RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Tanggung Jawab Sebagai Anak-anak Allah

Renungan Harian Virtue Notes, 25 Juli 2011

Tanggung Jawab Sebagai Anak-anak Allah



Bacaan: Kejadian 6: 1-7


6:1 Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan,

6:2 maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.

6:3 Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja."

6:4 Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.

6:5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,

6:6 maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.

6:7 Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka."



Menjadi anak-anak Allah, Tuhan Semesta Alam bukan hanya untuk menikmati pemeliharaan-Nya. Pemeliharaan Tuhan atas anak-anak-Nya tidak perlu diragukan sama sekali. Salah satu nama-Nya adalah יהוה יִרְאֶה (YHWH Yir’eh), Tuhan Menyediakan (Kej. 22:14).


Ada hal yang jauh lebih penting dan lebih besar daripada itu, yaitu melakukan kehendak Bapa. Karena menjadi anak-anak bagi Tuhan Semesta Alam adalah menyediakan diri kita menjadi alat bagi kemuliaan nama-Nya, seseorang yang tidak menjadi alat bagi kemuliaan nama-Nya tidak layak disebut anak Allah.


Awal mulanya, manusia memang anak Allah, karena Allah Bapa sendiri yang melahirkannya. Tubuh manusia dibentuk-Nya dari bumi ini, tetapi rohnya dari Bapa (Kej. 2:7). Kita tidak boleh ragu-ragu menerima kebenaran ini. Dengan demikian bukan tanpa alasan kalau Allah mengingini roh yang ditempatkan dalam diri kita dengan cemburu (Yak. 4:5), sebab memang kita berasal dari diri-Nya. Karena kita berasal dari diri-Nya maka kita adalah milik-Nya.


Walaupun manusia sudah jatuh ke dalam dosa, tetapi Allah Bapa masih mau mendampingi mereka dan berharap manusia masih bisa melakukan kehendak-Nya. Manusia mula-mula, yaitu keturunan Set masih disebut anak-anak Allah. Di antaranya ada Henokh yang hidup bergaul dengan Allah, kemudian diangkat oleh-Nya (Kej. 5:22). Tetapi ternyata anak-anak Allah ini tidak melakukan kehendak-Nya. Kecenderungan mereka adalah dosa semata-mata (non posse non peccare). Mereka tidak lagi bisa melakukan tugasnya sebagai anak Allah; mereka jatuh karena daging adanya. Apalagi sejak mereka mulai kawin campur dengan “anak-anak manusia” yaitu keturunan Kain (ay. 1). Kejahatan manusia bertambah, dan hatinya cenderung membuahkan kejahatan semata-mata, sampai Tuhan menyesal bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi (ay. 6). Sejak itu Roh Allah tidak lagi tinggal dalam manusia (ay. 3). Manusia tidak lagi bisa disebut anak-anak Allah, sebab anak-anak Allah adalah mereka yang dipimpin oleh Roh Allah (Rm. 8:14).


Dalam zaman anugerah ini, Allah memberi anugerah-Nya yang memungkinkan orang-orang yang menerima keselamatan dalam Yesus Kristus kembali menjadi anak-anak Allah. Tetapi ada tanggung jawab bagi kita untuk menjadi alat bagi kemuliaan Allah Bapa. Sebagai anak-anak Allah, kita diinginkan-Nya melakukan kehendak-Nya seperti Tuhan Yesus. Marilah kita menjalaninya dengan serius.



Anak-anak Allah bertanggung jawab melakukan kehendak Bapa seperti Tuhan Yesus.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger