Renungan Harian Virtue Notes, 30 Mei 2011
Pembaharuan Pikiran
Bacaan: Markus 12: 29-31
12:29 Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
12:31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."
Pikiran adalah komponen penting dalam kehidupan manusia; jika tidak, Tuhan tidak akan menciptakannya. Pikiran diciptakan Tuhan bukan hanya untuk menggali potensi yang terdapat pada ciptaan-Nya di alam semesta guna pemenuhan kebutuhan jasmani ini, tetapi juga untuk menggali kekayaan rohani yang berguna untuk keselamatan abadi.
Kekayaan rohani ini menunjuk pada Tuhan dan kebenaran-Nya. Ini lebih penting daripada kekayaan jasmani, sebagaimana Tuhan berfirman, “Kasihilah Tuhan, Allahmu… dengan segenap akal budimu…” (ay. 30). Kata “akal budi” dalam teks aslinya adalah διάνοια (dianīa) yang artinya “pikiran yang mendalam”, “pengertian” dan “kecerdasan”. Kata ini sejajar dengan kata νοῦς (nús) dalam Rm. 12:2, ketika Paulus berbicara mengenai pembaruan pikiran.
Pembaharuan pikiran hanya dapat dilakukan dengan perubahan atau transformasi pikiran. Artinya untuk memiliki pengertian yang benar, tidak bisa otomatis. Biasanya selalu dimulai dari pengertian yang dangkal dan kadang tidak tepat, barulah dalam perkembangannya diluruskan. Contohnya, seorang anak di bawah umur lima tahun tidak bisa menerima penjelasan yang benar, mengapa di langit ada pelangi; bagaimana mereka bisa ada di dunia ini; bahwa bintang yang tampak kecil di langit itu jauh lebih besar daripada bumi kita. Seiring perjalanan waktu, dalam perkembangannya, mereka akan tahu.
Demikian pula dalam pertumbuhan pengertian terhadap Firman Tuhan. Bagi mereka yang belum dewasa, masih harus makan makanan yang lunak; tetapi dalam pertumbuhannya nanti, mereka akan mulai makan makanan rohani yang keras (Ibr. 5:13–14). Karena itu seharusnya kalau Saudara sudah beberapa tahun menjadi Kristen, harus sudah bisa diajak berbicara mengenai hal-hal yang rohani.
Karena itu sangat menyedihkan bilamana kita menyaksikan banyak anggota jemaat yang mestinya sudah dewasa tetapi tidak bisa diajak berbicara mengenai hal-hal yang sepatutnya untuk orang Kristen dewasa. Mereka masih kanak-kanak, buktinya hanya memikirkan hal-hal duniawi seperti berkat jasmani. Ditinjau dari sudut waktu, mestinya mereka sudah bisa menjadi pengajar, tetapi karena terlambat bertumbuh, maka mereka masih harus menjadi pendengar (Ibr. 5:12). Menjadi pendengar saja kadang-kadang tidak menangkap kebenaran yang diajarkan. Kita harus sadar bahwa jikalau keadaan ini tidak ditanggulangi dengan serius, kita bisa menjadi orang yang terbelakang sampai selamanya.
Perubahan pikiran adalah perlu untuk menggali kekayaan rohani dari Tuhan.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar