Renungan Harian Virtue Notes, 1 Juni 2011
Jangan Bebal
Bacaan: Mazmur 14: 1
14:1. Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik.
Tidak ada orang bebal yang sekaligus bijak. Dalam Mazmurnya, Daud menulis bahwa orang bebal mengatakan bahwa Allah itu tidak ada. Dalam teks aslinya, kata “bebal” adalah נָבָל (nâvâl) yang artinya “bodoh”, “jahat” (dalam arti tidak hormat kepada Tuhan).
Karena tidak ada orang bebal yang sekaligus bijak, berarti ayat ini menyatakan bahwa yang memiliki pengertian yang benar bahwa Allah itu ada hanyalah orang bijak. Jadi, kalau di negeri ini sebagian besar orang mengaku percaya bahwa Tuhan itu ada dan bahkan mengenal-Nya, kebanyakan itu omong kosong belaka, sebab kelakuan mereka membuktikan bahwa mereka tidak percaya bahwa Allah itu benar-benar ada. Dengan kata lain, mereka termasuk orang bebal. Orang bijak adalah orang yang mengerti Firman, dan dalam kelakuannya menunjukkan kepercayaannya kepada Allah.
Iman seseorang dibuktikan dengan perbuatannya, dan perbuatan seseorang menjadi benar bila ia mengerti Firman dengan pikirannya. Jadi kita harus menolak konsep yang sering dikumandangkan, bahwa iman tidak boleh diterima dengan akal budi; iman itu tidak bisa dicerna oleh pikiran; yang penting percaya saja, titik. Konsep yang memberangus pikiran dan menudingnya sebagai ancaman bagi iman adalah salah. Konsep ini membodohi banyak orang dan membuat mereka terbelenggu sebagai orang-orang bebal.
Pengajar yang benar selalu menggunakan prinsip-prinsip penafsiran Alkitab yang benar, dan menggunakan pikirannya dengan maksimal untuk memastikan apa yang diajarkannya sungguh-sungguh benar, dan membuat jemaat menjadi bijak. Ini berbeda dengan pengajar-pengajar palsu yang memasukkan ide-ide dari mana saja, kemudian mencomot ayat-ayat Alkitab untuk mendukung ide tersebut tanpa memperhatikan konteksnya. Itulah sebabnya pengajar palsu tidak dapat menguraikan dengan benar, sebab ia memang salah. Buah ajarannya adalah jemaat yang bebal.
Kita harus mempertanyakan para pengajar yang menekankan “Percaya saja” dan melarang jemaat bertanya minta penjelasan. Sikap ini adalah ciri-ciri kesesatan. Pengajar yang benar akan berusaha menunjukkan mengapa begini dan mengapa begitu, sejauh yang bisa dijelaskannya. Wahyu Tuhan memang melampaui penalaran manusia—sebab Allah melampaui akal budi manusia—tetapi juga tidak akan kurang dari penalaran manusia. Mari kita mencintai Dia dengan segenap akal budi agar mengalami pembaruan akal budi dan menjadi bijak.
Orang bijak adalah orang yang mengalami pembaruan akal budi oleh pengertiannya mengenai kebenaran Firman.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar