Renungan Harian Virtue Notes, 25 Mei 2011
Jangan Matikan Hati Nurani
Bacaan: Matius 5: 13-16
5:13. "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
5:14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
5:15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
Suasana negeri kita di hari-hari ini sangat tidak menguntungkan untuk pendidikan hati nurani. Keberingasan massa yang main hakim sendiri; perilaku para birokrat yang memalukan dan tidak patut dicontoh; rekayasa opini publik yang menyesatkan; ketidakjujuran mengakui kesalahan dan kegagalan; kesewenang-wenangan pihak kuat terhadap yang lemah. Inilah kenyataan yang dapat dilihat setiap harinya. Hampir semua instansi telah tercemar oleh praktik penggunaan kekuasaan untuk kepentingan diri sendiri melalui praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Betapa rusaknya bangsa dan negara manakala instansi tersebut adalah kepolisian, kejaksaan, pajak dan penyelenggara negara lainnya. Sampai-sampai salah satu koran nasional pernah menulis dalam berita utamanya bahwa dari Sabang sampai Merauke tidak ada pejabatnya yang tidak terlibat dalam praktik korupsi.
Apabila segala bentuk suasana negatif ini berlanjut, tak dapat dibayangkan akan menjadi apa masyarakat kita nanti. Keadaan negeri ini bisa makin jauh dari cita-cita para bapak pendiri bangsa. Pancasila tinggal hafalan saja, tidak dilaksanakan.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi terang dan garam bagi manusia di sekitar kita. Hidup kita harus menjadi pola dan teladan untuk membentuk diri orang lain. Apalagi kalau kita seorang pemuka agama, guru, pejabat tinggi dan kelompok lain yang menjadi tokoh publik yang kehidupannya disorot orang.
Masalahnya sekarang, bagaimana jemaat dapat menjadi terang dan garam sementara pemimpin gerejanya sendiri tidak rohani? Bagaimana masyarakat dapat mengikuti pola hidup sederhana, padahal pejabatnya sendiri hidup mewah? Bagaimana kita dapat berkata “Mari menghemat ini itu,” sementara kita sendiri tidak hidup berhemat? Bila kita tidak menampilkan kehidupan yang dapat diteladani, maka kita telah menyesatkan orang lain tanpa kita sadari.
Tumpulnya hati nurani juga disebabkan apabila suara kebenaran yang muncul di hati dipadamkan oleh dirinya sendiri. Contohnya, seseorang menemui penyimpangan tetapi tidak mau bersuara, sebab ia takut kepentingannya terganggu. Pengecut-pengecut semacam ini akan semakin memadamkan hati nuraninya dan turut memadamkan hati nurani orang lain.
Tuhan menginginkan kita bersinar bagi-Nya, serta memberikan pengaruh-Nya yang positif di lingkungan kita. Jangan berdiam diri saja. Bangkitlah dan mulailah mengubah lingkungan kita dan bangsa kita sedikit demi sedikit, dimulai dari diri kita sendiri.
Orang percaya seharusnya menjadi terang dan garam di lingkungannya, tidak diam saja.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar