RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Sebagai Contoh

Renungan Harian Virtue Notes, 29 Nopember 2011

Sebagai Contoh



Bacaan: Roma 10: 16-21


10:16 Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: "Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?"

10:17 Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.

10:18 Tetapi aku bertanya: Adakah mereka tidak mendengarnya? Memang mereka telah mendengarnya: "Suara mereka sampai ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi."

10:19 Tetapi aku bertanya: Adakah Israel menanggapnya? Pertama-tama Musa berkata: "Aku menjadikan kamu cemburu terhadap orang-orang yang bukan umat dan membangkitkan amarahmu terhadap bangsa yang bebal."

10:20 Dan dengan berani Yesaya mengatakan: "Aku telah berkenan ditemukan mereka yang tidak mencari Aku, Aku telah menampakkan diri kepada mereka yang tidak menanyakan Aku."

10:21 Tetapi tentang Israel ia berkata: "Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tangan-Ku kepada bangsa yang tidak taat dan yang membantah."



Apabila kita amati kehidupan bangsa Israel—baik sebagai bangsa maupun secara individu yang sejarah hidupnya dipaparkan—akan kita dapati bahwa sesungguhnya bangsa itu secara moral tidak istimewa. Justru kita sering memperoleh informasi melalui Alkitab, betapa keras kepala atau tegar tengkuknya bangsa itu (ay. 21).


Sekalipun bangsa Israel tidak taat, namun Tuhan sudah berjanji kepada Abraham, bahwa Ia akan menjadikannya bangsa yang besar dan menjadi berkat (Kej. 12:2–3). Ia tetap setia pada janji-Nya itu. Ia tetap memberkati anak cucu atau keturunan Abraham, Ishak dan Yakub. Itulah sebabnya Tuhan sering menyatakan diri sebagai Allah Abraham, Ishak dan Yakub.


Israel lahir menjadi sebuah bangsa di negara asing di Afrika, yaitu Mesir, pada saat mana mereka telah menjadi budak selama 430 tahun atau enam sampai tujuh generasi. Tuhan memanggil mereka dari tanah perbudakan itu ke negeri yang dijanjikan-Nya kepada Abraham untuk ditempati oleh keturunannya (Kej. 12:1).


Dalam perjalanan itulah kita dapat menemukan sekelumit peta kepribadian Allah, sekaligus peta dari kehidupan manusia. Watak bangsa Israel dan kehidupan mereka menggambarkan watak manusia pada umumnya, termasuk umat pilihan Allah di Perjanjian Baru. Itulah sebabnya Tuhan menyejajarkan kehidupan bangsa Israel dengan orang percaya, seperti yang tertulis dalam banyak bagian di Perjanjian Baru (1Kor. 10; Ibr. 3 dan lain sebagainya). Kehidupan bangsa Israel menjadi contoh dari pergumulan hidup orang percaya hari ini.


Dengan penjelasan ini, kita perlu memahami bahwa bangsa Israel sejatinya tidak memiliki keistimewaan apa pun sehingga Allah menganggap mereka layak menjadi umat pilihan. Ia memilih bangsa itu atas dasar kasih karunia dan anugerah-Nya semata-mata. Kita tidak perlu menganggap mereka lebih istimewa daripada kita, apalagi bangsa Israel modern. Dalam percaturan politik internasional pun tidak semestinya kita selalu memandang Israel sebagai pihak yang benar; tidak perlu kita memperlakukan bangsa itu secara berlebihan, seperti kelompok tertentu di Indonesia yang hendak merayakan ulang tahun kemerdekaan Israel.


Israel merupakan bangsa yang dijadikan contoh oleh Allah, seperti apa nasib orang-orang yang mengenal Allah namun tidak taat. Israel merupakan peringatan supaya kita tidak melakukan hal-hal yang jahat di mata Allah. Sebagai orang percaya, kita harus menang, tidak seperti bangsa Israel yang gagal.



Tidak perlu kita memandang bangsa Israel lebih istimewa dari kita, sebab bangsa itu hanya merupakan contoh watak manusia pada umumnya.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger