RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Hidup Sebagai Anak Tebusan

Renungan Harian Virtue Notes, 19 Juli 2011

Hidup Sebagai Anak Tebusan



Bacaan: 1 Petrus 1: 17-19


1:17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.

1:18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,

1:19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.



Menjadi anak tebusan oleh kurban Tuhan Yesus berarti kita ditebus pula oleh cara hidup kita yang sia-sia, yang kita warisi dari nenek moyang kita. Memang tujuan penebusan oleh darah Tuhan Yesus adalah agar kita hidup dengan cara hidup yang baru. Sejak kita terlahir, kita sudah melihat, mencontoh dan belajar cara hidup yang tidak sesuai dengan kehidupan anak tebusan. Ya, memang pada waktu itu nenek moyang kita dan kita sendiri tidak mengerti bagaimana hidup sebagai anak tebusan itu; tetapi sekarang tidak ada alasan bagi kita untuk mengatakan tidak tahu, sebab Tuhan sudah memberikan Injil-Nya untuk dipelajari sehingga dipahami dengan benar dan dikenakan dalam kehidupan secara konkret.


Seseorang tidak akan bergairah belajar Firman Tuhan guna menemukan tuntunan hidup baru sebagai anak-anak Allah, jika memang tidak memiliki niat untuk menjadi anak tebusan yang sejati. Niat ini harus ada yang ditunjukkan dengan memberi diri dibaptis. Inilah sebenarnya yang dimaksud Tuhan Yesus dengan dilahirkan oleh air dan roh (Yoh. 3:5).


Air di sini adalah baptisan; tetapi yang penting bukanlah baptisan secara teknisnya: entah diselam, dipercik, dituangi atau dengan cara lain. Yang terpenting dalam baptisan adalah esensinya atau maknanya, yaitu kesediaan meninggalkan cara hidup lama yang telah diwarisi dari nenek moyang (πατροπαράδοτος, patroparádotos) untuk memperoleh atau mengenakan cara hidup yang baru.


Hidup yang baru ini tidak otomatis kita miliki, tetapi harus diperjuangkan sampai akhir hidup di bumi ini. Untuk ini kita harus belajar Injil, buku petunjuk untuk menyelenggarakan hidup baru yang Tuhan kehendaki. Kita juga harus bersedia dipimpin Roh Kudus agar kita dimampukan melakukan kehendak Bapa.


Setelah kita memberi diri menjadi anak tebusan Tuhan, kita harus mulai menjadi murid. Seseorang dapat dikatakan murid hanya jika ia bersedia dididik. Seluruh kegiatan hidup di bumi ini harus dijadikan sarana dan kesempatan untuk belajar, dengan mengarahkan perhatian kita hanya kepada Allah dan kerajaan-Nya. Inilah yang dimaksud Tuhan Yesus dengan mengumpulkan harta di Surga. Melalui proses panjang dan terus-menerus, akhirnya seseorang bisa berkata, “Hidupku bukan aku lagi tetapi Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal. 2:19–20). Inilah cara hidup anakanak Allah. Maukah kita menjadi anak-anak tebusan Allah? Jika mau, bertobatlah sekarang.



Esensi baptisan adalah kesediaan meninggalkan cara hidup yang lama dan mengenakan cara hidup yang baru.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger