Renungan Harian Virtue Notes, 27 Mei 2011
Menjadi Anak Bapa
Bacaan: 2 Korintus 6: 14-18
6:14 Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?
6:15 Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?
6:16 Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.
6:17 Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu.
6:18 Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa."
Untuk memahami kehidupan dengan benar, kita harus mengenal siapa diri kita. Mengenal diri bukan identitas di mata manusia, melainkan tetapi siapa kita menurut Tuhan. Banyak waktu terbuang dengan sia-sia hanya karena manusia berusaha membangun identitas dirinya di mata manusia lain. Aku adalah “Anu”. Pendidikanku tinggi, atau aku cantik, ganteng, terhormat kaya, patut dianggap penting. Jangan lupa aku si “Anu”. Demikianlah kodrat yang mengalir dalam jiwa manusia berdosa.
Untuk memahami manusia menurut Tuhan, kita harus belajar dengan sungguh-sungguh dari sumbernya yang benar yaitu Alkitab. Orang yang tidak mengenal dirinya tidak akan mengenal Tuhan dengan benar dan tidak pernah bisa menempatkan dirinya secara benar di hadapan-Nya.
Harus dipahami dengan sepenuhnya bahwa manusia adalah makhluk ilahi, tetapi bukan berarti manusia adalah dewa, atau bisa menjadi Allah. Itulah sebabnya Alkitab tidak ragu-ragu menyatakan manusia bisa menjadi manusia Allah (1Tim. 6:11). Manusia adalah makhluk yang memiliki isi dari Allah yang menciptakannya. Tubuhnya memang dari bumi ini, tetapi isinya roh yang adalah hembusan nafas Allah. Itulah sebabnya manusia bisa disebut sebagai anak-anak Allah (Kej. 6:1-4; Yoh. 1:12-13), dan banyak ayat yang berbicara mengenai hal ini.
Jadi sebutan anak-anak Allah itu bukan hanya status, tetapi memang demikian kenyataannya. Allah pun menyatakan: “Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.” (ay. 18).
Dengan memahami bahwa manusia adalah makhluk ilahi, maka kita akan berusaha untuk menjadi makhluk ilahi seperti yang telah dipolakan oleh Bapa Sang Pencipta. Ini harus diusahakan dengan sangat serius, berhubung manusia sudah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Itulah sebabnya di dalam ay. 17, Firman Tuhan berkata: “Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu.” Untuk diterima sebagai anak Allah yang digolongkan kembali sebagai manusia Allah, ternyata bersyarat. Manusia harus meninggalkan cara hidup yang salah. Maukah kita memenuhi syarat ini?
Untuk diterima sebagai anak-anak Allah, kita harus meninggalkan cara hidup yang salah.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar