Renungan Harian Virtue Notes, 13 Juni 2011
Pentingkah Memiliki Banyak?
Bacaan: Lukas 12: 42-48
12:42 Jawab Tuhan: "Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya?
12:43 Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.
12:44 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.
12:45 Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk,
12:46 maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia.
12:47 Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan.
12:48 Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."
Pada umumnya manusia ingin memiliki materi dalam jumlah besar dan lebih tinggi untuk hal yang dianggap sebagai sesuatu yang berharga di mata manusia lain—kedudukan, pangkat, pendidikan dan sebagainya. Biasanya kita tidak puas jika hanya mencapainya di level rata-rata, dan menghendaki levelnya lebih tinggi dari rata-rata yang telah dicapai orang lain. Apakah salah? Tentu tidak, tetapi mari kita perhatikan kebenaran ini.
Pertama, semakin banyak yang kita miliki, ketika kita harus melepaskannya, akan terasa lebih sakit. Kita menginginkan jumlah besar atau level tinggi di atas rata-rata, padahal semua yang kita raih dan miliki suatu saat nanti pasti kita tinggalkan. Kedua semakin banyak yang dipercayakan kepada kita, tanggung jawab yang kita pikul pun lebih besar dan lebih berat. Sabda Tuhan Yesus, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut” (Luk. 12:48).
Parahnya, manusia tidak peduli pada dua hal tersebut. Yang penting bisa dinikmati sepuas-puasnya, sebab itulah satu-satunya kebahagiaan yang bisa dinikmatinya. Didorong oleh nafsu serakah, matanya menjadi semakin gelap; yang penting memiliki dalam jumlah besar. Mereka beranggapan, semakin besar jumlah yang mereka miliki, berarti semakin bahagia dan amanlah hidup mereka. Inilah pola pikir anak dunia yang digembalakan oleh kuasa kegelapan menuju api kekal. Padahal manusia tidak akan pernah puas dengan jumlah tertentu. Manusia memiliki kecenderungan bergerak terus untuk mencapai lebih dari apa yang telah dimiliki. Ini menjadi jebakan yang membinasakan.
Semakin banyak yang kita miliki, berarti semakin besar tanggung jawab yang harus kita pikul. Jika kita tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk menerimanya maka hal itu akan semakin membahayakan. Kalau kita hanya sanggup menerima sepuluh, jangan pernah bermimpi memiliki seratus. Oleh sebab itu sebagai orang percaya, kita harus belajar untuk selalu mengucap syukur dengan bagian yang sudah Tuhan berikan. Kalau Tuhan berkenan memercayakan lebih banyak itu berarti tanggung jawab kita lebih besar dan kita harus mengelolanya lebih sungguh-sungguh. Anak-anak Tuhan harus menyadari hal di atas agar tidak terikat dengan apapun dan siapapun lebih dari keterikatan dengan Tuhan dan supaya dengan semua yang Tuhan percayakan anak-anak Tuhan bisa melayani Tuhan lebih efektif.
Semakin banyak yang kita miliki berarti semakin besar tanggung jawab yang harus kita pikul.
0 komentar:
Posting Komentar