Renungan Harian Virtue Notes, 12 Mei 2011
Bayar Dulu, Barang Belakangan
Bacaan: Lukas 14: 25-35
14:25. Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka:
14:26 "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
14:27 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
14:28 Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?
14:29 Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia,
14:30 sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.
14:31 Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?
14:32 Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.
14:33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
14:34 Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?
14:35 Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
Semua manusia harus memilih atau menentukan, apakah ia dimiliki oleh Tuhan atau dimiliki oleh setan. Tak ada yang bisa menghindar dari dua kemungkinan itu. Baik dimiliki Tuhan maupun setan, kedua-duanya memiliki konsekuensi. Kalau dimiliki oleh setan, biasanya konsekuensinya belakangan, yaitu di balik kehidupan di bumi yang kita kenal ini. Aturan main setan adalah: “Barang dulu, bayar belakangan”. Ini terbalik dengan aturan main Tuhan: “Bayar dulu, barang belakangan”.
Iblis menginfuskan sebuah kesan kuat dalam pikiran kebanyakan orang bahwa hidup ini hanya sekali di bumi hari ini. Tidak ada dunia lain yang perlu dinantikan. Prinsipnya, “Mari makan dan minum, sebab besok kita mati” (Yes. 22:13). Iblis membujuk manusia berpikir bahwa bumi indah yang diciptakan Tuhan hari ini bisa dinikmati dengan cara apa saja dan sikap hati apa saja. Bebas. Sebagian besar manusia memilih jalan hidup ini, padahal itu berarti memberi diri dimiliki setan.
Kalau seseorang rela dimiliki Tuhan, maka ia harus menyangkal diri dan memikul salib (ay. 27). Menyangkal diri artinya mengubah pola berpikir dengan segala filosofinya dan memiliki gaya hidup yang diajarkan dan diteladankan oleh Tuhan Yesus. Itulah sebabnya Firman Tuhan menasihatkan kepada kita bahwa kita harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Memikul salib berarti turut mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan, menyelamatkan jiwa-jiwa yang terhilang.
Orang yang memberi diri dimiliki oleh Tuhan harus dimuridkan. Menjadi murid berarti kita wajib belajar di sekolah kehidupan untuk dilayakkan masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Sekolah kehidupan ini akan menghasilkan pribadi seperti Tuhan Yesus Kristus yang hidup dalam penurutan terhadap kehendak Bapa dan kedaulatan-Nya secara mutlak. Perjuangan ini akan tiada henti kita lalui sampai rumah Bapa.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa untuk mengikuti-Nya kita harus menghitung dulu anggarannya (ay. 28, 31), sebab kita harus membayar biayanya terlebih dahulu di dunia ini, dan baru kita memperoleh kemuliaan di dunia yang akan datang. Biayanya adalah melepaskan diri dari segala milik kita (ay. 33). Jadi kita harus mewaspadai tipuan Iblis yang mengajarkan seolah-olah Tuhan memberikan kemudahan-kemudahan dalam hidup ini supaya kita bisa menikmati dunia sesuka hati kita. Iblis juga mengecoh banyak orang bahwa berkat Tuhan bisa diklaim untuk kesenangan hidup dan kemakmuran duniawi. Orang yang tertipu oleh Iblis akan membayar harganya belakangan, yaitu kebinasaan kekal. Tuhan tidak murahan seperti itu. Ia ingin kita tidak mencintai dunia, agar bisa dimuridkan oleh-Nya hingga kita dewasa.
Kalau kita rela dimiliki Tuhan, kita harus menyangkal diri dan memikul salib agar dapat dimuridkan oleh-Nya.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar