Renungan Harian Virtue Notes, 14 Juli 2011
Kemiskinan-Nya Adalah Kekayaan Kita
Bacaan: 2 Korintus 8: 7-9
8:7. Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, --dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami--demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.
8:8 Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu.
8:9 Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.
Alkitab mengatakan bahwa oleh karena kita, Tuhan Yesus telah menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya (ay. 9). Salah besar bila kita memaknai kekayaan dalam teks ini sebagai kekayaan jasmani, sebab konteksnya sama sekali bukan masalah bendani. Lebih tegasnya, yang dimaksud dengan kekayaan tersebut adalah kekayaan dalam iman, perkataan, pengetahuan—mengenai kebenaran, kesungguhan untuk membantu, dan kasih terhadap pelayanan pekerjaan Tuhan (ay. 7). Semua ini bisa diringkas sebagai “kehidupan Kristiani yang murni dan benar”.
Jadi kekayaan di sini adalah berkat rohani yang disediakan bagi kita untuk mempersiapkan kita memasuki Kerajaan Tuhan Yesus Kristus. Kata “menjadi miskin” di sini aslinya adalah πτωχεύω (ptōkhévō) yang berasal dari akar kata πτωχός (ptōkhós) yang berarti “orang yang tidak memiliki apa pun”, “yang bergantung hanya pada belas kasihan orang lain”. Kata ini pula yang digunakan oleh Tuhan Yesus dalam Mat. 5:3, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah…”
Tuhan Yesus, Allah Anak yang Mahamulia itu telah menjadi manusia dalam kesederhanaan, bukan dalam kemahakayaan-Nya. Itu dilakukan-Nya agar manusia bisa memiliki kehidupan yang berkualitas tinggi sesuai dengan kehendak Allah. Mereka yang menerima-Nya dan mengenal keselamatan yang sejati dilayakkan memasuki Kerajaan Surga; tandanya adalah kehidupan imannya, setiap perkataan yang keluar dari mulutnya, pengetahuannya mengenai kebenaran dan tindakan pelayanan bagi sesama.
Sekali lagi ditegaskan bahwa kekayaan dalam ayat ini bukan kekayaan jasmani atau materi. Pemelesetan ayat tersebut ke arah kekayaan jasmani berbahaya sebab bisa menjauhkan orang Kristen dari kebenaran. Akibatnya fokus orang Kristen tidak lagi kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya, melainkan kepada berkat jasmani. Dengan menyatakan ini bukan berarti kita tidak membutuhkan berkat jasmani.
Kita tetap membutuhkannya, oleh sebab itu kita harus bekerja keras guna memenuhi kebutuhan jasmani kita. Sebagai Bapa yang memelihara kita dengan sempurna, Tuhan pasti memberkati dan selalu membuka jalan untuk kehidupan nafkah jasmani kita. Kini yang perlu kita fokuskan dan pikirkan adalah bagaimana dapat menyerap berkat rohani sebanyak-banyaknya. Berkat jasmani atau materi bisa diberikan oleh Iblis (Luk. 4:5–7), tetapi berkat rohani tidak bisa diberikan oleh siapa pun, kecuali oleh Sang Juruselamat.
Tuhan Yesus menjadi manusia dalam kesederhanaan, agar kita diingatkan bahwa kebutuhan jasmani bukanlah tujuan penebusan-Nya.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar