Renungan Harian Virtue Notes, 6 Juli 2011
Acungan Jempol Bapa
Bacaan: 1 Petrus 4: 1-6
4:1. Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, --karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa--,
4:2 supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.
4:3 Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang.
4:4. Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu.
4:5 Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
4:6 Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah.
Mengikut Tuhan Yesus berarti mengikuti jejak-Nya. Untuk mengikuti jejak-Nya kita harus belajar secara mendalam dan lengkap apa yang ditulis di dalam Injil: Semua yang diajarkan Tuhan Yesus dan para rasul-Nya. Tidak memahami Injil-Nya dengan benar berarti kita tidak pernah mengikuti Dia, dan itu berarti juga tidak pernah menjadi orang percaya yang benar.
Pengalaman yang paling menyesatkan banyak orang hari ini adalah manakala seseorang sudah merasa mengalami kuasa Tuhan, sehingga yakin bahwa mereka sudah menjadi pengikut Kristus yang pasti diselamatkan. Padahal keselamatan itu proses yang dilakukan Tuhan untuk mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula, bukan sesuatu yang instan. Proses keselamatan itu adalah proses meneladani jejak kehidupan Tuhan sebagai model manusia yang harus dicapai, bukan mengalami kuasa mukjizat yang menjawab kebutuhan jasmani.
Untuk mencapai model manusia seperti Tuhan Yesus Kristus, kita harus melalui pergumulan berat yang menyita seluruh hidup dan perhatian kita. Kita seperti hidup dalam dunia sendiri, yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Semakin mengenal kebenaran Injil, kita akan semakin berbeda dengan lingkungan kita. Semakin jelas bahwa dunia yang kita miliki berbeda dengan dunia yang dimiliki oleh manusia pada umumnya. Itulah sebabnya banyak orang di sekitar kita merasa heran, mengapa orang-orang percaya bisa hidup dengan cara demikian? Biasanya mereka memandang orang-orang percaya itu ekstrem, fanatik dan tidak realistis.
Kalau selama ini kita menganggap mengikut Kristus hanyalah setia kepada salah satu denominasi gereja, melakukan liturgi dan menggumuli kuasa mukjizat-Nya—sebagaimana agama-agama lain di dunia ini—mari kita mengubah cara berpikir itu. Kita dipanggil untuk menggumuli kehidupan yang sesuai dengan selera Bapa, yaitu kehidupan yang memuaskan hati-Nya. Ini suatu gaya hidup yang tidak dimiliki oleh agama mana pun.
Kalau selama ini kita hanya berusaha memperoleh acungan jempol manusia, kita harus bertobat. Yang harus kita capai bukanlah memuaskan hati orang lain, melainkan memuaskan hati Bapa. Ini adalah suatu level kehidupan yang jarang sekali digumuli orang beragama pada umumnya—apalagi dicapai. Mari kita berusaha memperoleh acungan jempol Bapa, sehingga seperti kepada Anak-Nya Yesus (Mat. 3:17), Ia juga dengan bangga berkata tentang kita, “Inilah anakku yang Kukasihi, kepadanya Aku berkenan”.
Mengikut jejak Kristus berarti melalui pergumulan yang menyita seluruh hidup dan perhatian kita.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar