Renungan Harian Virtue Notes, 3 Nopember 2011
Cermin Kita
Bacaan: Yosua 24: 15
24:15. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"
Kisah Adam perlu kita renungkan sebagai cermin dari pergumulan hidup manusia pilihan hari ini, yang bersedia untuk menjadi umat pilihan selamanya dalam Kerajaan-Nya. Pergumulan hidup kita hari ini adalah pergumulan untuk memilih dan menentukan: apakah kita berdiri di pihak Tuhan dengan benar atau tidak; apakah kita memutuskan untuk memilih apa yang baik menurut Tuhan, atau yang baik menurut dunia; apakah kita memiliki pengertian dari Allah yaitu hikmat-Nya di dalam kebenaran Injil-Nya, atau hikmat manusia yang kelihatannya mirip Alkitab tetapi sebenarnya tidak sama sekali; apakah kita mau memahami apa yang baik dan jahat dalam perspektif Allah atau perspektif Iblis; apakah kita menempatkan diri sebagai hamba di hadapan Tuhan, atau menempatkan diri sebagai tuan bagi diri kita sendiri.
Kita boleh memeluk agama Kristen, menghadiri ibadah, bahkan melibatkan diri dalam kegiatan dan pelayanan gereja, namun kita bisa tidak berdiri di pihak Tuhan. Kita bisa menipu diri kita sendiri, tetapi Tuhan tidak bisa kita tipu. Bukan perasaan bahwa kita berdiri di pihak Tuhan yang penting, melainkan buktinya. Seruan Yosua perlu kita dengungkan lagi hari ini, “Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah.” Bukan besok, tetapi hari ini. Dan pilihan kita untuk beribadah kepada Tuhan bukan berarti pilihan untuk menjadi orang beragama Kristen, melainkan tampak dari pilihan-pilihan kita dalam pergumulan hidup kita sebagai bukti nyata. Tanpa bukti itu kita seperti orang mati yang menguburkan orang mati (Luk. 9:60).
Kita harus sadar bahwa Iblis telah menipu banyak orang melalui perasaannya. Banyak orang merasa sudah beribadah kepada Tuhan, sudah berpihak kepada Tuhan, dan sudah hidup benar di jalan Tuhan, hanya karena mereka telah memeluk agama Kristen. Mereka telah masuk ke zona kenyamanan rohani, ketenangan semu yang membinasakan. Dengan mempertahankan diri dalam ketenangan semu tersebut, seseorang ada dalam tawanan, bagai domba yang dibawa ke pembantaian abadi.
Jika kita memahami bahwa dalam hidup ini kita harus terus-menerus memilih untuk melakukan kehendak Bapa, maka kita akan terus bergerak untuk mencari kehendak Tuhan, memahaminya dan melakukannya. Ibadah kepada Tuhan adalah perjalanan melakukan tugas. Bukankah ini yang seharusnya dilakukan oleh Adam manusia pertama? Sebagai anak-anak Allah, jangan mengikuti kegagalan Adam pertama, tetapi berjuanglah untuk menjadi pemenang seperti Adam kedua yaitu Tuhan Yesus.
Pilihan kita untuk beribadah kepada Tuhan tampak dari pilihan-pilihan kita dalam pergumulan hidup kita sebagai bukti nyata.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar