RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Konsep Berhala Yang Salah

Renungan Harian Virtue Notes, 24 September 2011

Konsep Berhala Yang Salah



Bacaan: Wahyu 21: 8


21:8 Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."



Apakah berhala itu? Biasanya penyembahan kepada berhala dipahami sebagai keterlibatan seseorang kepada okultisme, yaitu hal-hal yang bertalian dengan perdukunan dan mistisisme. Pemahaman ini sangat berbahaya dan menyesatkan, sebab praktik pemberhalaan banyak terjadi dalam kehidupan orang percaya tanpa disadari oleh pelakunya. Banyak dosa pemberhalaan yang dilakukan dalam kehidupan orang Kristen di dunia modern ini tidak berkitan langsung dengan praktek okultisme.


Yang disebut “penyembah berhala” dalam bahasa aslinya adalah idololátres, sementara “penyembahan berhala” adalah idololatría. Kedua kata Yunani ini berasal dari kata ídolon yang berarti “berhala” dan latría yang berarti “berbakti”.


Karena pemahaman yang salah mengenai penyembahan berhala, tak jarang bagi mereka yang melakukan pelayanan pelepasan, sang hamba Tuhan merasa sedang meruntuhkan praktik dosa penyembahan berhala dengan menghancurkan patungpatung, bahkan boneka-boneka. Memang mereka berfokus hanya pada orang-orang yang mempunyai jimat, pernah pergi ke dukun, atau waktu masih kecil pernah diserahkan kepada dewa. Ada hamba Tuhan yang berpendirian bahwa semua patung bahkan lukisan harus dihancurkan, termasuk berbagai karya seni yang indah. Padahal tidak harus demikian, sebab tidak selalu patung itu menjadi obyek pemujaan.


Kalau pemunahan praktik penyembahan berhala hanyalah penghancuran patung-patung, itu adalah pandangan yang sangat dangkal dan sempit. Mungkin para pelayan pelepasan tersebut adalah orang-orang yang ngeroh, tetapi kalau dengan praktik itu mereka merasa sudah membantu orang keluar dari dosa penyembahan berhala, artinya mereka belum diperlengkapi kebenaran yang memperbarui pikiran.


Sesungguhnya semua objek lain di luar Tuhan bisa menjadi berhala, jika orang menjadikannya objek kebaktian. Maka mereka yang patung-patungnya sudah dihancurkan belum tentu tidak lagi terlibat dalam penyembahan berhala. Mereka boleh merasa bebas, tetapi kalau masih sangat mencintai dunia, sesungguhnya mereka masih melakukan penyembahan berhala terus-menerus. Itu menyakitkan hati Bapa. Banyak orang Kristen masih berkeadaan seperti ini, dan sedihnya tidak banyak suara yang mengingatkan mereka terhadap keadaan yang sangat membahayakan ini. Jangan lagi mempunyai konsep berpikir yang sempit. Belajarlah terus mendalami kebenaran Tuhan, agar kita tidak mendurhakai-Nya.



Semua kebaktian kepada objek lain di luar Tuhan, termasuk dunia ini, adalah penyembahan berhala.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Doa Mohon Perlindungan Tuhan

Renungan Harian Virtue Notes, 23 September 2011

Doa Mohon Perlindungan Tuhan



Bacaan: Filipi 4: 19


4:19 Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.



Satu lagi doa yang sering dinaikkan orang beragama namun belum tentu benar adalah doa mohon perlindungan Tuhan. Bagi banyak orang, doa ini sering didasari sikap hati yang salah, yang bertolak pada anggapan bahwa Tuhan tidak atau kurang melindungi kita, jika umat tidak menyampaikan permohonan agar Ia memberikan perlindungan yang lebih memadai.


Buktinya, jika terjadi suatu kecelakaan atau musibah, tidak jarang orang mengatakan bahwa itu akibat kurang berdoa. Karena kurang berdoa, Tuhan tidak mau memberikan perlindungan-Nya secara memadai. Mereka mengharapkan akan memperoleh kekuatan secara ajaib melalui doa untuk terhindar dari malapetaka. Dengan hal ini, maka doa mohon perlidungan Tuhan menjadi alat yang bersifat mistis untuk mendapatkan perlindungan-Nya. Kita harus tegas mengatakan bahwa pola berpikir seperti ini adalah keliru.


Tuhan sudah menyediakan perlindungan-Nya secara memadai bagi mereka yang melayani-Nya dan mengemban pekerjaan-Nya. Namun untuk apa Tuhan menyertai mereka yang hidup untuk diri sendiri dan tidak menyentuh pelayanan pekerjaan Tuhan? Kalau seseorang mohon perlindungan Tuhan padahal ia tidak hidup untuk Tuhan, berarti ia mau menjadikan Tuhan sebagai pelayannya untuk memuaskan ambisi dan keinginannya sendiri.


Jadi doa mohon perlindungan Tuhan bukan sekadar permintaan, melainkan dialog yang menyatakan komitmen kita untuk mengawal pekerjaan-Nya. Suatu komitmen untuk bersama dengan Tuhan menggenapi rencana-Nya. Bagi orang-orang yang melayani Tuhan, Yesus menjamin bahwa Ia menyertai mereka sampai akhir zaman (Mat 28:20).


Sejajar dengan ini, Rasul Paulus menulis, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” Allah memenuhi segala keperluan kita kalau kita mendukung pekerjaan-Nya. Kalau kita tidak mempedulikan pekerjaan Tuhan tetapi memohon perlindungan-Nya, itu berarti kita berusaha memperdaya Tuhan. Sebaliknya kalau kita mendukung pekerjaan Tuhan seperti jemaat Filipi, maka Ia pasti memenuhi segala kebutuhannya. Dalam hal ini jelaslah, bahwa perlindungan dan pemeliharaan Tuhan adalah hak bagi mereka yang hidup bagi-Nya. Orang yang hidup dalam penghayatan melayani Tuhan tidak akan kuatir menatap hari esok, sebab ia tidak hidup untuk dirinya sendiri, tetapi hidup untuk kepentingan Tuhan semata-mata.



Allah memenuhi segala keperluan kita kalau kita mendukung pekerjaan-Nya.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Doa Mohon Berkat Tuhan

Renungan Harian Virtue Notes, 22 September 2011

Doa Mohon Berkat Tuhan



Bacaan: Matius 5: 45


5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.



Dalam kehidupan orang beragama, sangat umum terdengar pula doa mohon berkat Tuhan untuk pemenuhan kebutuhan jasmani. Dengan sikap hati yang tidak benar, doa mohon berkat Tuhan bisa menjadi tidak benar. Sikap hati yang salah yang dimiliki banyak orang bertolak pada anggapan bahwa Tuhan tidak atau kurang memberikan berkat-Nya sehingga umat perlu menyampaikan permohonan untuk dapat menggerakkan hati Tuhan agar memberikan berkat-Nya lebih memadai bagi kita menurut ukuran kita.


Ciri-ciri orang yang mempunyai pandangan salah dalam hal ini adalah seakanakan menunjuk Tuhan ikut bertanggung jawab pada waktu mereka masih merasa berkekurangan. Orang yang berkekurangan dianggap kurang berdoa, sehingga berkat Tuhan baginya belum memadai. Kalaupun tidak bermaksud mempersalahkan Tuhan, dengan doa tersebut mereka mengharapkan akan memperoleh berkat Tuhan secara ajaib sehingga bisa berkelimpahan. Telah menjadi anggapan banyak orang Kristen bahwa doa mohon berkat Tuhan merupakan alat mistis untuk meraih pemenuhan kebutuhan jasmani yang lebih berlimpah. Ini pikiran yang sesat.


Sesungguhnya Allah sudah menyediakan berkat-Nya secara berlimpah. Bahkan berkat jasmani itu telah disediakan-Nya secara adil, bukan hanya kepada orang percaya, tetapi juga kepada semua orang. Tuhan Yesus pernah berkata, bahwa Bapa di surga menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik, dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Itu menggambarkan kasih dan keadilan-Nya. Dalam hal ini kita harus bekerja keras untuk meraihnya. Jangan berpikir bahwa anak Tuhan akan diberi kemudahan-kemudahan dalam mengusahakan pemenuhan kebutuhan jasmaninya. Kalau Tuhan memberikan dispensasi berupa kemudahan, itu berarti Tuhan merusak mental anak-anak-Nya. Kemudahan itu akan sangat merusak kinerja hidup anak-anak Tuhan.


Sama seperti dalam Doa Bapa Kami, ketika kita berdoa, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Mat. 6:11) bukan berarti Tuhan mengirimkan secara otomatis berkat jasmani guna pemeliharaan tubuh kita; tetapi doa itu merupakan panggilan kita untuk bertindak mencari nafkah. Jadi kalau kita berdoa mohon berkat Tuhan, itu merupakan suatu komitmen untuk mengusahakan pemenuhan kebutuhan jasmani dengan percaya bahwa Dia pasti selalu membuka jalan. Untuk itu kita harus mengembangkan semua potensi yang ada untuk meraih sebanyak-banyaknya berkat jasmani guna kepentingan kerajaan-Nya.



Berdoa mohon berkat Tuhan merupakan komitmen untuk mengusahakan pemenuhan kebutuhan jasmani dengan seluruh potensi kita



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Doa Mohon Pimpinan Tuhan

Renungan Harian Virtue Notes, 21 September 2011

Doa Mohon Pimpinan Tuhan



Bacaan: Mazmur 23: 1-6


23:1 Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.

23:2 Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;

23:3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.

23:4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.

23:5 Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.

23:6 Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.



Mazmur Daud ini mungkin merupakan mazmur yang paling terkenal di kalangan orang Kristen. Dalam mazmurnya, Daud menyatakan kepercayaannya yang penuh kepada Tuhan. Ia menggambarkan Tuhan sebagai gembala yang baik, yang memimpin, menuntun dan membimbing kita sebagai domba-dombanya.


Dalam kehidupan orang beragama, sudah biasa terdengar doa mohon pimpinan Tuhan. Itu tidak salah, namun ternyata tidak selalu doa mohon pimpinan-Nya itu benar. Yang menentukan benar atau salahnya adalah sikap hatinya. Sikap hati yang dimiliki banyak orang bertolak pada anggapan bahwa Tuhan tidak atau kurang memimpin kita jika kita tidak meminta kepada-Nya. Itulah sebabnya umat perlu menyampaikan permohonan untuk menerima pimpinan Tuhan yang lebih memadai.


Saat berdoa minta pimpinan Tuhan, umat berharap akan memperoleh kekuatan secara ajaib untuk terhindar dari dosa atau kesalahan. Umat menyalahkan kurangnya doa sebagai penyebab kesalahan terjadi, padahal itu berarti secara tidak langsung menunjuk Tuhan ikut bertanggung jawab, sebab Ia dianggap belum memberikan pimpinan-Nya secara memadai. Dengan demikian doa mohon bimbingan Tuhan menjadi alat yang bersifat mistis, yang berkuasa untuk dapat mengubah hidup. Pola berpikir ini salah.


Sejatinya, sebagai gembala yang baik, Tuhan sudah menyediakan pimpinan-Nya secara memadai. Pimpinan-Nya diberikan melalui berbagai sarana. Pertama, Alkitab, yaitu Firman Tuhan (2Tim. 3:16). Kedua, Roh Kudus yang dimeteraikan dalam hidup kita guna mengarahkan kita kepada segala kebenaran (Yoh. 14:26). Ketiga, pimpinan-Nya melalui segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini (Rm. 8:28). Sejatinya tanpa diminta pun Tuhan memimpin kita; pimpinan-Nya tidak perlu diminta lagi. Tetapi mengapa kita minta pimpinan Tuhan?


Agar bisa memahami hal ini dengan benar, kita harus tahu bahwa doa jangan hanya dipahami sebagai sekadar permintaan. Kalau kita berdoa, “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat,” doa itu memanggil kita untuk menjauhi segala hal yang Tuhan tidak kehendaki. Jadi kalau kita berdoa mohon pimpinan Tuhan, itu berarti kita berkomitmen mencari pimpinan Tuhan dan bersedia melakukan kehendak-Nya. Kita tidak pasif; sebaliknya kita menjadi aktif untuk mencari kehendak-Nya dengan mempelajari kebenaran Alkitab, menyediakan waktu untuk bersekutu dengan-Nya, membuka hati yang tulus untuk mengerti maksud Tuhan melalui segala kejadian yang kita alami.



Berdoa mohon pimpinan Tuhan berarti kita berkomitmen mencari pimpinan Tuhan dan bersedia melakukan kehendak-Nya.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Sikap Hati Dalam Berdoa

Renungan Harian Virtue Notes, 20 September 2011

Sikap Hati Dalam Berdoa



Bacaan: Mazmur 127: 1-2


127:1 Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.

127:2 Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.



Banyak orang berdoa dengan sikap hati yang salah pada waktu mohon pimpinan Tuhan, mohon berkat Tuhan dan perlindungan-Nya. Permohonan doa tersebut dipanjatkan dengan anggapan dan sikap—sering tidak sadar—bahwa Tuhan seolah-olah tidak memimpin atau kurang memimpin secara benar. Seakan-akan Tuhan kurang memberkati secara proporsional dan tidak melindungi umat-Nya dengan sempurna jika kita tidak meminta kepada-Nya. Kalau kita berdoa, barulah Tuhan memimpin atau meningkatkan kualitas pimpinan-Nya, memberkati atau menambah berkat-Nya secara memadai dan melindungi secara pantas. Sebenarnya sikap seperti ini tidak hormat atau kurang ajar terhadap Tuhan. Ini adalah sikap kurang atau tidak percaya.


Mungkin kita tidak sadar atas sikap yang kurang pantas ini, tetapi mari kita uji diri kita. Pernahkah kita menyalahkan diri kita atau orang lain saat jatuh ke dalam dosa, dengan mengatakan itu akibat kurang berdoa? Kalau pernah, berarti secara tidak langsung kita telah mempersalahkan Tuhan. Kita telah menuduh Tuhan ikut bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan oleh umat-Nya, sebab akibat pengabaian-Nya terhadap umat yang tidak berdoa, kesalahan itu terjadi.


Sejajar pula dengan ini, jika kita memanjatkan doa agar Tuhan memberkati umat dengan berkat jasmani. Secara tidak sadar, sikap hati yang timbul adalah bahwa Tuhan masih menahan berkat-Nya, sehingga anak-anak-Nya tidak tercukupi apabila tidak meminta. Tuhan menunggu, dan kalau tidak diminta, Ia cuek. Ini salah, sebab Alkitab menyatakan bahwa Bapa menyediakan apa yang diperlukan anak-anak-Nya di luar pengertian mereka. Dalam mazmurnya, Salomo mengatakan bahwa Allah memberikan berkat kepada yang dicintai-Nya pada saat mereka tidur.


Kesalahan yang sering terjadi pula adalah pada doa yang dipanjatkan untuk mohon perlindungan kepada Bapa. Apakah Bapa tidak melindungi anak-anak-Nya jika tidak diminta? Saat kita mengalami kesulitan, apakah doa kita berkesan menuduh Tuhan secara tidak langsung kurang atau lalai menjagai kita? Ini tampak tatkala kita berkata, “Tuhan, mengapa ini harus terjadi?”


Sejatinya Tuhan sudah memberi porsi yang cukup bagi kita, bahkan berlimpah. Ia pasti memberkati dengan berlimpah dan melindungi kita dengan sempurna. Ia yang setia sudah mengarahkan kita kepada keselamatan yang sejati; barang tentu pula Ia memenuhi bagian-Nya. Tinggal tanggung jawab kitalah untuk hidup menjadi anak-anak yang dicintai-Nya.



Bapa yang sudah mengarahkan kita pada keselamatan yang sejati pasti memberkati dan melindungi kita dengan sempurna.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Jalan Pulang

Renungan Harian Virtue Notes, 19 September 2011

Jalan Pulang



Bacaan: Yohanes 14: 6


14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.



Untuk mengerti keselamatan dengan benar agar tidak sesat di jalan, orang percaya harus memperhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam ayat bacaan hari ini. Tuhan Yesus bersabda, “Akulah jalan.” Kata jalan di sini janganlah sekadar dipahami sebagai sesuatu yang membuat seseorang sampai kepada Bapa secara otomatis dan ajaib.


Dalam teks aslinya, kata jalan di sini adalah hodós yang selain berarti jalan, juga bermakna “perjalanan” atau “progress, kemajuan menuju tujuan”. Jadi jalan di sini lebih menunjuk kepada suatu perjalanan yang harus ditempuh, karena jaraknya yang panjang atau jauh. Karenanya untuk mencapai tujuan harus ada progress atau kemajuan bertahap dalam perjalanan itu. Ini berarti jalan yang dimaksud oleh Tuhan Yesus lebih berarti cara atau proses untuk bisa sampai kepada Bapa.


Jalan kita kembali ke rumah Bapa adalah Tuhan Yesus Kristus. Artinya bukan sekadar bergereja. Kalau Tuhan Yesus adalah jalan pulangnya, artinya kita mengakui bahwa Ialah satu-satunya Penebus dosa yang menggantikan tempat kita di kayu salib, dan memerdekakan kita oleh pengorbanan-Nya. Tetapi itu belum cukup. Kita harus memperhatikan kehidupan Tuhan Yesus dan pengajaran-Nya.


Ia berkata, “Akulah jalan,” kemudian ditambahkan-Nya, kebenaran: aléthia dan hidup yang berkualitas: zoé. Ini menegaskan bahwa karena keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan kita kepada rancangan-Nya, harus ada proses serius untuk itu. Tidak cukup kita sekadar menjadi orang Kristen yang pasif.


Jalan yang dimaksud Kristus adalah harus memperhatikan kehidupan-Nya, agar kita bisa meneladani-Nya dan menuruti pengajaran-Nya. Untuk menyediakan jalan keselamatan itu, Ia sendiri mengalami pergumulan yang tidak mudah. Ia bukan saja mati di kayu salib tetapi ia juga harus menemukan kehidupan sebagai Anak Allah.


Kalau jalan yang disediakan-Nya sudah dapat menyelamatkan manusia secara ajaib sekadar melalui pengakuan percaya, tidak perlu Ia mengajar murid-murid-Nya selama tiga setengah tahun. Cukup Ia turun lalu disalib, selesai. Tetapi nyatanya Ia harus menjalani hidup di bumi sebagai manusia, agar kita yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya meneladani-Nya. Supaya kita dikembalikan sebagai anak-anak Bapa, kita harus diubah terlebih dahulu sehingga berkeadaan sebagai anak-anak-Nya. Tuhan Yesus menjaga dan merawat kita seperti petani merawat tanamannya, bukan sekadar tanaman itu hidup, melainkan agar berbuah. Tuhan Yesus menghendaki agar orang percaya berbuah, buahnya adalah kehidupan seperti pribadi Kristus.



Jalan pulang ke rumah Bapa adalah meneladani kehidupan Kristus dan menuruti pengajaran-Nya.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Baru Mengenal Petanya

Renungan Harian Virtue Notes, 18 September 2011

Baru Mengenal Petanya



Bacaan: Ibrani 5: 7-9


5:7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.

5:8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,

5:9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,



Ada sebuah kecemasan dalam hati penulis mengenai kenyataan keadaan jemaat Tuhan hari-hari ini. Mereka yakin sudah menjadi umat pilihan yang berada di jalan yang benar, padahal belum tentu demikian keadaannya. Banyak dari mereka sesungguhnya bagai domba yang sesat, tidak tahu jalan yang harus ditempuhnya. Seperti anak-anak yang tersesat tapi tidak tahu jalan pulang ke rumah.


Perjalanan pulang orang Kristen yang benar artinya perjalanan kehidupan untuk memiliki karakter pangeran-pangeran Kerajaan Allah. Orang yang pulang ke rumah Bapa adalah yang berwatak Allah Bapa. Itulah sebabnya Kekristenan bukan agama, melainkan jalan hidup. Dikatakan secara ekstrem bukan agama, maksudnya agar kita bisa mengetahui bahwa Kekristenan tidak memiliki unsur-unsur seperti agama pada umumnya. Dalam Kekristenan, yang penting adalah proses menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12–13).


Karena banyak orang Kristen sekadar menjadikan Kekristenan sebagai agama, tidak heran jika banyak dari mereka yang menjadi Kristen dan rajin beribadah ke gereja, namun belum terjamin ia sudah menemukan kembali jalan pulangnya. Banyak dari mereka beranggapan, kalau sudah mengenal Kristus dan mengatakan percaya kepada-Nya, otomatis mereka sudah menemukan jalannya. Ibarat orang yang sedang bepergian namun tidak tahu arah dan jalannya, mengenal Kristus sebetulnya baru disebut sebagai mengenal petanya. Tuhan Yesuslah petanya. Kalau seorang musa!r menemukan peta perjalanan menuju tempat yang dituju, belum berarti ia sudah sampai tujuannya sebab peta itu tidak otomatis membawanya ke sana.


Dengan mengatakan hal ini sama sekali kita tidak meremehkan nilai Tuhan Yesus atau sekadar menyamakan-Nya dengan peta. Justru kita sedang meninggikan dan menghargai karya-Nya, sebab untuk bisa menjadi peta kehidupan keselamatan manusia, Ia harus bergumul hebat. Ia harus mengosongkan dirinya (Flp. 2:5–7); Ia harus menjadi manusia dan bertumbuh seperti manusia lain (Luk. 2:52); dalam segala hal Ia disamakan dengan manusia (Ibr 2:17). Ia harus memikul salib menanggung dosa manusia dan memenangkan pergumulan untuk taat tanpa syarat kepada Bapa. Dengan keberhasilan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan bagi mereka yang mau taat. Perhatikanlah kata taat. Apa yang harus ditaati? Yang harus ditaati adalah cara hidup yang telah dijalani oleh Tuhan Yesus, maksudnya mengikuti dengan taat apa yang juga telah dijalani oleh-Nya. Ialah model Anak Allah yang benar. Dengan menaati-Nya, kita tidak hanya meyakini peta itu benar, tetapi menjalaninya.



Tidak cukup kita mengenal Tuhan Yesus, jika kita tidak mengikuti dengan taat apa yang telah dijalani-Nya.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger