Renungan Harian Virtue Notes, 21 Desember 2011
Peragaan Yang Menakjubkan
Bacaan: Yohanes 13:5-14
13:5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam
sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu
menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
13:6 Maka sampailah Ia kepada Simon
Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh
kakiku?"
13:7 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau
akan mengertinya kelak."
13:8 Kata Petrus kepada-Nya:
"Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab
Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau,
engkau tidak mendapat bagian dalam Aku."
13:9 Kata Simon Petrus kepada-Nya:
"Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!"
13:10 Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi
selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah
bersih, hanya tidak semua."
13:11 Sebab Ia tahu, siapa yang akan
menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak
semua kamu bersih."
13:12 Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia
mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada
mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat
kepadamu?
13:13 Kamu menyebut Aku
Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah
Guru dan Tuhan.
13:14 Jadi jikalau Aku
membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling
membasuh kakimu;
Tindakan Tuhan Yesus mencuci kaki
murid-muridnya merupakan peragaan pelepasan hak yang sungguh menakjubkan.
Maksud-Nya melakukan hal tersebut adalah agar kita meneladani sikap hidupnya
yaitu rela melepaskan hak seperti Dia. Dengan demikian Tuhan dapat mengisi diri
kita dengan kepenuhan-Nya, sehingga Tuhan Yesus dapat tampil di gelanggang
dunia, memuliakan Bapa melalui hidup kita (Ef. 4:13).
Tuhan mengajar kita untuk
dapat menyatakan kehidupan yang memperagakan Kristus dalam hidup kita, seperti
dikalimatkan oleh Paulus sebagai “Hidupku bukan aku lagi” (Gal. 2:20). Tanpa
kerendahan hati yang tulus, maka seseorang tidak akan menerima kepenuhan dari
Allah. Kepenuhan dari Allah hendak menunjuk kehidupan yang dikuasai pikiran dan
perasaan Allah secara penuh, sehingga segala sesuatu yang dilakukan sesuai
dengan kehendak Allah secara tepat. Dikuasai oleh Allah patut kita pandang
sebagai anugerah.
Pembasuhan kaki ini terjadi
sebelum Tuhan menderita di kayu salib. Sebagai anak Tuhan yang mengerti
kebenaran dan rela melepaskan hak-hak kita, kita akan menemukan kenyataan bahwa karunia yang Tuhan
berikan kepada kita bukan saja keselamatan, melainkan juga karunia untuk
menderita. Kita jangan hanya mengamini karunia yang pertama dan
mengabaikan karunia yang kedua ini. Karunia untuk menderita inilah yang akan
melengkapi karunia keselamatan yang sudah Tuhan berikan kepada kita.
Dengan melepaskan hak-hak
kita, Tuhan akan memberikan karunia untuk menderita ini. Artinya, kita boleh
mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan. Kita diperkenankan-Nya untuk memikirkan
pekerjaan Tuhan dan terlibat di dalamnya. Itu merupakan suatu kehormatan yang
luar biasa.
Jika kita memanggil Yesus
sebagai Guru dan Tuhan, berarti kita juga wajib meneladani-Nya: merendahkan
hati, melepaskan segala hak, dan melayani sesama. Kita tahu bahwa Tuhan tidak
menginginkan seorang pun binasa, karena itu melayani haruslah dengan fokus
menyelamatkan jiwa-jiwa, memindahkan mereka dari gelap kepada terang, dari api
kekal ke kemuliaan kekal. Jadi yang penting bukanlah saling mencuci kaki dalam
pengertian harfiah seperti yang dilakukan di beberapa gereja; itu hanyalah
peragaan dari apa yang sungguh-sungguh Tuhan inginkan untuk kita lakukan,
apabila kita ingin dimuliakan bersama dengan Kristus kelak.
Kita wajib meneladani Yesus dengan merendahkan
hati, melepaskan segala hak, dan melayani sesama.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar