RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Menurut Ukuran Sendiri

Renungan Harian Virtue Notes, 17 September 2011

Menurut Ukuran Sendiri



Bacaan: Filipi 3: 9-11


3:9. dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.

3:10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,

3:11 supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.



Banyak orang Kristen yang merasa telah mengabdi kepada Allah, berdasarkan ukuran yang dibuatnya sendiri. Mereka merasa tidak menduakan Tuhan; dengan menjadi Kristen, mereka merasa tidak menyembah kepada allah-allah lain. Lagipula mereka tidak hidup dalam pelanggaran moral umum. Mereka rajin beribadah di gereja, mengambil bagian dalam kegiatan gereja, memberi dukungan keuangan dan sebagainya. Bahkan ada yang merasa bahwa cukup dengan pergi ke gereja, itu berarti sudah mengabdi kepada Tuhan dan berada di pihak Tuhan. Pengertian ini sangat dangkal dan miskin, tetapi faktanya inilah pemahaman yang dimiliki banyak orang Kristen hari ini.


Firman Tuhan mengatakan bahwa kita tidak bisa berada di dalam Kristus dengan kebenaran kita sendiri, atau kebenaran berdasarkan ukuran yang kita buat sendiri. Menaati hukum sebetulnya masih ukuran kebenaran kita sendiri. Kebenaran yang mempersatukan kita dengan Kristus adalah kebenaran karena kepercayaan kita kepada-Nya dengan cara yang benar yaitu pengenalan akan Dia, kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya.


Berarti untuk bisa mengabdi kepada Tuhan, harus dimulai dari pembenahan diri kita secara serius dan memadai. Kita mesti mengalami pembaharuan pikiran oleh kebenaran Injil. Pengertian-pengertian kita mengenai hidup ini, siapa Tuhan dan siapa manusia harus benar dan lengkap atau memadai. Selanjutnya, karakternya, watak atau mentalnya harus diubahkan sampai level mengenakan kodrat Ilahi yaitu berwatak seperti Tuhan. Idealnya, seiring dengan mengenakan kodrat Ilahi inilah seseorang mengambil bagian dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Atau sementara dalam proses pertumbuhan yang benar, maka seseorang sudah boleh mengambil bagian dalam pelayanan pekerjaan Tuhan.


Pengabdian kepada Tuhan dimulai dari setiap perkataan yang kita ucapkan, setiap pikiran yang masuk ke dalam diri kita dan perbuatan-perbuatan kita setiap hari. Ke gereja—bahkan turut mengambil bagian dalam pelayanan—tidak bisa menggantikan kebenaran hidup setiap hari. Tanpa kehidupan yang benar setiap harinya, kegiatan gereja dan pelayanan hanyalah kegiatan rohani yang tidak berdaya guna mengantar manusia memiliki keselamatan yang sesungguhnya. Oleh sebab itu seharusnya segala sesuatu yang kita lakukan bagi Tuhan, seperti beribadah di gereja, memberi persembahan dan lain sebagainya dimotori oleh sikap hati yang terlebih dahulu digarap oleh Tuhan melalui proses pendewasaan.



Pikiran, perkataan dan perbuatan kita menunjukkan apakah diri kita mengabdi kepada Tuhan atau tidak.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Serba Segenap

Renungan Harian Virtue Notes, 16 September 2011

Serba Segenap



Bacaan: Matius 22: 37


22:37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu



TUHAN Yesus tegas berkata bahwa seseorang tidak dapat mengabdi kepada dua tuan (Mat. 6:24). Manusia harus memilih salah satu dari dua pilihan yaitu mengabdi kepada Tuhan atau kepada setan. Tidak mungkin bisa dua-duanya, harus memilih mengabdi kepada salah satu secara ekstrem. Secara ekstrem artinya harus mengabdi kepada salah satunya seratus persen, atau sepenuhnya. Kalau sudah mengabdi kepada yang satu, berarti yang lain sesungguhnya sudah dibuang atau dikhianati atau dimusuhi.


Itulah sebabnya untuk mengasihi Tuhan seseorang harus memberikan hidupnya serba “segenap”. Kata “segenap” dalam teks aslinya adalah hólos yang artinya “semua”, “seluruhnya”, “lengkap”, “menyeluruh”. Kita bisa mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi kita, kalau kita menghayati keagungan Tuhan sebagai Pencipta alam semesta dan semua makhluk. Tidak ada yang pantas bagi Sang Pencipta kecuali “segenap”. Kurang dari itu berarti bukan persembahan yang pantas, bahkan berarti manusia tersebut melakukan pencurian atau pemberontakan.


Untuk itu, kita harus mengakui bahwa Tuhanlah satu-satunya Pribadi yang layak menerima segala hormat dan pujian. Kita harus mengakui bahwa segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia dan bagi Dia. Tidak ada makhluk yang berhak mengambil sesuatu bagi dirinya sendiri, bahkan tidak ada makhluk yang berhak memiliki dirinya sendiri. Semuanya adalah milik Tuhan dan harus dikembalikan kepada Tuhan.


Jangan seperti Lucifer, malaikat yang memberontak itu. Pada dasarnya ia mengambil apa yang bukan bagiannya atau bukan miliknya. Ia tidak tahu diri bahwa dirinya diciptakan untuk Sang Pencipta. Ia tidak berhak atas dirinya sendiri. Ia tercipta semata-mata hanya untuk Allah saja.


Harus dicamkan ini: Seseorang yang tidak mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan sesungguhnya belum mengabdi kepada Tuhan. Kalau kita merasa tidak melakukan pelanggaran atas hukum-hukum karena tidak merugikan siapa pun, itu belum tentu berarti kita telah mengabdi kepada Tuhan dengan segenap diri kita. Sebab kalau kita masih membangun kehidupan ini, studi, karir, bisnis, berumah tangga dan beragama dalam kewajaran manusia hidup supaya kita memperoleh kemudahan di dunia ini, sebetulnya hidup kita adalah perjalanan hanya untuk kesenangan dan kepentingan sendiri. Mengabdi kepada Tuhan haruslah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi kita; tidak ada yang kita sisakan untuk diri kita sendiri.



Mengabdi kepada Tuhan dengan setengah hati sama dengan tidak mengabdi kepada-Nya.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Tempat Pemisahan

Renungan Harian Virtue Notes, 15 September 2011

Tempat Pemisahan



Bacaan: Matius 12: 36-37


12:36 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.

12:37 Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."



Bumi ini adalah tempat pemisahan antara domba dan kambing atau antara gandum dan lalang. Gandum dan lalang tumbuh bersama di bumi ini. Jadi seseorang menjadi gandum atau lalang bukan saat ia sudah meninggal. Itu bukan berdasarkan kedaulatan dan keputusan Tuhan, melainkan pilihan dari kesadaran setiap individu. Oleh kepribadian agung-nya, Tuhan memberi manusia pilihan, apakah mau mengabdi kepada-Nya atau tidak.


Itulah sebabnya Firman Tuhan berulang-ulang mengatakan bahwa manusia harus bertanggung jawab atas setiap keputusan dan pilihannya; bahkan setiap perkataan yang keluar dari mulutnya harus dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu dalam ajaran Kekristenan yang benar, tidak ada doa agar orang yang meninggal bisa diterima oleh Allah, ditempatkan di sisi-Nya. Jangankan di tempatkan di sisi-Nya, diterima saja belum tentu, sebab apa yang ditabur seseorang, itu juga yang akan dituainya. Dalam hal ini, doa tidak mengubah status nasib kekal seseorang, sebab penentuan di mana ia harus berada tergantung langkah hidupnya di bumi ini: mengabdi kepada Tuhan atau mengabdi kepada setan.


Yang menjadi ukuran pemisahan gandum dan lalang bukanlah agama. Agama sendiri tidak membawa orang ke surga. Buktinya, di dalam agama Kristen sendiri terdapat dua kelompok manusia, yaitu mereka yang berkategori bijaksana dan yang tidak bijaksana (Mat. 25: 1–13). Oleh sebab itu jangan merasa bahwa kalau sudah menjadi orang Kristen maka otomatis pasti masuk surga.


Tuhan tidak memandang muka (1Ptr. 1:17). Ia melihat kualitas batin manusia: Apakah batin kita benar-benar menunjukkan sebagai orang percaya yang sejati. Kualitas batin inilah yang menentukan kelayakan seseorang dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus. Tidak ada hal yang lebih bernilai dalam kehidupan orang percaya selain manusia batiniahnya.


Jika demikian, selagi kita masih hidup dalam dunia ini, inilah saatnya untuk mempersiapkan diri dengan serius. Setelah menutup mata selama-lamanya, tidak ada kesempatan sama sekali untuk menentukan keadaan atau nasib kekal kita. Menyadari hal ini, kita harus sungguh-sungguh sadar betapa berharganya waktu ini. Oleh sebab itu haruslah setiap kita memeriksa diri dengan jujur dengan pertolongan Roh Kudus, sebenarnya kepada siapa atau apa hidup kita sekarang sedang kita arahkan?



Hidup kekal atau binasa kekal? Pilihannya ditentukan oleh cara kita menjalankan kehidupan di dunia ini.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Prioritas Yang Tak Tergantikan

Renungan Harian Virtue Notes, 14 September 2011

Prioritas Yang Tak Tergantikan



Bacaan: Yosua 24: 15


24:15 Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!



Tujuh puluh tahun umur hidup kita di bumi ini sesungguhnya merupakan kesempatan untuk memilih kepada siapa kita mengabdi. Dengan kepribadian-Nya yang Mahaagung, Tuhan tidak memaksa manusia untuk mengabdi kepada-Nya; setiap individu harus memutuskannya sendiri dengan rela dan sukacita.


Pertanyaan yang diajukan Yosua kepada bangsa Israel di hari tuanya sebelum ia mengundurkan diri sebagai pemimpin bangsa itu, sebetulnya juga merupakan pertanyaan yang ditujukan Alkitab kepada kita. Kepada siapa kita akan mengabdi? Kita harus memutuskannya hari ini.


Menunda keputusan sampai waktu hidup kita usai berarti tidak pernah mengambil keputusan untuk mengabdi kepada Tuhan. Walaupun sebenarnya kita tidak berniat untuk mengkhianati Tuhan, jika kita terus-menerus menunda keputusan itu, akhirnya adalah kebinasaan. Inilah penyakit banyak orang Kristen hari ini, menunda apa yang seharusnya mendesak untuk segera dilakukan. Kuasa kegelapan meninabobokan orang Kristen untuk tidak terlalu terburu-buru mengabdi kepada Tuhan sepenuhnya. “Nanti saja, sesudah punya uang. Sekarang cari uang dulu,” kata setan.


Mari kita renungkan, apakah kita masih menunda-nunda untuk menggumuli hal-hal yang menyangkut keberadaan kekal atau nasib kekal kita? Apakah kita menganggap hal lain lebih mendesak daripadanya? Jika dibandingkan dengan itu kita lebih memilih berjam-jam berjalan-jalan keliling mal, menonton sinetron, menyenangkan hati dengan hobi dan sebagainya, kita harus bertobat. Jika kita masih berpikir bahwa hidup ini hanya sekali sehingga menikmati dunia hari ini adalah kesempatan yang tidak akan terulang lagi, kita harus bertobat. Sebab di langit dan bumi yang baru nanti ada kehidupan yang jauh lebih sempurna dari apa yang dapat kita peroleh dari dunia hari ini.


Banyak orang Kristen berpikir bahwa Tuhan senang jika kita menikmati dunia hari ini seperti anak-anak dunia lainnya. Itulah sebabnya mereka berdoa mohon bantuan Tuhan untuk bisa meraih kehidupan yang nyaman di dunia ini. Betapa hal ini menyakiti hati-Nya. Kalau Alkitab mengatakan bahwa kita harus mencari dahulu Kerajaan Surga dan kebenaran-Nya, itu berarti segala sesuatu yang kita lakukan harus dilakukan demi keadaan kekal atau nasib kekal kita nanti. Karena itu mengabdi kepada Tuhan adalah prioritas utama yang tak tergantikan oleh apa pun. Putuskan untuk mengabdi kepada-Nya sekarang.



Cara kita menjalani kehidupan ini menunjukkan siapa yang menjadi prioritas kita: Allah atau dunia ini.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Di Mana Tuhan Yesus Ada

Renungan Harian Virtue Notes, 13 September 2011

Di Mana Tuhan Yesus Ada



Bacaan: Yohanes 14: 1-3


14:1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.

14:2 Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.

14:3 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.



Di bumi ini kita laksana orang-orang yang terjebak dalam tambang yang kedalamannya tak terjangkau. Kita tidak usah berharap untuk dikeluarkan dari tambang tersebut dan diangkat ke permukaan dari mana kita berasal. Tetapi kita berharap untuk diangkat ke permukaan lain, suatu taman hidup yang baru yaitu langit baru dan bumi yang baru.


Bumi ini memang sudah jatuh ke dalam dosa, tidak ada yang bisa diharapkan lagi. Senikmat-nikmatnya dan senyaman-nyamannya hidup di bumi ini, semuanya terbatas waktunya. Lagi pula tidak ada kenikmatan tanpa batas di bumi ini. Tidak mungkin hidup tanpa “duri”; selalu saja ada masalah. Oleh sebab itulah Tuhan menawarkan suatu perjalanan menuju dunia lain yang berkeadaan tidak sama dengan bumi yang kita huni hari ini. Inilah inti Injil yang diberitakan Tuhan Yesus. Itulah sebabnya Ia menegaskan bahwa kita bukan berasal dari dunia ini (Yoh. 17:16).


Kalau seseorang yang terjebak di dalam tambang mendengar suatu suara dari arah lain—bukan arah yang diingininya—yang akan menyelamatkannya, maukah ia mendengar dan memperhatikan suara itu? Kalau ia tidak mau mendengar karena ingin dibawa keluar ke tempat dari mana ia berasal, maka penyelamatan dari sumber lain tersebut sia-sia. Keselamatan dalam Yesus Kristus adalah suara yang akan membawa ke tempat lain. Tuhan Yesus menyatakan bahwa Ia ingin agar di mana Ia ada, kita juga ada bersama dengan Dia (ay. 3).


Banyak orang tidak mengerti, bahkan tidak mau mengerti keselamatan versi Tuhan. Mereka bersikukuh menghendaki keselamatan versi mereka, yang sesuai dengan selera mereka. Padahal selera mereka adalah selera manusia yang berdosa, yang tekanannya adalah keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. Itu sejalan dengan keselamatan versi Iblis. Betapa celakanya kalau versi ini dibungkus seolah-olah dari Tuhan; diberitakan di mimbar seolah-olah berasal dari takhta Bapa di surga, tetapi sesungguhnya berasal dari takhta Lucifer.


Mari kita mewaspadai pemberitaan firman yang membungkus keselamatan palsu tersebut. Ciri-cirinya adalah membuat orang nyaman di dunia, sehingga tidak merindukan Kerajaan Bapa. Mereka merasa berasal dari dunia ini, dan menganggap Tuhan sebagai sarana untuk memenuhi apa yang mereka inginkan di dunia ini. Mereka juga takut terhadap kematian, sebab tidak siap menghadap Tuhan Yesus, atau bahkan tidak suka menghadap-Nya sebab tidak rela meninggalkan dunia ini dan tidak berminat dibawa ke tempat di mana Ia ada.



Tuhan Yesus ingin membawa kita ke tempat dimana Dia ada; maukah kita?



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Taman Hidup Yang Lain

Renungan Harian Virtue Notes, 12 September 2011

Taman Hidup Yang Lain



Bacaan: Yohanes 17: 15-17


17:15 Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.

17:16 Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.

17:17 Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.



PADA Agustus 2010, 33 orang pekerja tambang di Cile utara terjebak di dalam tanah, pada kedalaman sekitar 700 meter. Mereka terperangkap selama 62 hari sampai akhirnya dapat dikeluarkan melalui sebuah operasi penyelamatan yang amat rumit dan belum pernah terjadi sebelumnya.


Keberadaan manusia berdosa dalam dunia seperti terjebak dalam tambang itu. Tetapi kalau keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus sekadar digambarkan sebagai menyelamatkan para penambang agar bisa keluar dan hidup normal seperti anak-anak dunia pada umumnya, ini tidak benar. Para penambang yang keluar akhirnya juga akan mati sebagai manusia. Artinya meloloskan mereka dari kuburan di kedalaman tanah itu hanyalah menunda kematian.


Keselamatan yang diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus lebih dari itu. Keselamatan bisa digambarkan sebagai usaha untuk memindahkan kita dari kuburan tambang tersebut ke taman hidup yang lain. Yang terutama dalam keselamatan ini adalah bagaimana kita diperkenankan memasuki taman hidup lain, yang disediakan oleh Tuhan itu. Kalau kita masih hidup di dunia ini, sebetulnya kita seperti masih ada dalam kuburan tambang tersebut. Tidak usah kita menginginkan untuk diangkat dari kuburan ini; tetapi sementara ada dalam tambang yang pengap ini, marilah kita mempersiapkan diri untuk diangkat ke taman hidup yang lain.


Dalam doa-Nya, Tuhan Yesus berkata, “Aku tidak meminta, supaya Engkau meng-ambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat” (ay. 15). Dari doa Tuhan ini dapatlah ditangkap maksudnya bahwa orang percaya tidak boleh keluar dari dunia hanya karena kesulitannya, tetapi harus ada di dunia ini untuk sementara waktu untuk persiapan masuk taman hidup yang indah di kemudian hari. Ini nyata dari pernyataan-Nya berikutnya: “Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran” (ay. 16–17).


Jadi jika Injil dipahami salah, keselamatan dalam Yesus Kristus tidak dapat terwujud dalam kehidupan banyak orang. Injil yang benar bukanlah jalan untuk dapat menyelamatkan manusia dari persoalan-persoalan di bumi ini seperti sakitpenyakit, masalah keluarga, ekonomi, karier, jodoh, keturunan dan lain sebagainya. Itu semua pada dasarnya hanyalah pemenuhan kebutuhan jasmani yang bukan masalah besar dalam kehidupan manusia sebagai makhluk kekal. Wujudkan rencana penyelamatan Allah atas diri kita dengan pemahaman Injil yang benar, yaitu dengan kerelaan untuk kehilangan segala sesuatu demi penyelamatan jiwa yang abadi.



Hidup kita hari ini bagaikan tambang pengap tempat kita mempersiapkan diri memasuki taman hidup abadi.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Kualifikasi Untuk Dimuliakan

Renungan Harian Virtue Notes, 11 September 2011

Kualifikasi Untuk Dimuliakan



Bacaan: Kolose 3: 1-2; Roma 8: 17


Kolose 3: 1-2

3:1. Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.

3:2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.

Roma 8: 17

8:17. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.



TIDAK semua orang yang mengklaim dirinya anak Allah sungguh-sungguh akan dinyatakan sebagai anak-anak Allah. Ada syarat atau kualifikasi tertentu untuk itu. Dalam Kol. 3:1–2, kualifikasinya adalah memikirkan dan mencari perkara-perkara yang di atas. Itulah orang-orang yang benar-benar rohani menurut ukuran Ilahi. Mereka tidak mengingini dunia ini, artinya melakukan segala sesuatu bukan karena ingin memiliki apa yang orang lain miliki, tetapi hendak memaksimalkan diri agar semakin efektif bagi Tuhan.


Jika kita mencari perkara-perkara yang di atas dan tidak lagi mengingini dunia ini, tidak berarti kita berhenti bekerja dan berkarier. Sebaliknya kita akan semakin giat mencari nafkah dan membangun karier, sebab kita hendak mempersembahkan segala sesuatu yang kita lakukan untuk kemuliaan-Nya semata-mata. Namun yang paling menonjol adalah usaha untuk mengenal kebenaran Tuhan dan mengenakannya dalam kehidupan sehari-hari. Memang ini adalah perjuangan yang sangat berat, tetapi tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Ia akan memberi kemampuan bagi kita.


Dalam Rm. 8:17, kualifikasi orang-orang yang dimuliakan bersama dengan Kristus adalah menderita bersama-sama dengan Kristus. Orang-orang yang menderita bersama-sama dengan Kristus adalah “yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami” (Luk. 22:28). Kepada mereka Tuhan Yesus menetapkan bagian dalam Kerajaan-Nya. Mereka akan memerintah bersama-sama dengan Tuhan Yesus dan makan semeja dengan Tuhan (Luk. 22:29–30). Inilah keluarga Kerajaan yang sangat terhormat untuk selama-lamanya di kekekalan.


Kenyataan yang kita temukan dalam kehidupan banyak orang Kristen hari ini adalah lebih menghayati penderitaan Kristus bagi mereka, tetapi tidak mengerti bagaimana menderita bagi Kristus. Di masa sekarang, kita sukar membayangkan penderitaan orang-orang kudus di zaman gereja mula-mula. Mereka dicemooh, dipenjara, disiksa, bahkan dibunuh. Bahkan banyak orang menganggap, karena Kristus sudah menderita bagi kita, kita sudah bebas dari penderitaan, dan tinggal menikmati berkat-berkat jasmani yang berkelimpahan. Itu suatu kebodohan yang harus ditinggalkan jika kita mau dimuliakan kelak. Begitu kita menjadi Kristen, artinya kita siap menderita. Tidak selalu kita harus dibunuh karena Kristus, tetapi kita harus meninggalkan hak kita untuk menikmati hidup seperti anak-anak dunia, dan juga harus membagikan hidup kita demi keselamatan hidup orang lain. Itulah penderitaan yang harus dialami setiap orang yang menyebut dirinya Kristen.



Kita akan dimuliakan bersama-sama Kristus jika kita berkualifikasi sebagai anak-anak Allah.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger