Renungan Harian Virtue Notes, 9 Desember 2011
DIA Memang Sangat Berbeda
Bacaan: 1 Tesalonika 5:17
5:17 Tetaplah berdoa
Pandangan agama-agama di dunia ini pada dasarnya sama, yaitu bahwa manusia harus melakukan ritual, tatacara upacara agama dan liturgi tertentu untuk menyenangkan hati allahnya. Manusia harus melayani allahnya (atau allah-allahnya), supaya ia atau mereka memelihara alam semesta dan pada gilirannya memberkati umat.
Banyak orang Kristen ternyata juga berpikir bahwa Allah Bapa kita juga seperti allah-allah agama-agama tersebut. Itulah sebabnya banyak orang Kristen mengutamakan kebaktian di gereja pada hari Minggu, sebab sesudah mengikutinya, mereka merasa sudah memenuhi tanggung jawab dan tugasnya sebagai umat Tuhan, dan hari lain tidak perlu memedulikan Tuhan. Yang penting, Tuhan akan memenuhi tanggung jawab-Nya untuk memberkatinya berlimpah-limpah. Ini semua merupakan penyesatan terselubung, sebab dikatakan mencari Tuhan padahal tidak.
Allah Bapa kita tidak terkesan dengan hal-hal yang bersifat lahiriah. Ia tidak sama seperti allah yang digambarkan oleh agama-agama lain. yang diinginkannya adalah keseriusan kita dalam berurusan dengan-Nya di sepanjang waktu hidup kita melalui segala hal yang kita lakukan setiap hari. Persekutuan yang diinginkan-Nya adalah persekutuan tanpa henti: di mana pun dan kapan pun.
Itulah sebabnya dalam Alkitab dikatakan, “Tetaplah berdoa”. Doa adalah sebuah dialog dengan Tuhan, bukan sekadar sebuah permintaan. Bersekutu dengan Tuhan dan berdialog dengan-Nya adalah irama hidup yang tiada henti dalam jiwa kita. Tidak hanya saat kita menutup mata dan melipat tangan; di mana pun dan kapan pun, kita harus selalu menghayati kehadiran-Nya dan berdialog dengan-Nya. Dengan itu kita memiliki kehidupan doa yang semestinya.
Jadi kita harus belajar menghayati kehadiran Tuhan secara terus-menerus. Dengan ini, akan lahir iman yang benar. Kita menyadari bahwa Tuhan bukanlah sekadar topik dalam kumpulan doktrin, bahan Pendalaman Alkitab atau bahan diskusi. Tuhan adalah realitas yang lebih nyata dari semua yang dapat disentuh dan dilihat; Ialah satu-satunya yang kita miliki. Dunia yang kita jalani hari ini adalah hanya sarana untuk mengenal dan memiliki-Nya.
Dengan menyadari hal ini, kita pasti memiliki hati yang takut akan Tuhan. Kita sadar bahwa kita tidak pernah bisa hidup suka-suka kita sendiri, sebab seluruh tindakan kita akan menimbulkan reaksi perasaan Tuhan. Karena Ia nyata, akankah kita menyakiti hati-Nya?
Di mana pun dan kapan pun, kita harus selalu menghayati kehadiran Allah dan berdialog dengan-Nya.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar