Renungan Harian Virtue Notes, 27 Desember 2011
Dosa Dimensi Masa Depan
Bacaan: Yohanes 17:17
17:17 Kuduskanlah mereka
dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.
Biasanya umat beragama meminta pengampunan
dosa kepada Tuhan. Tentu yang diselesaikannya adalah dosa yang telah dilakukan
di masa lalu. Mereka memohon agar Tuhan menghapus kesalahan atau dosa yang
telah dilakukan, dilihat dari dimensi masa lalu. Namun jarang orang menyadari
bahwa penyelesaian atas dosa haruslah atas dosa yang ditinjau dari dimensi masa
depan atau pada masa yang akan datang (futuris).
Dosa yang dipandang dari
dimensi masa depan adalah kemungkinan terulangnya dosa yang sudah dilakukan di
masa lalu. Ini menunjuk potensi dosa yang ada di dalam kehidupan kita, yaitu
kodrat dosa yang melekat dalam daging manusia. Hal ini harus diwaspadai dan
dipandang sebagai ancaman serius yang tidak boleh diabaikan.
Sebagai anak Tuhan
yang harus akil balig, kita harus menanggulangi dosa bukan saja yang telah
dilakukan, tetapi juga kemungkinan melakukannya lagi. Inilah cara menanggulangi dosa
secara dewasa, bertanggung jawab dan tuntas. Kalau kita menanggulangi dosa hanya
dari dimensi yang telah lalu, berarti Tuhan hanya dianggap seperti tukang sapu
yang sekadar membersihkan sampah dosa, kemudian halamannya dikotori lagi.
Sikap ini sebenarnya
tergolong melecehkan Tuhan, sebab Ia bukan hanya menyelesaikan dosa yang telah
terjadi, melainkan juga menyelesaikan potensi dosa yang masih kuat ada dalam
kehidupan umat tebusan-Nya. Dosa yang telah dilakukan, bisa diselesaikan dengan
pengampunan dosa oleh kuasa darah Yesus, tetapi potensi dosa yang masih
bercokol dalam kehidupan diselesaikan dengan kuasa Firman yang menguduskan,
penyangkalan diri dan proses dalam kehidupan. Inilah tanggung jawab yang tidak
boleh dihindari setiap orang percaya.
Allah Bapa mendidik kita
sebagai anak-anak-Nya agar bertumbuh secara normal dan mengambil bagian dalam
kekudusan-Nya. Pendidikan yang dikerjakan-Nya hendaknya tidak kita anggap
enteng. Ia pasti memberikan Firman-Nya, mengajar kita menyangkal diri dan
mengizinkan berbagai peristiwa kehidupan terjadi dalam hidup kita agar kita
bertumbuh sebagai anak-anak-Nya. Pemahaman terhadap prinsip ini tampak dari
cara orang menyikapi dosa. Orang
yang memahami kuasa Firman yang menguduskan—yaitu kebenaran—tidak cukup hanya
mohon pengampunan atas dosanya, tetapi juga berkomitmen untuk meninggalkan
dosa-dosa tersebut. Dengan cara itulah kita bisa menjadi dewasa
rohani.
Tuhan menyelesaikan potensi dosa dalam diri kita
melalui kuasa Firman-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar