Renungan Harian Virtue Notes, 24 Juni 2011
Fondasi Kehidupan
Bacaan: 1 Korintus 15: 58
Seorang ibu mendengar anak gadis yang disayanginya menikah dengan pria yang tidak disetujuinya. Ia terkejut, dan mendadak terserang stroke. Anak gadisnya ini adalah kesukaan hidupnya, dan ia tidak rela kehilangan anaknya itu. Kisah sedih ini menunjukkan bahwa fondasi kehidupan ibu ini masih lemah.
Kisah ini hanya merupakan salah satu contoh dari sekian banyak orang Kristen yang belum siap menghadapi kenyataan hidup berkenaan dengan masalah-masalah pribadi yang menyakitkan. Tatkala suatu masalah yang berat datang, jiwanya mudah terguncang; pikirannya menjadi kalut. Makanan lezat terasa hambar; insomnia hadir pengganti tidur. Gundah gulana menyiksa jiwanya di sepanjang menit-menit hidupnya. Sungguh suatu siksaan. Ada pula orang-orang Kristen yang lalu menjadi kecewa dengan Tuhan, lalu pindah agama.
Sebenarnya masalah-masalah yang tampak berat itu bisa ditanggulangi tanpa merusak pikiran. Kalau jiwa seseorang sampai terguncang saat menghadapi kenyataan hidup yang pahit, artinya fondasi kehidupannya tidak kokoh. Fondasi kehidupan bukanlah kekayaan, relasi dengan pejabat tinggi dan aparat keamanan, reputasi atau hal-hal duniawi lainnya.
Fondasi kehidupan seorang anak Tuhan adalah berpegang kepada Tuhan sebagai satu-satunya kesukaan hidup. Kecuali Tuhan, ia rela kehilangan apa pun dan siapa pun. Tidak ada fondasi kehidupan yang lebih kokoh dari prinsip tersebut. Menjadikan Tuhan kesukaan hidup bukan karena kita membutuhkan Tuhan agar terhindar dari masalah-masalah dalam kehidupan ini, tetapi karena memang Ialah satu-satunya yang bisa mengisi kekosongan jiwa kita. Dengan itu kita dapat mengalami segala sesuatu, namun tetap teguh dan kuat di dalam-Nya.
Hidup ini penuh kejutan-kejutan yang tidak terduga. Banyak kesulitan dan masalah dapat terjadi. Tanpa mempunyai fondasi kehidupan yang kokoh, kita tak akan sanggup menghadapi masalah terbesar kita, yaitu suatu hari kita pasti menutup mata untuk selama-lamanya, kehilangan segala sesuatu, meninggalkan segala sesuatu, lalu menghadapi kenyataan kekekalan yang dahsyat.
Dengan fondasi kehidupan yang kokoh, dalam menghadapi guncangan sebesar apa pun kita tidak akan jatuh. Justru sebaliknya kita akan melihat bahwa persekutuan dengan Tuhan sebagai kekasih jiwa kita sangatlah indah. Iman dan jerih payah kita tidak akan sia-sia.
Menjadikan Tuhan satu-satunya kesukaan hidup dan rela kehilangan apa pun merupakan fondasi kehidupan yang paling kokoh.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar