Renungan Harian Virtue Notes, 4 Juli 2011
Mempunyai Dunia Sendiri
Bacaan: Kejadian 6: 13-22
6:13. Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.
6:14 Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus kaubuat berpetak-petak dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan dari dalam.
6:15 Beginilah engkau harus membuat bahtera itu: tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya.
6:16 Buatlah atap pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya pada lambungnya; buatlah bahtera itu bertingkat bawah, tengah dan atas.
6:17 Sebab sesungguhnya Aku akan mendatangkan air bah meliputi bumi untuk memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di kolong langit; segala yang ada di bumi akan mati binasa.
6:18 Tetapi dengan engkau Aku akan mengadakan perjanjian-Ku, dan engkau akan masuk ke dalam bahtera itu: engkau bersama-sama dengan anak-anakmu dan isterimu dan isteri anak-anakmu.
6:19 Dan dari segala yang hidup, dari segala makhluk, dari semuanya haruslah engkau bawa satu pasang ke dalam bahtera itu, supaya terpelihara hidupnya bersama-sama dengan engkau; jantan dan betina harus kaubawa.
6:20 Dari segala jenis burung dan dari segala jenis hewan, dari segala jenis binatang melata di muka bumi, dari semuanya itu harus datang satu pasang kepadamu, supaya terpelihara hidupnya.
6:21 Dan engkau, bawalah bagimu segala apa yang dapat dimakan; kumpulkanlah itu padamu untuk menjadi makanan bagimu dan bagi mereka."
6:22. Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.
Mari merenungkan pengalaman Nuh dalam membangun bahtera yang diperintahkan oleh Allah. Apakah sepanjang pekerjaannya itu Nuh tegar tanpa keraguan? Sebagai manusia biasa, wajar bila kadang-kadang Nuh merasa ragu juga, apakah kelelahan membangun bahtera di darat tersebut akan berdampak baik bagi dirinya dan keluarganya. Nuh juga seperti kita, yang kadang-kadang merasa lemah dan mulai berkata dalam hati, “Tidak adakah cara lain untuk dapat selamat?”
Membuat bahtera dengan panjang sekitar 150 meter, lebar 25 meter, tinggi 15 meter untuk keluarganya dan binatang-binatang bukan pekerjaan ringan. Pada waktu itu belum ada alat-alat berat yang memperingan pekerjaannya. Belum lagi sebagai pemberita kebenaran, ia berhadapan dengan orang-orang yang menolak ajakannya untuk ikut terlibat dalam proyek penyelamatan tersebut (2Ptr. 2:5). Semua itu merupakan beban yang tidak ringan yang harus dipikulnya. Tetapi ia dapat melewati semua keraguan itu dalam keteguhan hatinya tetap taat. Alkitab mencatat: “Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.” (ay. 22) Setelah Nuh menyelesaikan tugasnya, akhirnya ia menyaksikan bahwa apa yang difirmankan Tuhan itu benar adanya, bahwa Ia setia.
Di mata orang-orang sezamannya, Nuh mempunyai dunia sendiri yang tidak dapat dimengerti orang lain. Orang-orang pasti memandangnya sebagai orang yang terobsesi pada sesuatu yang tidak realistis. Ia dianggap orang “antisosial” yang sibuk dengan sesuatu yang aneh bagi orang lain. Tentu tidak mudah menjadi manusia seperti ini, tetapi melalui perjalanan waktu dan integritas yang kokoh, Nuh dapat mengatasi semua halangan untuk memenuhi rencana Tuhan dalam hidupnya.
Integritas Nuh dan juga Abraham—yang meninggalkan kota metropolis Ur-kasdim untuk mengembara ke tempat yang tidak diketahuinya—memang tidak dapat dimengerti oleh orang-orang di tempat asalnya. Tetapi mereka tetap dalam keteguhan hati untuk menaati apa yang diperintahkan Tuhan semesta alam. Dari ketaatan mereka, mereka menemukan Allah yang benar, dan melihat kesetiaan Allah.
Nuh berani menjadi orang yang tidak serupa dengan dunia sekitarnya. Abraham juga mempunyai dunia sendiri yang tak dimengerti orang sekitarnya. Kalau Alkitab mengatakan, “Jangan serupa dengan dunia ini” (Rm. 12:2) tentu kita juga harus berani tidak serupa dengan dunia ini. Kita harus berani dianggap punya dunia sendiri yang aneh atau antisosial atau bodoh atau gila. Biarkan saja, yang penting kita tetap hidup taat untuk Tuhan kita. Ia setia kepada Nuh, Ia juga setia kepada kita.
Kita harus hidup dalam ketaatan penuh kepada Tuhan dan tidak perlu meragukan kesetiaan-Nya.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar