Renungan Harian Virtue Notes, 10 Mei 2011
Mengapa Yesus Berdoa
Bacaan: Lukas 6: 12-13
6:12. Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.
6:13 Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul:
Mungkin kita pernah bertanya, Mengapa Tuhan Yesus berdoa. Sebelum memilih murid-murid-Nya, Ia berdoa semalam-malaman. Demikian pula pada berbagai kesempatan lain (Mat. 14:23; 26:39). Kepada siapa Ia berdoa? Bukankah Ia Allah sendiri, lalu masakan Ia berdoa kepada diri-Nya sendiri? Kalau tidak, kepada siapa Ia menujukan doa-Nya?
Biasanya perdebatan mengenai hal ini didorong oleh kebingungan mengenai siapa pribadi Tuhan Yesus Kristus itu. Harus ditegaskan bahwa Tuhan Yesus benarbenar adalah pribadi Anak, yang berbeda dengan pribadi Bapa. Berbeda di sini bukan berbeda kehendaknya, visinya atau rencananya. Substansi Anak dan Bapa adalah Esa adanya, tetapi pribadinya tetap berbeda. Allah Bapa adalah Allah yang tidak kelihatan dan barangkali selamanya tidak pernah kelihatan, tetapi Tuhan Yesus yang adalah Allah Anak mewakili kehadiran Bapa. Itulah sebabnya Ia berkata, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9).
Banyak orang Kristen yang memahami bahwa pribadi Bapa dan Anak itu satu. Memang benar, satu dalam kehendak dan rencana, tetapi “Mereka” pribadi yang berbeda. Pribadi Bapa benar-benar terpisah dengan pribadi Anak. Itulah sebabnya tatkala Allah turun ke dunia, yang turun adalah roh Anak, bukan Roh Bapa. Allah Bapa tetap mengatur dan mengendalikan alam semesta ini. Allah Bapa masih aktif memerintah ketika Tuhan Yesus kehilangan semua kesadaran dengan menjadi bayi Natal di kota Betlehem.
Dengan mengosongkan diri-Nya, Tuhan Yesus menjadi manusia yang harus bergantung sepenuhnya kepada Bapa di Surga. Itulah sebabnya Ia juga harus berdoa untuk memohon kekuatan dan petunjuk dari Bapa di Surga. Bahkan di kesempatan tertentu, Ia juga memanggil Bapa sebagai Allah-Nya.
Semua ini tidak perlu merisaukan kita, dan tidak berarti kita meragukan bahwa Kristus adalah Allah. Namun kita lebih memahami bahwa manakala Ia menjadi manusia, Ia benar-benar seorang manusia dengan segala keterbatasan. Ia benar-benar seratus persen manusia. Namun kita juga tidak perlu bingung, bagaimana mungkin Kristus yang adalah seratus persen manusia juga adalah Allah seratus persen? Itu mungkin, sebab Roh yang ada pada tubuh Yesus dari Nazaret yang dilahirkan oleh Maria itu adalah Roh Allah Anak. Dengan kenyataan ini Ia adalah Allah, sampai kapan pun. Pemahaman ini mengagumkan kita, bahwa untuk menyelamatkan kita, Kristus rela menanggalkan segalanya termasuk menjadi manusia seperti kita.
Kita harus lebih menghormati Kristus dan menghargai pengorbanan-Nya demi keselamatan kita.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar