Renungan Harian Virtue Notes, 8 Mei 2011
Dia Bisa Bersalah
Bacaan: Filipi 2: 5-8
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Dalam beberapa kesempatan, penulis menjumpai orang-orang yang tidak senang, bahkan menunjukkan penolakan yang sangat keras ketika dinyatakan bahwa saat menjadi manusia, ada kemungkinan bagi Tuhan Yesus untuk bisa bersalah. Selama ini banyak orang Kristen memandang Tuhan Yesus sebagai pribadi yang tidak mungkin bisa berbuat salah saat hidup sebagai manusia; artinya tidak ada peluang sama sekali bagi-Nya untuk berdosa. Orang-orang yang memandang Tuhan Yesus mungkin untuk berbuat dosa dianggap menghina atau melecehkan-Nya. Benarkah demikian?
Sejatinya kalau kita memandang bahwa Tuhan Yesus bisa berbuat dosa saat menjadi manusia, ini sama sekali tidak membuat kita kurang menghormati Tuhan Yesus. Justru sebaliknya, kita menjadi sungguh bersyukur atas perjuangan-Nya yang hebat, kesetiaan dan kegigihan-Nya yang luar biasa dalam menyelesaikan tugas kemesiasan yang dipercayakan Bapa kepada-Nya.
Ada beberapa bukti Alkitabiah yang menunjukkan bahwa Tuhan Yesus mungkin untuk bersalah. Yang paling menonjol adalah pernyataan bahwa Ia mengosongkan diri-Nya (ay. 7). Kata “mengosongkan diri” dalam teks aslinya adalah κενόω (kenóō) yang artinya “mengosongkan diri; melepaskan reputasi; menanggalkan kemampuan”. Perhatikan kalimat “walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan” (ay. 6). Tuhan Yesus benar-benar telah menanggalkan kemuliaan-Nya sebagai Allah, untuk menjadi manusia yang tidak Mahakuasa. Kalau saja Ia mau, seharusnya Ia bisa saja menggunakan kekuasaan-Nya sebagai Allah untuk mengubah batu jadi roti (Mat. 4:3–4); memanggil malaikat-malaikat untuk melawan orang-orang Yahudi yang memusuhinya serta tentara Roma yang menyiksanya (Mat. 26:53); bahkan menjadi kebal dari siksaan. Namun Ia tidak melakukan semua itu. Ia konsekuen dan konsisten dengan tugas kemesiasannya menggantikan tempat kita sebagai orang berdosa.
Bila Ia tidak menanggalkan keilahian-Nya, maka Ia tidak menjadi manusia. Itu berarti Ia tidak bisa menggantikan kita sebagai Penebus. Seorang penebus harus berkeadaan seperti kita. Bisa merasakan semua yang kita rasakan. Bisa sakit, menderita, mati dan juga bisa bersalah. Tetapi dalam segalanya itu sama sekali Ia tidak pernah berbuat salah, tidak pernah berdosa. Itulah keberhasilan-Nya. Keme-nangan Tuhan Yesus adalah memilih untuk tetap benar, setia dan tidak berdosa terhadap Bapa di Surga. Dari kemenangan-Nya itulah kita bisa diselamatkan.
Kemenangan Yesus untuk hidup benar, setia dan tidak berdosa membuat kita sungguh bersyukur atas perjuangan dan kemenangan-Nya.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar