Renungan Harian Virtue Notes, 19 Juni 2011
Proses Penyempurnaan
Bacaan: Roma 8: 24-30
8:24 Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?
8:25 Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.
8:26. Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
8:27 Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.
8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
8:29. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
8:30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.
Dalam Perjanjian Baru terdapat proses penyempurnaan bagi orang percaya untuk dapat mewarisi Kerajaan Surga atau dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus (ay. 28). Ini dapat berlangsung kalau seseorang mau mengasihi Tuhan. Maka mengasihi Tuhan merupakan ciri-ciri orang yang berniat untuk mengikut Tuhan dengan benar.
Tuhan memberikan tanah Kanaan dengan berkat melimpah selama bangsa Israel setia kepada perjanjian mereka dengan Allah. Ini berarti sikap mereka terhadap Tuhan sangat menentukan keadaan seluruh kehidupan mereka. Kalau mereka mengasihi Tuhan, maka Ia akan memperlakukan mereka sepantasnya. Demikian pula dengan orang percaya; selama orang percaya mengasihi Tuhan dan bersedia untuk diubahkan, maka kuasa untuk mengubah hidupnya supaya menjadi anak-anak Allah akan diterimanya dan dialaminya (Yoh. 1:12).
Anehnya, banyak orang Kristen ingin masuk surga tetapi menolak masuk proses penyempurnaan. Mereka berani menyebut diri anak-anak Allah, padahal kalau mereka sungguh anak-anak Allah, pasti mereka mengasihi Allah dan rela diubahkan-Nya. Tanpa memberikan diri masuk ke dalam penyempurnaan, kerohanian mereka tidak akan bertumbuh.
Ini seperti saat di sekolah di zaman dahulu, ada anak-anak yang dititipkan di sekolah dan boleh ada di tengah-tengah para murid, tetapi tidak mendapat didikan yang sama. Ia tidak perlu mengerjakan PR, dan boleh tidak mengikuti pelajaran. Namanya juga “anak bawang”. Orang-orang seperti ini juga ada di lingkungan gereja, yaitu mereka yang tidak serius menjadi orang Kristen, dan tidak pernah mau menjadi serius. Mereka enggan menjadi orang yang melakukan kehendak Bapa sebab tidak menerima kenyataan bahwa sejatinya mereka terikat dengan suatu perjanjian dengan Allah Bapa di Surga dan Tuhan Yesus Kristus.
Dengan renungan ini hendaknya kita menyadari bahwa perjanjian antara Allah dan Israel tidak sama dengan perjanjian antara Allah dan orang percaya dalam Yesus Kristus. Target yang diberikan juga berbeda. Kita ditargetkan-Nya menjadi serupa dengan gambaran Anak Allah agar dapat dimuliakan bersama dengan-Nya. Kalau kita selama ini tidak menganggap target ini berharga, marilah kita bertobat. Juga selalu ingatlah kebenaran mengenai perjanjian ini, agar kita tidak diombangambingkan penyesatan yang sembarangan mencomot ayat-ayat janji berkat duniawi antara Allah dengan Israel dan mengenakannya kepada umat Perjanjian Baru.
Perjaniian antara Allah dan Israel tidaklah sama dengan perjanjian antara Allah dan orang percaya dalam Yesus Kristus.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar