RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Disamakan Dalam Segala Hal

Renungan Harian Virtue Notes, 9 Mei 2011

Disamakan Dalam Segala Hal



Bacaan: Ibrani 2: 14-18


2:14. Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;

2:15 dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.

2:16 Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani.

2:17 Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.

2:18 Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.



Berkenaan dengan Kristologi (studi mengenai pribadi Kristus), Alkitab menginformasikan sebagai berikut: “Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya…” (ay. 17).


Ada beberapa kata penting di sini. “Itulah sebabnya… harus” juga bisa berarti “maka seharusnya” (bahasa Yunani: θεν φειλεν, hóthen ófīlen). Kata ófīlen dari akar kata φειλέω (ofīléō) yang berarti “berkewajiban”. Kalau Ia tidak disamakan dengan manusia, Ia tidak bisa menjadi Imam Besar. Sebagai Imam Besar, Yesus harus merasakan apa yang dirasakan manusia agar Ia bisa menolong kita dalam segala pergumulan hidup. Kalau imam besar dalam Perjanjian Lama mengorbankan domba sebagai alat penghabus dosa, Tuhan Yesus mengorbankan dirinya sendiri.


Kata “disamakan” dalam teks bahasa Yunaninya adalah μοιωθναι (homīōthénai) yang artinya “menyerupai”. Maksudnya, keadaan Tuhan Yesus tidak berbeda dengan keadaan kita. Adapun kata “dalam segala hal” aslinya ditulis πάντα (pánda) yang berarti “semua” atau “menyeluruh”. Ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus sama seperti kita dalam segala hal (ay. 14).


Dari keadaan fisik, Tuhan Yesus juga sama persis dengan manusia biasa. Tubuh-Nya bermetabolisme seperti kita. Ia tidak bertulang besi, tidak berotot kawat, tidak berkulit baja. Dimulai dari kelahiran-Nya melalui dara Maria, proses kehamilan Maria dan kelahiran-Nya pun juga alami—yang berbeda adalah, pembuahannya oleh Roh Kudus, bukan karena hubungan biologis. Ia pun harus mengalami proses pertumbuhan seperti anak-anak manusia lainnya (Luk. 2:52). Ia juga belajar, bertanya jawab dengan para pengajar Yahudi (Luk. 2:46).


Secara manusia, Yesus juga merasa lapar dan letih (Luk. 4:2; Mrk. 6:31; Yoh. 4:6). Secara psikologis pun tampak jelas kemanusiaan-Nya: Ia ketakutan dan merasakan kengerian sebelum menghadapi salib (Luk. 22:44), sampai-sampai Tuhan Yesus meminta kepada Bapa, kalau boleh cawan berlalu dari hidupnya.


Tetapi Ia mengakhiri tugas-Nya dengan elok dalam bentuk penyerahan-Nya kepada kehendak Bapa. Ia takluk dan tunduk kepada kehendak Bapa. Jadi ketika disalib, Ia juga pasti merasakan kesakitan dalam penderitaan yang hebat; Allah tidak membuat-Nya menjadi tahan sakit. Dengan keberadaan-Nya seperti ini, barulah Ia dapat menjadi Juruselamat dan penolong yang sejati (ay. 18). Maukah kita benar-benar percaya, taat dan hormat kepada-Nya?



Yesus bisa menolong kita yang dicobai sebab Ia sendiri telah menderita karena pencobaan dan menang.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger