Renungan Harian Virtue Notes, 21 Juni 2011
Tidak Memanjakan
Bacaan: Ibrani 12: 5-11
12:5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
12:6 karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
12:7 Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
12:8 Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
12:9 Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?
12:10 Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.
12:11 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.
Pada dasarnya, hakikat Allah yang sejati tidak sama seperti allah-allah yang diajarkan oleh keyakinan di luar Injil. Allah sejati adalah Allah yang memperkenalkan diri sebagai Bapa untuk semua orang tanpa memandang muka (1Ptr. 1:17). Tanpa diminta dan dituntut, Bapa sudah pasti melindungi anak-anak-Nya dan memenuhi segala keperluannya.
Namun juga harus disadari bahwa Bapa di Surga juga adalah Pendidik yang mau mendidik umat untuk bertumbuh dewasa. Kita patut lebih bersyukur bila Bapa mendidik kita, dibandingkan dengan bila Ia memberi berkat-Nya kepada kita; sebab didikan-Nya memungkinkan kita mengambil bagian dalam kekudusan-Nya. Sama seperti para orang tua di dunia, yang mendidik anaknya dengan segala cara agar suatu hari kelak bisa sesukses atau lebih sukses daripada mereka.
Bapa di Surga tidak mungkin memanjakan kita dengan memberi pertolongan dan berbagai campur tangan yang akhirnya hanya membuat kita tidak bertanggung jawab dan tidak produktif. Ia tak akan memberikan kemakmuran jasmani yang akhirnya membuat kita sombong dan menjauh dari-Nya. Tetapi tanpa disadari, Iblis yang menyaru melakukan hal-hal ini untuk mengelabui orang-orang percaya.
Tuhan mengajarkan agar orang percaya hidup dalam perjuangan yang sehat di semua tanggung jawab yang harus dipikul. Bapa tidak akan memberi kemudahan-kemudahan dalam menjalani hidup ini kepada kita sehingga merasa nyaman di dunia ini dan tidak memikirkan kekekalan. Hidup ini adalah sekolah kehidupan yang harus dimanfaatkan sarananya; bila tidak, kita tidak akan mengalami transformasi agar serupa dengan Tuhan Yesus.
Maka terimalah segala kesulitan, masalah dan tantangan hidup ini sebagai sarana agar kita belajar berjuang menyelesaikannya dengan bertanggung jawab. Ini merupakan cara Allah menggarap orang-orang yang dicintai-Nya. Perjuangan akan melahirkan manusia yang luar biasa untuk menguasai dan memerintah bersama dengan Tuhan Yesus di langit dan bumi yang baru. Jika kita lulus, maka kita termasuk dalam barisan orang-orang yang beroleh bagian dalam kekudusan-Nya (ay. 10).
Aslinya, kata “beroleh bagian” ditulis μεταλαμβάνω (metalambanō) yang juga berarti “memiliki”, “menerima dan menggunakan”. Artinya, kita dididik Bapa untuk memiliki kekudusan seperti kekudusan-Nya supaya bisa hidup dalam persekutuan dengan Bapa. Dengan memandang kepada apa yang akan diberikan-Nya kelak, dukacita yang sekarang kita alami tidak ada artinya. Marilah terus berjuang dan jangan manja lagi.
Tujuan didikan Bapa adalah agar kita memiliki kekudusan seperti kekudusan-Nya, supaya kita bisa hidup dalam persekutuan dengan-Nya.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar