Renungan Harian Virtue Notes, 18 Nopember 2011
Don't Take It For Granted
Bacaan: Ibrani 5: 11-14
5:11 Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.
5:12 Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.
5:13 Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.
5:14 Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.
Banyak orang yang mengaku Kristen masih memiliki ketidakpuasan yang membinasakan, yaitu masih juga tidak puas terhadap masalah jasmani atau pemenuhan kebutuhannya serta perkara-perkara dunia. Ketidakpuasan ini tidak bisa membuat mereka haus dan lapar akan kebenaran.
Jabatan di dalam gereja tidak menjamin taraf kerohanian seseorang memadai. Jadi sekalipun kita sudah menduduki posisi tertentu di gereja atau sinode, tidak semestinya kita berpikir bahwa kita sudah di kawasan yang aman dan kerohanian yang tinggi, jika kita masih mempunyai ketidakpuasan terhadap masalah jasmani. Ketidakpuasan ini mencegah kita memburu kebenaran dengan serius. Itulah mengapa banyak orang mendengar Firman yang murni, menilainya sebagai pemberitaan yang baik, tetapi tidak sungguh-sungguh merasa perlu melakukannya.
Orang yang memarkir dirinya pada level kerohanian tertentu dan puas terhadapnya sesungguhnya orang yang malang. Maka selagi kita masih hidup, marilah bergerak terus untuk mencapai kawasan-kawasan pengalaman rohani yang lebih tinggi.
Dalam bahasa Inggris terdapat ungkapan, “Don’t take it for granted.” Padanan langsungnya dalam bahasa Indonesia tidak ada, kurang lebih pengertian umumnya adalah “Jangan terima begitu saja sebagai sesuatu yang sudah semestinya demikian.” Maksudnya, orang menganggap keadaan rohaninya saat ini sebagai sesuatu yang sudah semestinya demikian, jadi terima saja. Mestinya bukan demikian. Sebagai anak-anak Tuhan kita harus maju, bergerak terus. Kita harus berubah dan berbuah, menjadi semakin sempurna. Untuk itu kita harus memanfaatkan kesempatan dan peluang yang Tuhan sediakan.
Jangan merasa puas dengan level Kristen yang sudah dicapai. Kalau seseorang merasa sudah puas, maka yang terjadi adalah stagnasi kedewasaan iman. Dengan stagnasi yang terjadi, mereka tidak bisa lagi mengikuti perjalanan rohani pemimpinnya, kecuali pemimpinnya juga stagnan. Cepat atau lambat ini akan menimbulkan friksi, sampai konflik. Mereka melihat pemimpin mereka sudah menyimpang dari pakem yang mereka harapkan harus tetap dipertahankan. Kelompok status quo seperti ini berusaha mendirikan kerajaan di dalam pelayanan. Biasanya mereka memberikan hidupnya sangat sedikit dalam pelayanan, tetapi akan banyak bicara seolah-olah membela pekerjaan Tuhan. Padahal tanpa orang-orang ini gereja masih tegak berdiri, bahkan semakin kuat.
Sebagai anak-anak Tuhan kita harus terus maju, bergerak, berubah dan berbuah, dan semakin sempurna.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar