Renungan Harian Virtue Notes, 16 Mei 2011
Mengerti Bahasa Tuhan
Bacaan: Yohanes 8: 41-44
8:41 Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka: "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah."
8:42 Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.
8:43 Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku.
8:44 Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Orang-orang Yahudi yang memusuhi Yesus mengaku mereka anak-anak Allah (ay. 41). Tetapi kepada mereka Tuhan Yesus tegas menepis pengakuan tersebut dan menunjukkan bahwa Iblislah yang menjadi bapa mereka, dan mereka melakukan keinginan-keinginan bapa mereka tersebut (ay. 44). Iblis adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Setiap orang yang tidak melakukan kehendak Bapa secara otomatis berarti melakukan kehendak Iblis. Artinya ia adalah anak Iblis, bukan anak Bapa di Surga.
Jadi apakah seseorang bisa dikatakan sebagai anak Allah atau anak Iblis itu sebetulnya akan dapat dibuktikan dari perbuatannya. Tuhan Yesus menegaskan bahwa dari buahnya kita akan mengenal seseorang (Mat. 7:20). Orang yang mulutnya mengaku Yesus sebagai Tuhan saja belum tentu layak disebut anak-anak Allah, sebab perbuatannya yang sesuai dengan kehendak Bapalah yang meneguhkannya. Sesuai dengan panggilan kita untuk hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah secara mutlak, pengakuan dengan mulut saja adalah pengakuan palsu apabila kita tidak mau tunduk sepenuhnya dalam kedaulatan Allah.
Yang dimaksud dengan melakukan kehendak Bapa bukan sekadar melakukan hukum-hukum-Nya seperti yang dianggap oleh orang-orang Yahudi, melainkan mengerti bahasa Tuhan (ay. 43). Tuhan Yesus memberi tahu mengapa demikian, yaitu sebab mereka tidak dapat menangkap Firman Tuhan. “Tidak dapat menangkap” di sini maksudnya adalah “tidak mampu mengerti”.
Kata “menangkap” dalam teks aslinya adalah ἀκούω (akuō) yang artinya “mendengar sampai mengerti”. Mereka tidak mampu mendengar sampai mengerti, sebab sejatinya mereka tidak memiliki hati yang tulus tertarik kepada Tuhan Yesus.
Jangan sampai kita seperti orang-orang Yahudi itu. Ketiadaan sikap hati yang tulus tertarik kepada Tuhan Yesus mengakibatkan mereka tidak mengerti maksud-maksud Tuhan Yesus. Akhirnya mereka menyalibkan Tuhan Yesus (1Kor. 2:8). Mari belajar membangun sikap hati yang tulus tertarik kepada Tuhan, sehingga kita bisa menerima Firman-Nya. Dengan belajar menerima kebenaran, kita akan dapat menangkap hikmat Allah yang tertuang dalam Injil (Kol. 2:3). Hanya dengan mengerti bahasa-Nyalah kita bisa hidup dalam penurutan yang benar secara mutlak kepada Bapa.
Hanya dengan mengerti bahasa Tuhanlah kita bisa hidup dalam penurutan yang benar secara mutlak kepada Bapa.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar