RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Terikat Perjanjian

Renungan Harian Virtue Notes, 30 Juni 2011

Terikat Perjanjian



Bacaan: Ibrani 12: 5-9


12:5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;

12:6 karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

12:7 Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?

12:8 Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.

12:9 Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?



Bangsa Israel terikat perjanjian dengan YHWH sebagai Allah. Sebagai umat pilihan, mereka harus mentaati Allah melalui Dekalog atau sepuluh perintah-Nya. Kalau mereka mentaati Dekalog, maka mereka menjadi umat yang menerima janji Tuhan yaitu ditempatkan Tuhan di Tanah Perjanjian dan menerima pemeliharaan serta perlindungan Tuhan yang istimewa. Tetapi kalau mereka tidak mematuhimya, maka mereka tidak menerima apa yang Tuhan janjikan. Perjanjian itu akan mengikat yaitu ada hak dan ada kewajiban yang harus dipenuhi.


Sebagaimana bangsa Israel, orang percaya juga terikat perjanjian dengan YHWH sebagai Bapa dan orang percaya sebagai anak. Sebagai anak, kita memiliki hak menerima pemeliharaan dan berkat yang tidak perlu diragukan sama sekali. Tetapi kita juga harus mengerti kewajiban yang harus kita penuhi sebagai anak, yaitu menerima didikan dengan rela dan sukacita agar memiliki gambar diri seperti Bapa atau sempurna seperti Bapa.


Kalau seorang anak Tuhan memberi diri dengan segenap hidupnya untuk dididik atau dimuridkan oleh Tuhan, maka ia akan menjadi anak Tuhan yang sejati (υός, huiós), bukan anak-anak yang tidak sah (νόθος, nóthos). Sarana untuk mendidik orang percaya adalah Injil Kerajaan Surga yang diajarkan Tuhan Yesus dan Roh Kudus yang menuntun orang percaya kepada segala kebenaran (Yoh. 16:13). Ini menegaskan bahwa seseorang tidak bisa otomatis menjadi anak yang sah tanpa kesediaan dididik oleh Allah Bapa dan mempertaruhkan segenap hidupnya untuk itu.


Banyak orang Kristen hari ini merasa sudah sah menjadi anak Allah secara otomatis setelah menjadi orang Kristen, padahal tidak demikian. Mereka tidak tahu bahwa menjadi anak Allah harus melalui sebuah proses yang wajib dijalani, yaitu memanfaatkan atau menggunakan kuasa (hak istimewa) yang diberikan Tuhan (Yoh. 1:12). Kuasa itu adalah penebusan oleh darah Tuhan Yesus kemudian Roh Kudus yang menuntun kepada segala kebenaran lalu Injil yang menyelamatkan dan penggarapan Tuhan melalui segala kejadian yang dialami.


Memanfaatkan kuasa tidak boleh kita anggap sebagai perbuatan baik atau jasa kita; itu hanya respons terhadap anugerah yang Tuhan berikan. Harus tetap diingat bahwa keselamatan adalah anugerah Allah semata-mata; tetapi respons menerima anugerah bukanlah anugerah melainkan tanggung jawab individu. Jadi kita perlu berjuang untuk selamat karena perjanjian yang diadakan antara kita dan Tuhan. Pengajaran yang meniadakan perjuangan adalah penyesatan yang membinasakan.



Karena kita terikat perjanjian dengan Tuhan, kita harus memenuhi kewajiban kita dan tidak hanya menuntut hak-hak kita.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger