RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Anugerah Yang Tidak Ternilai

Renungan Harian Virtue Notes, 7 Nopember 2011

Anugerah Yang Tidak Ternilai



Bacaan: Yohanes 1: 10-12


1:10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.

1:11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.

1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;



Bahwa kita bisa menjadi anak-anak Allah yang Mahatinggi merupakan anugerah yang tidak bisa dinilai dengan apa pun. Menjadi anak-anak Allah bukanlah sekadar sebutan yang disertai dengan hak-hak istimewa, seperti perlindungan dan berkat-berkat yang bisa diberikan oleh Allah; tetapi juga meliputi keberadaan atau kenyataan hidup, yang disusul dengan proses memiliki karakter seperti Bapa dan hubungan yang intim dengan-Nya sebagai anak. Ini berbicara mengenai panggilan atau tanggung jawab.


Bila panggilan dan tanggung jawab kita penuhi, maka segala hak pasti akan menyusul kita peroleh. Kekristenan yang benar memfokuskan diri kepada panggilan dan tanggung jawab, bukan pada haknya terlebih dahulu seperti yang dipromosikan banyak komunitas Kristen selama ini.


Dalam perjalanan hidup Kekristenan, kita harus meresponi panggilan dan tanggung jawab menjadi anak-anak Allah itu, sebab Ia memberikan kuasa supaya kita menjadi anak-anak Allah (ay. 12). Kata supaya menegaskan bahwa menjadi anak-anak Allah bukanlah sesuatu yang otomatis, melainkan suatu panggilan dan tanggung jawab yang harus dijalani melalui suatu proses panjang.


Bila kita memenuhi panggilan dan tanggung jawab ini, berarti kita telah mengakui dan menerima-Nya sebagai pemilik kehidupan ini (ay. 10-11). Hanya pemilik seorang budak yang menebus budak yang dikuasai oleh pihak lain. Tuhan Yesus adalah pemilik kita, sebab Ia menebus kita dari kutuk dosa dan cengkeraman kuasa kegelapan. Setelah kita ditebus-Nya, maka kita harus menyadari bahwa seluruh hak kita telah dimiliki-Nya. Lebih baik seluruh hak kita kembali kepada Sang Pemilik, daripada seakan-akan kita memiliki hak itu dengan bebas, tetapi sebenarnya ada dibawah cengkeraman kuasa kegelapan yang menggiring ke dalam api kekal.


Sebagai keseriusan kita menjadi milik-Nya yang masuk proses menjadi anak-anak Allah, maka kita harus rela kehilangan hak dan dengan rela menyerahkannya kepada Yang Berhak. Harus diingat bahwa memang sejak semula kita diciptakan kita tidak pernah memiliki hak atas diri kita sendiri, bahkan hak hidup yang kita miliki adalah milik Dia yang menciptakan kita. Kita diciptakan dari apa yang tidak ada menjadi ada. Menjadi anak-anak Tuhan berarti mengembalikan segala hak kita kepada Bapa sumber kehidupan yang memberi kehidupan pada kita. Ketika kita menyerahkan hak kita, justru itulah kemerdekaan atau kebebasan dalam anugerah yang tidak ternilai.



Kita harus rela kehilangan hak dan menyerahkannya kepada Yang Berhak.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger