Renungan Harian Virtue Notes, 16 Juni 2011
Keterikatan Dua Pihak
Bacaan: Efesus 1: 13-14
1:3. Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.
1:4 Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.
1:5 Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,
1:6 supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.
1:7 Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya,
1:8 yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian.
1:9 Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus
1:10 sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi.
1:11 Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan--kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya--
1:12 supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya.
1:13 Di dalam Dia kamu juga--karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.
1:14 Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.
Bagi bangsa Israel, mereka terikat dengan Tuhan melalui fasilitasi tuntutan Tuhan atas bangsa itu untuk hidup menurut Sepuluh Firman atau Sepuluh Perintah Allah (Ibrani: עֲשָׂרָה הַדְּבָרִים , `Aséréth haDevârîm, Yunani: δεκάλογος, dekálogos). Isinya antara lain: tidak ada Allah lain selain YHWH, tidak boleh menyembah patung, dan lain sebagainya. Karena pentingnya perjanjian itu, maka kesepuluh perintah tersebut ditulis oleh jari Tuhan sendiri di atas gunung Sinai. Mengapa sampai Tuhan sendiri yang menulis kesepuluh perintah-Nya? Sebab sepuluh perintah itu mengikat diri-Nya dengan umat pilihan. Kalau Allah sendiri yang menulis, umat tidak boleh main-main, sebab Allah serius mengikat dirinya dengan perjanjian tersebut.
Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel diangkat jadi umat yang berhak menetap di tanah perjanjian yang dijanjikan Allah kepada Abraham untuk ditempati keturunannya. Sepuluh Perintah Allah menjadi landasan atau sumber perundangundangan bangsa Israel, baik undang-undang sipil ( משפטים , Mishpatim) maupun peraturan ibadah ( חוקים , Khuqim). Selama bangsa itu hidup dalam ketaatan kepada hukum Tuhan, berarti mereka menjaga perjanjian itu dan berhak menerima perlindungan serta segala berkat Tuhan yang berlimpah-limpah. Tetapi kalau mereka mulai menyembah allah lain dan mengabaikan hukum Tuhan, maka mereka akan mengalami penderitaan yang hebat. Dalam sejarah bangsa itu terukir kisah-kisah menyedihkan ketika mereka tidak setia kepada YHWH. Mereka terusir dari negeri mereka dan hidup sengsara di perantauan.
Demikian pula dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, kita terikat dengan Tuhan melalui fasilitasi Roh Kudus sebagai meterai dan Injil yang membawa kita kepada keselamatan (ay. 13). Selama kita setia mempelajari Injil dan mengerti serta melakukannya dalam tuntunan Roh Kudus, maka kita akan mengalami pertumbuhan rohani yang benar. Kita akan makin seperti Bapa dan berkarakter bangsawan Surgawi. Pada suatu hari nanti kita akan dilayakkan masuk Kerajaan Surga.
Dari penjelasan ini, nyatalah perbedaan antara umat pilihan Allah di Perjanjian Lama—yaitu bangsa Israel—dan umat pilihan Allah di Perjanian Baru—yaitu orang percaya. Bangsa Israel memiliki fokus pada perkara-perkara dunia dan kemakmuran Kanaan duniawi tetapi orang percaya terfokus kepada hal-hal rohani yaitu penyempurnaan karakter serta langit dan bumi yang baru, Kanaan Surgawi.
Fokus orang percaya adalah penyempurnaan karakter serta langit dan bumi yang baru.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar