RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Cara Menghadapi Masalah

Renungan Harian Virtue Notes, 8 Juni 2011

Cara Menghadapi Masalah



Bacaan: Pengkhotbah 3: 1-15


3:1. Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.

3:2 Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;

3:3 ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun;

3:4 ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;

3:5 ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk;

3:6 ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang;

3:7 ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;

3:8 ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.

3:9 Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah?

3:10 Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya.

3:11. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.

3:12 Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka.

3:13 Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah.

3:14 Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia.

3:15 Yang sekarang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah lama ada; dan Allah mencari yang sudah lalu.



Pengkhotbah menggambarkan tragisnya hidup ini dengan kalimat, “Segala sesuatu adalah sia-sia” (Pkh. 1:2). Pengkhotbah, seorang raja keturunan Daud, yang juga seorang terhormat dan kaya-raya, mengakui bahwa kehidupan manusia yang telah jatuh dalam dosa ini tidak bernilai. Mengapa demikian? Sebab segala sesuatu ada waktunya; semua yang kita miliki akan berakhir. Kecantikan akan berakhir; kegagahan akan berakhir; kekayaan dan kemewahan akan berkahir; kebanggaan dan hormat akan berakhir; segala sesuatu akan berakhir. Itu pun kalau manusia beruntung dalam hidup ini, sebab kenyataannya lebih banyak orang yang tidak beruntung.


Kalau harus jujur, siapa pun kita pasti ada duri dalam dagingnya. Pasti ada cacat, persoalan atau apa pun yang membuat kita tidak memiliki kebahagiaan yang maksimal. Persoalan dapat berupa masalah ekonomi, kesehatan, keluarga, keamanan dan sebagainya. Setelah satu masalah berlalu, muncul masalah yang lain lagi. Namun masalah bisa mengingatkan kepada kita bahwa segala sesuatu di bumi yang penuh kesia-siaan ini bukan rumah kita. Masalah bisa menggiring kita untuk mencari Tuhan. Sampai suatu hari, walau tanpa masalah pun kita tetap mendahulukan Tuhan dalam segala hal dan melayani Dia.


Maka kita harus menyadari bahwa dalam kehidupan anak-anak Tuhan, Ia tidak membuat semuanya serba mulus, sebab kemulusan hidup bisa membuat seseorang berbalik dari-Nya dan tidak mencari kerajaan-Nya. Kenyamanan bisa menjadi alat ampuh Iblis membunuh jiwa manusia.


Ini bukan berarti kita perlu mencari masalah; tetapi kalau Tuhan mengizinkan kita mengalami suatu masalah, kita harus menerimanya dengan tidak bersungutsungut, sebab di dalamnya ada sesuatu yang dikerjakan-Nya (Rm. 8:28). Ia ingin menanggulangi kekurangan atau cacat dalam karakter kita.


Mulai sekarang, kalau kita menghadapi masalah, jangan lagi memohon agar masalah tersebut diangkat atau disingkirkan oleh Tuhan. Sebaliknya tanyakan kepada Tuhan, dalam masalah tersebut, apa yang dikehendaki Tuhan dalam hidup kita untuk diubah, dan mohon kekuatan agar kita dapat menghadapinya dengan bertanggung jawab. Saat kita menyelesaikan masalah tersebut, sebenarnya kita sedang dibentuk Tuhan. Ini bagian dari proses pengembalian kita kepada rancangan-Nya yang semula. Manfaatkan dunia yang tragis dan penuh kesia-siaan ini sebagai sekolah kehidupan yang mengajar kita menjadi pribadi yang dikenan Bapa.



Dalam setiap masalah yang diizinkan Tuhan terjadi atas diri kita, Ia ingin menanggulangi kekurangan dalam karakter kita.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger