Renungan Harian Virtue Notes, 26 Juni 2011
Bagaikan Selir
Bacaan: Efesus 5: 31-33
5:31 Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
5:32 Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.
5:33 Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.
Tidak mudah menjadikan Tuhan kesukaan hidup kita. Bagi banyak orang ini membutuhkan keberanian dan pertaruhan yang besar. Buktinya, tidak banyak orang yang mau masuk dalam wilayah hidup ini. Sebagian besar manusia hatinya masih terbelenggu dengan berbagai kesenangan hidup.
Belenggu ini masih mengikat banyak orang Kristen yang rajin ke gereja, sebab ibadah di gereja itu belum berarti telah menjadikan Tuhan kesukaan hidup. Tuhan ingin memiliki hubungan yang istimewa seperti hubungan suami-istri: intim, istimewa dan benar-benar eksklusif.
Salomo merupakan raja yang mempunyai banyak istri. Permaisuri dan selirnya sangat banyak. Bagaimana bisa ia menjadikan seorang istrinya kesukaan hidup? Setiap istrinya hanya menjadi sebagian kesukaan hidupnya. Ini seperti banyak orang Kristen dewasa ini. Katanya mempelai Kristus, tetapi Tuhan seolah-olah hanya menjadi seorang selir, sebab yang menjadi permaisuri adalah dunia dengan kesenangannya. Tetapi sekalipun Tuhan diperlakukan bak seorang permaisuri pun, kalau masih ada gundik-gundik, tetap akan menyakitkan hati.
“Lumayanlah, daripada tidak sama sekali,” begitu pikir orang-orang Kristen ini. “Orang-orang di luar gereja kan sama sekali tidak mengenal Tuhan, itu lebih parah.” Padahal Tuhan tegas menetapkan, seseorang tidak bisa mengabdi kepada dua tuan (Mat. 6:24). Kita tidak bisa menjadikan Tuhan kesukaan hidup seraya juga masih mengharapkan ada yang lain yang menjadi kesukaan hidup ini dan mengisi kehausan jiwa. Tuhan tidak boleh hanya dijadikan penolong yang akan mengatasi permasalahan hidup, lalu menghindarkan kita dari neraka setelah mati.
Apakah Tuhan sudah menjadi kesukaan hidup atau tidak, juga tampak dari cara seseorang menggunakan waktu dan uangnya. Jika seseorang bisa menghabiskan waktunya untuk kegiatan-kegiatan yang bertujuan hanya untuk mengisi kekosongan jiwanya dan melupakan saat-saat berdoa dan belajar Firman Tuhan, artinya Tuhan masih dipandang bagaikan selir. Apabila seseorang bisa membelanjakan uang tanpa batas untuk berbagai hiburan, fasilitas hidup dan lain sebagainya tetapi menganggarkan sisa-sisa uangnya untuk Tuhan, artinya Tuhan masih dipandang bagaikan selir.
Kita pasti mengutamakan sesuatu yang kita anggap penting dan mendesak. Apabila Tuhan sungguh-sungguh kesukaan hidup kita, maka kita akan memberikan yang terbaik bagi-Nya, termasuk waktu dan uang kita
Menjadikan Tuhan kesukaan hidup berarti membangun hubungan yang intim, istimewa dan benar-benar eksklusif dengan-Nya.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar