristen yang mengecam acara Natal dengan begitu kerasnya, sehingga
mereka sendiri tidak ikut merayakan Natal dan menuding Natal sebagai produk
Iblis yang harus dibuang sama sekali. Menyikapi keadaan ini, hendaknya kita
dengan serius mengevaluasi dengan jujur terhadap cara kita merayakan Natal.
Kesalahan yang telah terjadi janganlah terjadi lagi.
Merayakan Natal tanpa memahami misi Tuhan
sama dengan membelokkan maksud Tuhan mengadakan
Natal.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar