Renungan Harian Virtue Notes, 1 Juli 2011
Masing-masing Individu Yang Menentukan
Bacaan: Ibrani 2: 1-4
2:1. Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus.
2:2 Sebab kalau firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap berlaku, dan setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal,
2:3 bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan
2:4 Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.
Kalau Tuhan Yesus mengatakan pengikut-Nya harus menjadi sempurna (Mat. 5:48), maka itu tak bisa dihindari atau ditolak. Bila kita tidak mau berjuang menuju kesempurnaan itu, berarti kita menyia-nyiakan keselamatan (ay. 3). Itu artinya kita menolak keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan Yesus sendiri. Kalau kita mengabaikan firman yang disampaikan oleh Tuhan Yesus sendiri, bagaimana kita bisa luput dari hukuman?
Hari ini banyak orang Kristen merasa sudah menjadi anak-anak Allah yang sah sebab sudah merasa percaya kepada Tuhan Yesus, dan merasa menjalankan hukum-hukum yang tertulis. Dengan itu mereka merasa sudah cukup untuk disebut anak-anak Allah. Padahal itu tidak cukup. Iman Kristen bukanlah sekadar persetujuan bahwa Yesus adalah Allah, melainkan perbuatan konkret yaitu mengikuti kehendak-Nya. Di dalamnya termasuk kesediaan berjuang menuju kesempurnaan, yaitu mengenakan pikiran dan perasaan Kristus. Inilah respons yang benar atas anugerah.
Berarti masing-masing individulah yang menentukan, apakah mau menjadi anak-anak Allah yang sah atau tidak. Kalau kita mau menjadi anak-anak Allah yang sah, kita juga mau belajar menjadi sempurna. Di dalamnya termasuk menerima didikan Bapa, karena Ia menghajar orang yang dikasihi-Nya dan menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak (Ibr. 12:6). Seperti seorang ayah di bumi ini mendidik anak-anaknya, demikian pula Bapa di Surga. Amin bahwa Ia menyertai kita, tetapi kita mesti sadar bahwa penyertaan-Nya bukan hanya berkat, pemeliharaan dan perlindungan-Nya; penyertaan Tuhan juga mencakup pendidikan dari-Nya.
Berhentilah meragukan penyertaan Tuhan jika kita memperoleh hajaran dari Bapa. Berhentilah bersungut-sungut jika kita mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Sebaliknya terimalah itu semua dengan sukacita sebagai bagian dari didikan-Nya. Ini bertalian dengan berkat abadi yang lebih berharga daripada berkat jasmani. Ingat, hanya orang tua yang jahat yang selalu memuaskan keinginan anaknya. Orang tua yang baik pasti mendidik anaknya dan tidak segan menghajar anaknya agar ia menjadi anak yang baik. Jadi maukah kita menjadi anak-anak Allah yang sah? Kitalah yang menentukan, mau meresponi anugerah-Nya atau tidak.
Kita harus meresponi panggilan-Nya untuk menjadi sempurna dan menerima didikan-Nya jika mau menjadi anak-anak-Nya yang sah.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar