RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Bagian Dalam Kekudusan-Nya

Renungan Harian Virtue Notes, 27 Juli 2011

Bagian Dalam Kekudusan-Nya



Bacaan: Ibrani 12: 10-11


12:10 Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.

12:11 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.



Hampir semua dari kita pernah dimarahi dan dihukum oleh ayah kita di dunia ini saat kita masih kecil. Dulu kita belum mengerti, tetapi sekarang kita tahu bahwa itu dilakukan oleh ayah kita dalam rangka mendidik kita, agar kita menjadi anak yang baik dan berhasil. Itu dilakukannya untuk kebaikan kita.


Didikan ayah kita adalah untuk hidup kita yang pendek di bumi ini, dan itu pun terbatas sesuai dengan pengetahuan kita. Bila demikian, tentu didikan Allah Bapa jauh lebih tinggi nilainya. Ia mendidik kita bukan agar kita sukses di dalam kehidupan kita yang demikian singkat, seperti uap yang kelihatan sebentar saja lalu lenyap. Ia mendidik kita agar kita bisa menemukan tempat dan kedudukan sebagai anak-Nya. Ia mendidik kita agar kita dapat mengambil bagian dalam kekudusan-Nya (ay. 10).


Jika kita dapat mengambil bagian dalam kekudusan-Nya, artinya kita dapat memiliki kapasitas mental atau karakter yang mampu mengerti kehendak Bapa. Itu semua adalah untuk kebaikan kita. Kekudusan itu jauh lebih berharga dibandingkan uang dan harta benda di bumi, kesehatan, keluarga dan sahabat; sebab dengan kekudusan itu kita dapat benar-benar menjadi anak yang sah (υός, huiós) yang akan bersama-sama dengan Dia di kerajaan-Nya. Didikan Bapa ini bernilai kekal.


Sementara orang-orang yang menolak didikan Bapa adalah mereka yang digolongkan sebagai anak yang tidak sah (νόθος, nóthos). Mereka tidak menganggap didikan Bapa itu berharga, sebab pada saat menerima ganjaran, yang dirasakan bukanlah sukacita melainkan dukacita (ay. 11). Mereka menganggap, seharusnya Bapa itu baik jadi pasti memberikan apa pun yang mereka minta untuk kebutuhan jasmani di bumi ini. Betapa tragisnya manakala di akhir hidup mereka, Bapa tidak mau mengakui mereka sebagai anak-anak yang sah.


Maka perlu diingat, sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah Bapa dan menjadi anak-anak Allah yang ditebus oleh darah Tuhan Yesus Kristus, kita tidak boleh memiliki “bisnis” atau “urusan” sendiri. Kita hidup hanya karena mau mengerti kehendak Bapa dan melakukan kehendak Bapa. Suarakan kembali filosofi Tuhan Yesus, “Makananku adalah melakukan kehendak Bapa” (Yoh. 4:34). Jika kita tidak memiliki prinsip hidup seperti yang dimiliki oleh Tuhan Yesus ini, kita bukanlah anak sah Allah. Jika kita sadar untuk bertobat sekarang juga untuk menjadi anak Allah yang sah, bersiaplah untuk menerima didikan-Nya, yang sekalipun menyakitkan, membangun kerohanian kita melalui buah kebenaran yang memberikan damai.



Prinsip hidup anak Allah yang sah adalah, “Makananku adalah melakukan kehendak Bapa.”



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger