Renungan Harian Virtue Notes, 18 Juni 2011
Tidak Boleh Kurang
Bacaan: Lukas 14: 25-33
14:25. Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka:
14:26 "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
14:27 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
14:28 Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?
14:29 Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia,
14:30 sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.
14:31 Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?
14:32 Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.
14:33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
Bersedia mengikut Tuhan Yesus sama artinya dengan bersedia mengasihi Tuhan Yesus dengan standar kasih yang ditetapkan-Nya, yaitu dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan. Dengan segenap berarti tidak ada yang disisakan untuk dirinya sendiri. Ini tentu bukan suatu hal yang gampang. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan kepada orang yang mau mengikut-Nya, “Hitung dulu anggarannya” (ay. 28). Pernyataan ini memberikan kesan yang jelas bahwa mengikut Tuhan Yesus adalah suatu jalan yang sukar.
Ada perjanjian yang tidak gampang bagi mereka yang mau mengikut Tuhan Yesus. Dengan mengikut Yesus, syaratnya adalah bahwa Tuhan Semesta Alam tidak boleh mendapat porsi yang kurang. Ia tidak boleh diberi yang tidak terbaik dari dalam hidup kita; Ia hanya boleh diberikan segenap hidup kita.
Kalau Allah sendiri yang turun ke dunia, maka sebagai umat kita tidak boleh main-main. Kalau Ia mencintai kita dengan menyerahkan diri-Nya, maka kita juga harus mencintai-Nya dengan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada-Nya. Tuhan Yesus membahasakannya dengan kalimat yang lebih tajam, “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (ay. 26).
Mengikut Tuhan Yesus berarti memberikan cinta kita sepenuhnya kepada-Nya sampai mengatasi atau melampaui kasih kita kepada siapa pun dan apa pun. Ini tidak boleh dianggap berlebihan atau luar biasa. Ini biasa; inilah ukuran standar orang yang menerima anugerah Allah menjadi anak-anak-Nya. Dibandingkan dengan kasih kita kepada Tuhan, yang lain menjadi tidak berarti.
Jadi untuk memiliki hidup yang berkualitas dalam ikatan perjanjian dengan Tuhan, kita harus melepaskan segala sesuatu; kita tidak boleh terikat perjanjian dengan yang lain. Kita tidak boleh terikat dengan dunia ini, sebab keterikatan dengan dunia mengakibatkan kita tidak bisa dididik. Orang yang masih terikat dengan dunia apabila mendengar Firman Tuhan tidak akan sampai mengerti dengan benar. Firman itu tidak akan diresapinya, hanya seperti benih yang ditabur dipinggir jalan. Sepulangnya dari gereja, semua yang didengar lenyap tiada bekas. Yang diingatnya hanya, “Khotbahnya bagus.” Dirinya sendiri tidak berubah, sebab sejatinya ia bukan murid Yesus. Jika kita sungguh-sungguh ingin mengikut Yesus, tidak ada pilihan lain selain memberikan segenap hidup kita dan melepaskan segala ikatan.
Ia mencintai kita dengan menyerahkan diri-Nya, maka kita juga harus mencintai-Nya dengan menyerahkan diri kita sepenuhnya.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar