Renungan Harian Virtue Notes, 5 Juni 2011
Berani Mengambil Keputusan
Bacaan: Markus 10: 35-45
10:35 Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!"
10:36 Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?"
10:37 Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu."
10:38 Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?"
10:39 Jawab mereka: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima.
10:40 Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan."
10:41 Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes.
10:42 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
10:43 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
10:44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.
10:45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Mengambil keputusan adalah tindakan yang sering dihindari oleh banyak orang, sebab mereka takut salah. Mari kita lihat bagaimana dengan murid-murid Yesus. Dalam beberapa kesempatan, mereka menyatakan bahwa mereka meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut-Nya. Di mata orang-orang sezamannya, mereka bisa dianggap orang-orang tolol sebab berani meletakkan pengharapan sepenuhnya kepada seorang Rabi, anak tukang kayu dari kota kecil Nazaret. Mereka percaya Rabi dari Nazaret ini bisa mengubah nasib mereka.
Memang saat itu pengertian murid-murid Tuhan Yesus masih dangkal dan terpengaruh dunia sekitarnya. Motivasi mereka dalam mengikut Tuhan Yesus belum benar. Yang mereka ingini ialah meraih kualitas hidup yang lebih tinggi daripada yang telah mereka capai. Mereka berharap dengan mengikut Yesus, mereka dapat menjadi pejabat-pejabat tinggi dalam kerajaan-Nya (ay. 37). Perlu diketahui bahwa saat itu mereka beranggapan Tuhan Yesus akan menjadi raja di dunia ini; mereka belum mempunyai konsep langit dan bumi baru.
Tuhan dalam kesabaran-Nya yang luar biasa menuntun mereka, sampai mata pengertian mereka tercelik bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia ini. Ketika mata pengertian mereka sudah terbuka, ternyata mereka tetap setia mengiring Tuhan Yesus. Ini terbukti dari tulisan Petrus (1Ptr. 1:3-4) yang tidak lagi mempersoalkan kemewahan duniawi. Pandangan hidupnya sudah terarah ke Kerajaan Surga. Petrus yang dahulu duniawi telah berubah menjadi Petrus yang rohani.
Namun dengan kepolosan mereka itu, mereka berani mengambil keputusan untuk meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus (ay. 39). Itulah sebabnya Tuhan Yesus menyebut mereka sebagai orang-orang kecil (Mat. 11:25). Istilah ini menunjuk kelemahan, ketidakberdayaan, kesederhanaan, ketulusan, kebergantungan dan perasaan membutuhkan. Mereka merupakan contoh orang-orang yang rendah hati, dan kerendahan hati adalah faktor terpenting bagi seseorang dalam menerima keselamatan.
Bagaimana dengan kita hari ini? Masihkah kita mau mempertahankan harga diri kita dengan berjuang demi kenyamanan hidup di dunia ini? Atau dengan rendah hati mau mengakui bahwa dengan ketidakberdayaan kita, kita membutuhkan Tuhan, kita membutuhkan keselamatan dari-Nya, kita membutuhkan hidup yang baru sebagai anak-anak Allah yang sejati; anak-anak Allah yang selalu hidup dalam penurutan akan kehendak-Nya dan kedaulatan-Nya secara mutlak dan absolut. Melalui kerendahan hati itu kita mengakui bahwa sang Rabi anak tukang kayu dari Nazaret itu adalah Raja Alam Raya.
Dengan kerendahan hati kita harus berani mengambil keputusan untuk mengikut Yesus.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar