Renungan Harian Virtue Notes, 17 Juni 2011
Gambaran Kedahsyatan Allah
Bacaan: Ibrani 9: 15-17
9:15. Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggara yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.
9:16 Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu.
9:17 Karena suatu wasiat barulah sah, kalau pembuat wasiat itu telah mati, sebab ia tidak berlaku, selama pembuat wasiat itu masih hidup.
Dalam sejarah bangsa Israel, telah terukir fakta bagaimana nenek moyang mereka mengalami penderitaan yang hebat akibat mengingkari perjanjian dengan Allahnya. Dalam Perjanjian Lama terdapat proses dan perjuangan untuk memiliki tanah Kanaan, dan pemeliharaan serta perlindungan Tuhan secara khusus. Pelanggaran terhadap perjanjian tersebut membuat mereka tidak menikmati tanah perjanjian itu dan harus hidup dalam kesengsaraan.
Runtuhnya Israel Utara (722 sM), runtuhnya Yehuda atau Israel Selatan (586 sM), dihancurkannya Yerusalem oleh Jenderal Titus dari Roma (70 M), terseraknya bangsa Israel ke seluruh penjuru dunia (diaspora sampai tahun 1948), dan Holocaust (terbunuhnya enam juta orang Yahudi pada Perang Dunia Kedua dalam usaha genosida—pemusnahan bangsa—oleh Nazi Jerman pada 1939–1945). Semua ini merupakan gambaran yang jelas dari kedahsyatan Allah. Kalau Tuhan menulis sendiri hukum-Nya dengan jari-Nya di atas dua loh batu, maka pelanggaran terhadap hukum-Nya tidak bisa dianggap selepe. Pelajaran mahal ini hendaknya tidak kita sia-siakan. Alkitab mencatat hal ini sebagai peringatan bagi kita.
Dalam Perjanjian Baru, Allah mengikat diri-Nya sebagai Bapa bagi mereka yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Perjanjian itu adalah perjanjian keselamatan: orang yang percaya kepada Tuhan Yesus memberi dirinya untuk diselamatkan. Orang yang diselamatkan adalah orang yang memberi dirinya untuk dikembalikan kepada rancangan semula, menjadi manusia ideal seperti yang dikehendaki oleh Allah.
Itulah sebabnya Allah mengutus Putra-Nya yang tunggal sebagai penebus dosa dan sekaligus memberi teladan untuk hidup sebagai anak Allah. Mereka yang mau memiliki hidup yang kekal sebagai persiapan menuju kekekalan harus mengikut Tuhan Yesus dan menjadi murid (Luk. 14:26–27). Selama orang percaya bersedia mengikut Tuhan Yesus, maka Allah turut bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan. Kebaikan versi Allah tentunya.
Allah yang ingin menyelamatkan kita juga tidak pernah berubah. Kedahsyatan-Nya masih sama dengan yang dulu. Jika Ia begitu seriusnya dengan Perjanjian Lama, Ia juga serius dengan Perjanjian Baru. Bangsa Israel yang melanggar Perjanjian Lama telah menderita di bumi ini, sementara orang Kristen yang melanggar Perjanjian Baru akan menderita selama-lamanya di kekekalan.
Allah telah mengikat perjanjian dengan orang percaya untuk dikembalikan menjadi manusia ideal seperti yang dikehendaki-Nya.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar